Meski dikelilingi tiga sisi gunung, Kota Cangling memiliki dua jalan masuk.
Satu jalan besar membentang dari kota terdekat "Tongqiu".
Jalan kecil satunya lagi adalah jalan tempat Feng Bujue dan timnya muncul saat memasuki quest.
Pertama-tama tentang jalan utama, situasi di ujung jalan yang lain lebih tegang.
Saat ini, Tongqiu dipenuhi oleh anggota-anggota sekte besar, tokoh-tokoh Jianghu, bahkan pasukan yang dikirim pemerintah. Total ribuan orang di dalam dan luar kota. Tentu saja tidak mungkin semua orang ini pergi ke Cangling, jika benar-benar terjadi, kota kecil itu akan langsung rata.
Jadi untuk memasuki Cangling melalui jalan utama juga memerlukan persyaratan tertentu.
Setelah berdiskusi, para ketua sekte besar menetapkan dua aturan. Pertama, karena jumlah murid setiap sekte sangat banyak, tidak mungkin semua dibawa. Jadi satu ketua sekte maksimal memilih 20 murid untuk ikut masuk kota, sisanya harus tetap di Tongqiu dan tidak boleh membuat masalah. Kedua, orang-orang "Jalan Sesat" dilarang lewat. Tentu saja, apa definisi jalan sesat? Bukankah itu ditentukan oleh yang disebut "kaum Jalan Benar"?
Selain pembunuh berdarah dingin dan penjahat pemerkosa yang dicari oleh Jianghu dan pemerintah, beberapa tokoh bela diri yang lebih marginal juga dikategorikan sebagai jalan sesat dan terhalang di Tongqiu. Meski tidak punya reputasi sebagai pahlawan, mereka juga bukan penjahat. Sebagian besar hanya karena suka menyendiri atau punya sifat eksentrik, sehingga jarang bergaul dengan kaum Jalan Benar. Sekarang mereka merasakan apa artinya diskriminasi terhadap yang berbeda.
Di sini perlu disebutkan bahwa dalam settingan quest ini, pemerintah biasanya tidak akan mencampuri perseteruan di Jianghu, kecuali hal-hal tersebut melibatkan rakyat sipil. Sebaliknya, orang-orang Jianghu juga tidak ikut campur urusan pemerintah. Siapa yang menjadi kaisar atau kinerjanya baik atau buruk, tidak ada hubungannya dengan para pendekar ini. Ini adalah batas tak kasat mata yang mutlak tidak boleh dilanggar.
Oleh karena itu setidaknya di permukaan, pasukan pemerintah datang ke Tongqiu hanya untuk menjaga order. Jika ada anggota Jianghu yang mengganggu warga, mereka akan ditangani, selain itu tidak diurus.
Mari kita bicara tentang jalan kecil. Yang melewati jalan ini... tentu saja adalah orang-orang yang dihalangi di jalan raya, atau mereka yang sama sekali tidak boleh muncul di Tongqiu.
Murid-murid dari sekte besar berjaga siang-malam di Tongqiu. Mencoba menyelinap atau menerobos lewat jalan raya sama saja dengan bunuh diri. Yang kemampuan martial artnya rendah akan langsung dihujani panah menjadi sarang lebah, sedangkan yang martial artnya tinggi... dikeroyok ratusan orang secara bergantian, cepat atau lambat energi internal mereka akan habis.
Jadi... satu-satunya cara bagi kelompok ini untuk masuk ke Desa Cangling adalah lewat jalan kecil. Asal jumlahnya sedikit dan bisa menyembunyikan jejak, setelah menyelinap keluar Tongqiu, berjalan memutar selama satu hari akan sampai ke jalan kecil ini.
Tapi di sini, juga dijaga oleh sosok mengerikan.
Identitas pria tua berbaju biru adalah kepala rumah tangga "Dewa Pedang" Ye Chengfu, bernama Ye Hai. Tidak ada cerita tentangnya di Jianghu, dan hampir tak ada yang pernah mendengar namanya, karena ia tidak pernah menjelajahi dunia persilatan.
Ye Hai memasuki Keluarga Ye sebagai pelayan pada usia 12 tahun, dan kini telah lebih dari 60 tahun. Sejak diangkat menjadi bendahara Keluarga Ye di usia 32 tahun, keluarga Ye telah berganti tiga generasi tuan rumah, namun posisinya sebagai bendahara tetap tak tergoyahkan.
Seluruh ilmu bela diri Ye Hai merupakan warisan dari kakek Ye Cheng. Ye Hai menyadari bakatnya yang biasa-biasa saja, dan sebagai pelayan, ia tak punya hak resmi untuk belajar di sekolah bela diri Keluarga Ye. Namun Tuan Ye saat itu diam-diam membimbing remaja ini: saat putra muda berlatih pedang, Ye Hai disuruh menyapu di sekitarnya sengaja dibacakan prinsip-prinsip inti; ketika Ye Hai berlatih diam-diam di malam hari, seluruh anggota keluarga pura-pura tidak melihat.
Ilmu bela diri Keluarga Ye memang kelas atas. Dengan ketekunan menutupi kekurangan, meski bakat biasa, di usia 30 tahun Ye Hai telah mencapai kemahiran setara calon ahli kelas satu di Jianghu. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai bendahara, menikah dan berkeluarga. Ini merupakan masa paling bahagia dalam hidupnya.
