Teriakan "tunggu" dan batu terbang ini seketika mengubah situasi.
Saat para hadirin tertegun karena kejadian tak terduga ini, sosok dari bayangan tiba-tiba melesat keluar. Posisi kemunculannya justru berlawanan dengan arah sumber teriakan tadi. Bukan di sisi medan pertempuran Shi Yanran dan Siyu, melainkan tepat di belakang Feng Bujue dengan jarak beberapa meter.
Orang ini berpakaian hijau serupa dengan Wang Ao yang sudah mati di tanah. Gerakannya sangat cepat dan sengaja menghindar. Bahkan Feng Bujue yang terdekat pun tak sempat melihat wajahnya, hanya tahu ini pria berwajah persegi, bertubuh tinggi kekar dengan kelincahan luar biasa.
Feng Bujue yang sudah siaga langsung berbalik untuk menghadapi, namun tamu tak diundang ini sama sekali tidak menargetkannya.
Tiba-tiba, seseorang melompat keluar sambil mengaum seperti harimau. Telapak tangannya menghempas ke bawah dengan dahsyat, menghantam mayat di tanah. Jurus ini telah dipersiapkan lama, kekuatannya mengerikan. Saat dilancarkan, suara gemuruhnya bagai guntur.
Feng Bujue langsung memahami maksud orang itu, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Mayat Wang Ao hancur berantakan dihajar gelombang tenaga telapak tangan yang deras. Bagian tubuh yang dipenuhi paku-paku itu remuk tulangnya, jeroan berhamburan.
Usai melakukannya, orang itu langsung berteriak ke Shi Yanran: "Pergi!" Sambil berseru, ia menyapu telapak tangannya ke arah depan Feng Bujue untuk mengusirnya mundur.
Shi Yanran sepertinya menyadari sesuatu. Ia telah tahu siapa yang datang. Dengan gesit ia berputar tubuh dan melesat pergi, sambil melemparkan belasan paku sebagai perlindungan saat mundur.
Paku-paku yang dilemparkan kali ini tidak terlalu cepat atau kuat, hanya jumlahnya banyak dan jangkauannya luas. Siyu dan Xiao Tan yang berada dekat terpaksa mundur atau menangkis. Jelas Shi Yanran sedang buru-buru pergi sehingga fokus utamanya pada teknik ringan kaki, senjata rahasia yang dilemparkan hanya untuk memperlambat pengejar.
Pria terhormat itu dan Shi Yanran mundur ke arah yang berlawanan dengan jurus palsu, para pemain memang tidak mungkin mengejar. Menghadapi teknik ringan kaki memanjat dinding kedua orang itu, dari lima pemain, hanya Feng Bujue yang memiliki kemampuan untuk mengejar jarak jauh dan menyusul mereka. Itupun dia harus terus mempertahankan status Spiritual Awareness Body Convergence Technique, kalau tidak mustahil. Meski keterampilan Siyu lebih brilian dari Jue Ge, tapi atribut kemampuannya belum cukup. Untuk mengejar kedua orang ini murni mengandalkan fisik tanpa bantuan skill, mungkin baru bisa di level 25. Sekarang belum mungkin.
"Apa yang terjadi?" Xiao Tan bertanya.
Sebelum Feng Bujue sempat menjawab, Beiling sudah mendekat dan berkata: "Masih belum mengerti? Kita akan dijadikan kambing hitam orang lain."
"Hah?" Ekspresi Xiao Tan kosong.
Ekspresi Tuan Atobe juga sama bingungnya, "Maksudnya apa?"
"Bukannya sudah jelas di depan mata..." Feng Bujue yang sudah mencabut Spiritual Awareness Body Convergence Technique berkata: "Sekarang mayat sudah tidak bisa dikenali, kejadian di sini bisa mereka ceritakan sesuka hati." Dia berjalan mendekati jasad Wang Ao, "Dari perkataan perempuan tadi, dia tidak ingin diketahui sebagai pembunuh. Tapi kita kebetulan menyaksikan pembunuhan ini."
"Dari sudut pandangnya, ada dua pilihan."
"Pertama, tinggalkan mayat dan kabur tanpa terlihat."
"Kedua, bunuh kita semua untuk membungkam saksi."
