Setelah menghadapi pertempuran tadi, kelimanya tidak melanjutkan ke pusat kota, tetapi berbelok ke jalan samping. Setelah berjalan sejenak, mereka mendobrak pintu rumah penduduk secara acak.
Kota Cangling ini tidak bisa dibilang besar, tapi setidaknya masih layak disebut "kota", bukan daerah yang sangat kecil. Kalau tidak, pertarungan tadi pasti sudah menarik perhatian banyak orang. Setelah bertahun-tahun ditinggalkan, banyak rumah kosong dan gubuk reyok di kota ini yang sudah tidak berpenghuni dan tidak ada barang berharga. Jika bisa tahan dengan keberadaan ular, serangga, tikus, dan semut di dalamnya, masuk untuk mencari atap sebagai tempat berteduh juga cukup baik.
Menurut informasi yang diberikan Meng Jiu sebelumnya, selima murid-murid utama pemimpin sekte besar yang tinggal di penginapan pusat kota, para pengembara Jianghu atau anggota sekte kelas dua dan tiga terpaksa mencari tempat tinggal seadanya di sekitar penginapan. Tentu saja, Meng Jiu dan para tetua Gai Bang tidak pernah memikirkan masalah seperti ini karena para pengemis sudah terbiasa tidur di jalanan.
Sebagai pemain, Feng Bujue dan kawan-kawan dalam quest ini bisa mengabaikan kebutuhan fisiologis dasar seperti makan, minum, buang air, tidur. Mereka hanya perlu memperhatikan jumlah Poin Stamina dan kemampuan mempertahankan konsentrasi.
Saat ini tinggal sekitar satu jam lagi sebelum subuh. Rencana Feng Bujue adalah bersembunyi selama 2-3 jam lagi, lalu menuju penginapan di pusat kota sekitar pukul tujuh pagi. Waktu jeda ini digunakan untuk pemulihan alami nilai kelangsungan hidup dan Poin Stamina, sekaligus membahas situasi dan strategi setelah matahari terbit.
Karena quest ini memiliki tingkat kebebasan sangat tinggi tanpa batasan waktu, peta, atau tugas yang ketat bagi pemain, tidak perlu khawatir akan dianggap bermain pasif oleh Sistem. Semua bisa beristirahat dengan tenang.
Tentu saja, Feng Bujue sangat efisien. Hanya dalam setengah jam dia berhasil menyampaikan semua yang ingin dikomunikasikan. Dua jam lebih berikutnya berubah menjadi permainan sambung kata dan situasi di mana Xiao Tan menjadi target lemparan camaran oleh Beiling...
Selama dua jam para pemain mengisi waktu dengan bersembunyi, Shi Yanran dan pria berwajah persegi itu sama-sama sibuk. Tak lama kemudian mereka akan bertemu dan mulai membahas detail rencana pemfitnahan. Mereka memang saling mengenal. Saat melirik sekilas dari kejauhan tadi, Shi Yanran langsung mengenali pria tersebut sebagai Gongsun Li, wakil ketua kedua dari Wanxia Lou.
Meski sama-sama marga Gongsun, Gongsun Li dan Gongsun Qian tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Mereka kebetulan bermarga sama. Gongsun Qian masuk perguruan 10 tahun lebih dulu dan 10 tahun lebih tua. Sejak muda, mereka saling memanggil "saudara" sebagai sesama murid. Keduanya juga berbakat dalam ilmu bela diri, menjadi yang terunggul di antara murid seangkatan. Puluhan tahun kemudian, mereka menjadi dua tokoh utama di Wanxia Lou.
Di Wanxia Lou, soal kemampuan bela diri Gongsun Qian tak tertandingi. Namun kelicikan Gongsun Li jauh melampaui kakak seperguruannya yang menjadi ketua itu. Ambil contoh kasus Shi Yanran dan Wang Ao - Gongsun Qian sama sekali tidak tahu, tapi Gongsun Li sangat paham. Kehebatannya terletak pada kemampuannya mengetahui tapi tidak mengungkapkan... bahkan berpura-pura sama sekali tidak tahu.