Beberapa tahun kemudian, Tuan Ye wafat. Ayah Ye Cheng yang mewarisi keluarga mengizinkan putra Ye Hai menjadi murid resmi Keluarga Ye. Sayangnya si anak muda ini terlalu agresif, di usia 16-17 tahun tewas secara tidak wajar dalam perkelahian sebelum menyelesaikan pelatihan. Tak lama kemudian istri Ye Hai juga meninggal karena sakit.
Setelah kehilangan keluarganya, rasa tanggung jawab untuk mengabdi pada Keluarga Ye menjadi sandaran spiritual dan tujuan hidup seluruh Ye Hai. Bisa dikatakan, sepanjang hidupnya Ye Hai selalu dipenuhi rasa terima kasih dan kesetiaan tak tergoyahkan pada Keluarga Ye.
Saat ini, dalam hal pencapaian ilmu bela diri, bahkan para pemimpin dari aliran-aliran besar sekalipun bukanlah tandingan Ye Hai. Hanya dua jenis orang yang bisa mengalahkannya: Pertama, ahli bela diri langka satu dalam sepuluh ribu seperti Xie San atau Ye Cheng yang jarang muncul; Kedua, ahli tingkat Xiantian yang telah berlatih keras bertahun-tahun dengan syarat... bakat harus melebihi Ye Hai, jurus tidak kalah, dan tenaga internal minimal 60% dari miliknya. Hanya dengan memenuhi tiga syarat ini, seseorang mungkin bisa mengalahkannya.
Dengan adanya sosok seperti ini yang menjaga jalan kecil, hasilnya bisa ditebak.
Dalam setengah bulan terakhir, banyak penjahat yang terkenal maupun tidak dikenal di Jianghu telah dibasmi langsung oleh Ye Hai, sekaligus memberantas kejahatan untuk rakyat.
Di antara tokoh Jianghu yang ambigu moralnya, mereka yang kemampuan beladirinya tidak memadai juga "dipulangkan" paksa olehnya. Hanya para "ahli sejati" yang layak menyaksikan duel, yang berhasil masuk ke Kota Cangling melalui jalan kecil.
Mengenai sosok seperti Bai Dian, Si Bunga Teratai Bermuka Giok yang secara lahiriah adalah tokoh Jianghu namun sebenarnya memiliki latar belakang pemerintah, jumlahnya yang tewas juga tak sedikit. Pemerintah tetaplah pemerintah, sejak zaman kuno, penguasa selalu berkata satu namun berbuat lain. Secara terbuka mereka tidak campur tangan urusan Jianghu, namun diam-diam banyak ikut mencampuri. Hanya saja mereka tak pernah mengakuinya. Oleh karena itu, ketika menghadapi situasi serupa, orang-orang Jianghu juga akan membabat habis utusan pemerintah tanpa ampun. Lagipula kalian takkan mengakui orang ini adalah utusan kalian, terpaksa menelan ludah sendiri.
……
Di malam yang sama, di hutan sebelah utara Kota Cangling, tak jauh dari reruntuhan kuil angker yang legendaris.
Di sini tumbuhan merambat dan rumput setinggi lutut, sunyi senyap. Memandang ke arah hutan, bayang-bayang pekat menggelapkan tanah, dahan-dahan saling bertautan di atas kepala, semak duri tumbuh subur di tanah.
Tiba-tiba terlihat siluet manusia melayang mendekat, menginjak rumput tanpa suara.
Pendatang itu adalah seorang perempuan, mengenakan jubah sederhana warna hijau muda, bertubuh ramping atletis, wajahnya cantik dan menawan.
Namun saat ini raut wajahnya tegang serius, matanya menyiratkan kepanikan.
"Ilmu tubuh ringanmu cukup baik." Suara dingin terdengar.
Sambil berkata, bayangan hitam lain muncul seketika. Dari sikapnya, tak hanya tak membawa senjata, bahkan kedua tangannya disilangkan di belakang punggung, seolah bisa menang tanpa perlu menggerakkan tangan.
Tanpa basa-basi, perempuan itu menyabetkan pedangnya dengan kekuatan penuh, mengerahkan seluruh kemampuannya dalam satu sabetan pedang.
Bayangan hitam itu menghindari tusukan pedang dengan gerakan yang tak terduga, lalu menginjakkan kaki kanannya di atas pedang panjang. Dengan tenaga dalam yang dahsyat, ia menekan bilah pedang hingga sang perempuan yang wajahnya memerah tak bisa menarik pedangnya meski telah mengerahkan seluruh tenaga.
"Sayangnya, ilmu ringan tubuh andalanmu hanyalah trik sirkus bagiku." Bayangan itu bersuara berat, "Nyonya Pendekar Lu, nasib malangmu telah menemukan rahasiaku... karena itu kau harus mati."
Sebelum Lu Qingning sempat membalas, perubahan aneh tiba-tiba terjadi di sekitar mereka.
Pada detik itu, bunyi lonceng mengerikan bergema dalam kegelapan. Keduanya tiba-tiba diselimuti hawa dingin yang tak terdefinisikan...