"Dia memilih opsi kedua, itu berarti... seni bela diri atau senjata rahasia yang digunakannya memiliki tingkat pengenalan yang sangat tinggi di Jianghu. Dia merasa meskipun kami tidak melihat wajah pelakunya, cukup dengan melihat mayat, kami akan langsung tahu siapa pembunuhnya. Karena itu, begitu melihatku mendekat, dia langsung bertindak cepat."
"Oh! Jadi di awal kamu sengaja mengatakan kalimat-kalimat seperti 'Aku tidak mengenalmu, juga tidak mengenalnya' dan 'Silakan urus sendiri mayatnya'." Xiao Tan tersadar tiba-tiba.
Feng Bujue mengangguk: "Saat itu aku sudah mulai menangkap maksud pikirannya, mencoba menyelesaikan secara damai, tapi dia jelas tidak mempercayai kami. Tentu saja ini wajar. Seandainya posisiku terbalik, ketika sedang melakukan kejahatan kebetulan dilihat saksi mata asing, meski mereka bersumpah tulus akan merahasiakan, aku juga tidak akan percaya janji semacam itu. Karena pada akhirnya, 80% kemungkinan akan berkembang menjadi upaya pemerasan terhadapku. Sejujurnya, jika mereka tidak memerasku, justru aku yang akan merasa tidak tenang."
Feng Bujue berbicara sambil berjongkok di samping mayat yang menjijikkan itu: "Lelaki yang muncul kemudian itu, mungkin sudah mengamati dari tempat tersembunyi cukup lama. Awalnya dia mengira tidak perlu turun tangan karena wanita itu bisa membunuh kita semua, jadi dia tidak segera muncul." Pria itu berbicara sambil berpikir: "Para pendekar dalam Quest ini sepertinya bisa mengetahui bahwa kita tidak menguasai ilmu bela diri atau tidak memiliki tenaga dalam hanya dengan mengamati. Aku yakin pasangan pria-wanita tadi juga begitu." Ia menggerakkan kunci pipa di antara paku-paku yang tertancap di daging hancur, lalu mengamatinya: "Tapi kenyataannya, kemampuan bertarung kita jauh melebihi perkiraan mereka. Namun dalam situasi ini, wanita itu hanya bisa terus bertahan. Jadi ketika pria itu melihat situasi memburuk, dia menyusun rencana..."
Feng Bujue mulai menggeledah sisi mayat yang masih relatif utuh, mencoba mencari item dari jasad itu: "...menghancurkan bukti pembunuhan." Dengan nada yang anehnya terdengar memuji, ia berkata: "Dengan kondisi mayat seperti ini, mereka bisa mengklaim bahwa kamilah yang membunuh orang ini. Sedangkan dia dan wanita itu kebetulan datang, lalu bertempur sengit dengan kita sehingga senjata rahasia berserakan di sekitar." Ia menyeringai dingin: "Hmph... Sebelum muncul, pria itu sudah lama mengamati dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Dia menyelamatkan wanita itu di saat genting sambil mengalihkan perhatian kita dengan suara. Tiba-tiba dia muncul dan langsung menyerang area mayat yang sudah dipenuhi senjata rahasia dengan satu pukulan mematikan.
"Jika mayat masih utuh, senjata tersembunyi yang tertancap dan yang ditusukkan setelah mati pasti ada perbedaannya, luka fatal pun bisa dilacak. Tapi sekarang... bahkan jika kita menemukan senjata tersembunyi di antara daging yang hancur, itu tidak membuktikan apapun. Dalam kondisi seperti ini, kita bisa bilang dia tewas oleh jurus bela diri apapun, bahkan dikira mati diterkam binatang buas pun orang akan percaya."
"Berarti kita harus jadi kambing hitam?" Tuan Atobe bertanya.
"Tidak masalah." Feng Bujue menjawab. Setelah gagal menemukan apapun di mayat itu, ia mengangkat bahu dan berdiri, "Sāiwēng shī mǎ, yān zhī fēi fú..." (Kerugian bisa berubah menjadi keuntungan)
"Maksudnya?" Xiao Tan bertanya.
Saat itu, Siyu berkata; "Kita perlu mengelabui mereka?"
"Pintar." Feng Bujue tersenyum sambil mengedipkan mata padanya.
Beiling menambahkan: "Itu memang salah satu cara..."
Tuan Atobe tampak bingung: "Cara kalian berkomunikasi terlalu tidak nyambung! Tiba-tiba membahas apa ini?"
Feng Bujue menoleh sambil tersenyum pada dia dan Xiao Tan: "Heh... Besok kalian akan mengerti."