Dia tidak memanfaatkan hal ini untuk memeras siapa pun, juga tidak ikut campur dalam perkembangan situasi. Prinsip Gongsun Li hanya empat kata—"waspada dalam diam", sehingga dia selalu siap menghadapi keadaan darurat. Gaya bertindak yang seperti siaga pencuri seribu hari inilah yang memungkinkannya menyelamatkan situasi kritis hari ini.
Alasan Gongsun Li membantu Shi Yanran kali ini bukan karena hubungan baik dengan wanita itu atau memiliki niat tertentu. Dia murni ingin menjaga martabat Wanxia Lou, sehingga terpaksa turun tangan. Dia juga sangat paham, begitu kasus pembunuhan terbongkar, perselingkuhan pasti ikut terungkap. Seandainya terjadi di tempat lain mungkin masih bisa ditutupi, tapi malah terjadi di sini. Saat ini Kota Cangling lebih ramai dari perkumpulan persilatan, jika skandal memalukan Wanxia Lou ini sampai bocor di tempat dan waktu seperti ini... Ke mana pun mereka pergi nanti, pasti akan dihujat "Istri ketua ternyata berselingkuh dengan murid", bagaimana murid-murid Wanxia Lou bisa berkeliaran di Jianghu setelahnya?
Pada umumnya, orang terhormat atau pahlawan yang berpegang pada prinsip, saat menghadapi situasi seperti ini, masih sedikit yang bisa membela kebenaran daripada kerabat. Hingga saat ini, Gongsun Li jelas tidak akan membicarakan kebenaran atau moralitas. Lebih baik menimpakan semua kesalahan kepada orang luar itu. Lagipula, dilihat dari penampilan Feng Bujue dan rombongannya yang semuanya berusia sekitar dua puluhan dan tidak ada wajah yang dikenal, meski mereka punya sedikit kemampuan, pastilah baru terjun ke Jianghu. Dengan statusnya sebagai Wakil Ketua Wanxia Lou dan Shi Yanran sebagai Istri Pemimpin sekte di Jianghu, memfitnah kelima orang itu sebagai pembunuh Wang Ao pasti semudah memaku di papan.
Malam itu, setelah merampungkan alibi, Gongsun Li dan Shi Yanran segera menemui Gongsun Qian. Mereka mengaku tak sengaja melihat Wang Ao pergi diam-diam di malam hari, merasa curiga, lalu menyusul secara rahasia. Namun setelah mengikuti beberapa lama, mereka menemukan Wang Ao telah tewas mengenaskan di tengah jalan, dengan lima orang berpakaian aneh berdiri di samping mayatnya. Setelah bertarung, baru sadar lawannya sangat tangguh. Dengan dua lawan lima, mereka khawatir kalah sehingga terpaksa kabur untuk melapor.
Meski merasa ada beberapa kejanggalan dalam cerita itu, Gongsun Qian yang sedang panik tidak sempat berpikir panjang. Langsung membawa belasan murid meninggalkan penginapan, mengikuti petunjuk Shi Yanran dan Gongsun Li ke TKP. Benar saja, mereka menemukan jasad Wang Ao yang rusak tergeletak di jalan. Dari jumlah jejak kaki dan paku-paku pengaman yang berserakan di tempat kejadian, jelas pernah terjadi pertarungan melibatkan banyak orang di sini.
Namun dalam situasi saat ini, mereka tidak tahu harus mencari kelima orang itu ke mana lagi untuk sementara waktu. Akhirnya mereka dengan enggan mengumpulkan mayat, kembali ke markas, dan merencanakan langkah berikutnya dengan matang.
Kelompok ini yang keluar-masuk penginapan dengan pasukan besar tentu menarik perhatian banyak orang. Sebelum hari subuh, kabar sudah tersebar luas. Hampir semua sekte besar dan orang-orang dunia persilatan mendengar... Wang Ao dari Menara Wanxia tewas dibunuh, dan pelakunya diduga lima ahli misteri yang belum pernah terdengar namanya di Jianghu.
……
Keesokan harinya di pagi hari, Penginapan Cangling.
Koki dan pelayan penginapan sudah sibuk bekerja sejak sebelum fajar. Saat ini, tumpukan kukus putih salju dan teko-teko teh harum yang sudah diseduh telah siap saji, tinggal menunggu panggilan tamu untuk diantar.
Tentang kapan tepatnya penginapan di Kota Cangling ini dibuka kembali, bahkan para karyawannya pun tidak bisa menjelaskan. Yang pasti ketika pertengahan Juli, saat orang-orang mendengar kabar pertarungan Xie San dan Ye Cheng lalu berduyun datang ke kota, penginapan ini sudah beroperasi normal.
Setiap kali orang-orang Jianghu bertanya tentang asal-usul penginapan pada para karyawan, jawaban yang didapat selalu tidak tahu apa-apa. Karena para pekerja di sini: pertama tidak mengerti ilmu silat, kedua tidak paham urusan Jianghu, semuanya hanya rakyat biasa dari beberapa kabupaten sekitar. Seseorang telah memberikan mereka sejumlah uang perak yang cukup besar, dan memberi tahu bahwa mereka hanya perlu bekerja di sini selama satu bulan. Setelah tanggal 15 Agustus, penginapan tutup, pembayaran selesai, dan masing-masing pergi menjalani hidupnya.
Mengenai pemilik penginapan... jarang terlihat. Dia seorang pria berusia sekitar 40 tahun dengan wajah androgini dan kulit pucat ekstrem selama 24 jam. Saat siang hari terlihat seperti hantu, malam hari juga tak terlihat. Jika ada yang bilang dia jelmaan arwah penasaran di kota ini, mungkin ada yang percaya.
Setelah membahas pemilik penginapan, mari bicarakan para tamu di sana...
Dalam quest dunia persilatan ini, aliansi terkuat di dunia persilatan adalah "Satu Fu, Dua Lou, Tiga Pai, Empat Men" yang total sepuluh sekte.
Satu Fu adalah Xi'an Ye Fu; Dua Lou yaitu Wanxia Lou dan Bafang Lou; Tiga Pai terdiri dari Shaolin, Renwu, dan Xiaoyao; Empat Men meliputi Wuji Men Kaifeng, Jin Gang Men wilayah barat, Keadilan Men Luoyang, dan Tang Men di Shu.
Di antara sekte-sekte ini, Ye Fu merupakan puncak tertinggi dunia persilatan yang kokoh seperti gunung. Top player dengan kekuatan tempur terkuat diakui seluruh persilatan. Selain Ye Cheng yang dijuluki Dewa Pedang, "Enam Pedang Bayangan Bunga" di dalam fu juga termasuk top-tier master level. Lu Qingning sang Pedang Plum Gugur yang disebut sebelumnya adalah salah satu dari enam master ini, tentu saja... tadi malam dia juga menghilang...
Sedangkan dua Lou, Wanxia Lou dan Bafang Lou, adalah sekte yang sedang di puncak kejayaan. Masing-masing memiliki kitab legendaris turun-temurun: Ilmu Gaib Wanxia dan Hati Bafang Maharaja. Pemimpin mereka juga termasuk level di bawah Ye Cheng. Di dunia persilatan, meski tidak masuk 10 besar, pasti masuk 20 besar. Karena itu kedua sekte ini memiliki banyak murid, dan kualitas master di dalamnya pun tak kalah.
Selain tiga sekte utama, ada Sekte Shaolin, Sekte Renwu, dan Sekte Xiaoyao yang masing-masing menganut prinsip "Buddha, Konfusianisme, dan Tao". Selain ilmu bela diri, mereka juga mengajarkan filosofi. Semangat yang dipegang ketiga sekte ini memiliki nuansa "menyelamatkan manusia", sehingga memiliki banyak pengikut dan menerima murid tanpa memandang bakat. Ketiga sekte memiliki warisan yang kaya dengan berbagai ilmu bela diri - murid berbakat rendah belajar teknik dasar, sedangkan yang berbakat tinggi bisa mempelajari ilmu yang lebih mendalam. Ambil contoh 72 Jurus Rahasia Shaolin: seseorang bisa menguasai satu jurus seumur hidup sudah hebat, sepanjang sejarah hanya Pendeta Dharma yang menguasai semua 72 jurus. Tak ada yang berani dibandingkan dengan dewa seperti itu.
Empat sekte terakhir ini berada di peringkat bawah di antara sekte tingkat pertama. Namun Teknik Maha Agung Sekte Wuji, Gong Long Xiang Ban Ruo Sekte Jingang, Jurus Pedang Dangtian Sekte Keadilan, dan teknik racun Sekte Tang - semuanya unik dengan keunggulan masing-masing. Dalam situasi tertentu, bahkan ilmu bela diri Wanxia Lou atau Bafang Lou belum tentu bisa menandingi mereka.
Misalnya, Kungfu Naga dan Gajah Prajna, mengutip settingan dari pendekar Jin Yong dalam "The Return of the Condor Heroes" - "Merupakan teknik perlindungan tertinggi Sekte Esoteric Buddhism, terbagi menjadi tiga belas tingkatan. Tingkat pertama sangat mudah, bahkan orang bodoh sekalipun bisa mencapainya dalam 1-2 tahun jika diajarkan. Tingkat kedua dua kali lebih sulit dari pertama, membutuhkan 3-4 tahun. Tingkat tiga dua kali lebih sulit dari tingkat dua, membutuhkan 7-8 tahun. Begitu seterusnya berlipat ganda, semakin tinggi tingkat semakin sulit dicapai. Setelah tingkat lima, setiap kenaikan tingkat membutuhkan latihan lebih dari 30 tahun."
Secara teori, seni bela diri ini memungkinkan orang dengan bakat biasa untuk mencapai tingkat tiga belas asalkan berlatih bertahap, tentu saja orang tersebut harus memiliki umur lebih dari 300 tahun atau sejenisnya...
Dalam kenyataannya... Sepanjang sejarah, hanya jenius langka seperti Raja Dharma Roda Emas yang melalui latihan keras dan kemajuan pesat, berhasil mencapai tingkat kesepuluh dalam masa hidupnya. Menurut 【Kitab Naga dan Gajah Prajna】, setiap telapak tangan pada tingkat ini memiliki kekuatan sepuluh naga dan sepuluh gajah.
Jadi, kekuatan seni bela diri sulit diukur. Ada teknik yang bisa cepat dikuasai dengan memotong organ tertentu di tubuh, sementara teknik lain tetap lemah meski dilatih seumur hidup jika bakat tidak memadai.
Demikianlah kira-kira kondisi aliran besar tingkat pertama.
Sedangkan Kelompok Pengemis... di dunia ini hanya bisa dianggap sebagai pemimpin di antara sekte kelas dua. Meski usianya sudah senja dan statusnya tinggi, kemampuan bertarung Meng Jiu... diperkirakan setara dengan Ye Hai. Jangan bandingkan dia dengan Ye Cheng atau kedua pemilik menara, bahkan melawan ketua tiga aliran besar dan empat gerbang pun, Meng Jiu belum tentu menang. Para tetua dan murid inti Kelompok Pengemis juga memiliki kesenjangan kekuatan dengan pendekar dari sekte kelas satu.
Mungkin ada yang bertanya: Bukankah kelompok terbesar di dunia ini memiliki ilmu legendaris seperti Xianglong Shibazhang (Delapan Belas Telapak Naga Penakluk)? Benar, Meng Jiu juga mempelajarinya, tapi tidak semua orang bisa mencapai tingkat kesaktian seperti Xiao Feng. Pada dasarnya ini masalah bakat individu. Andai Xiao Feng sejak kecil belajar Banruo Zhang (Telapak Kebijaksanaan) dan hidup sampai 60 tahun, mungkin dia bisa menghancurkan semua mantan ketua Kelompok Pengemis dengan sekali tepukan.
Sekte-sekte kelas dua lainnya seperti Diancang, Emei, Huashan, Kongtong... dalam beberapa tahun terakhir juga tidak menghasilkan talenta yang menonjol, terkesan "merosot dalam proses regenerasi, namun tetap bertahan dalam kemerosotan".
Sisanya adalah sekte-sektingkat tiga dan guild tidak terkenal seperti Paus Besar, Gerbang Pedang Qinghai, atau Perusahaan Pengawal XX. Bisa dibilang mereka bagian dari Jianghu, atau juga pedagang garam ilegal, petani, dan perusahaan keamanan... Dalam hal ilmu bela diri, pemimpin mereka mungkin hanya level biasa. Tapi Perang Pedang Cangling ini menarik perhatian dunia, jadi mereka ikut nimbrung, seolah dengan berpartisipasi, status sect mereka naik kelas. Nanti bisa pamer: "Dulu waktu Ye Cheng dan Xie San duel di Cangling, aku ada di sana..."
Adapun petarung independen tanpa sect, jumlahnya sebenarnya tidak banyak. Sampai sekarang hanya 17-18 ahli yang berhasil masuk lewat jalur kecil. Yang masuk lewat jalur utama adalah pendekar terkenal yang punya hubungan baik dengan sect besar, jumlahnya hanya sekitar 30-an orang.
Sampai tanggal 13 Agustus, penginapan telah dipenuhi oleh 10 pemimpin sect dan murid-muridnya. Hanya beberapa pejalan solo yang datang lebih awal dan punya status tinggi di Jianghu serta kemampuan bela diri mumpuni, bisa dapat kamar di penginapan.
Anggota sect tingkat dua-tiga dan pendekar yang datang berkelompok kecil, tinggal di rumah-rumah terbengkalai sekitar penginapan. Sekarang rumah-rumah ini ditandai dengan bambu di depan jika sudah ditempati. Yang tidak ada bambunya, silakan diisi. Karena kota ini tanpa hukum, kesepakatan kecil pun jadi aturan.
Berdasarkan semua yang telah disebutkan, inilah kondisi terkini Kota Cangling pada dasarnya.
Namun dua tokoh utama yang akan berduel, Ye Cheng dan Xie San, belum muncul di kota ini.
……
Embun dingin membersihkan langit musim gugur, gunung-gunung jauh berjejer dalam pandangan.
Pagi musim gugur di kota kecil di pegunungan ini benar-benar memberikan kesan yang segar dan menenangkan.
Setiap pagi, para pemimpin sekte (termasuk yang tinggal di luar penginapan) akan membawa satu atau dua pengikut inti mereka ke lantai satu penginapan, mencari meja untuk duduk sambil minum teh dan makan. Di antara mereka pasti akan terjadi percakapan yang disengaja atau tidak, secara lahiriah terlihat sopan namun sebenarnya saling menyelidik.
Topik yang paling banyak dibicarakan hari ini tentu saja kematian murid Wanxia Lou, Wang Ao...
"Bangsauni Louzhu, sebelum fajar menyingsing, Anda dan murid-murid membuat keributan besar. Ada apa?" Pertanyaan ini dilontarkan oleh biksu bermuka berminyak bertubuh lebar yang sejak pagi sudah memeluk gentong arak. Daripada duduk di meja, ia bersandar di sisi tangga menuju lantai dua penginapan sambil duduk langsung di lantai. Wajahnya merah padam dengan ekspresi agak mabuk, jubah kasaya terbuka lebar, dan untaian tasbih sebesar kepalan tangan bergantung di dadanya.
Biksu ini bernama Lu Shan, meski merupakan murid Buddha, jelas dia bukan berasal dari Kuil Shaolin. Biksu pemabuk yang suka makan daging ini tidak diketahui dari kuil liar mana dia berasal, apalagi dari mana mempelajari jurus tinju tingkat tinggi—Zui Luohan (Jurus Arhat Mabuk). Dengan jurus ini, dia menciptakan nama di Jianghu. Selama belasan tahun, dia menjelajahi Jianghu, melakukan banyak perbuatan mulia, dan bisa disebut sebagai seorang pendekar besar.
"Hm... Biksu Lu, jangan-jangan kau mabuk sampai salah dengar?" Gongsun Qian mendengus dingin, tetap menjaga gengsi, tidak mengakui tapi juga tidak menyangkal.
Kemampuan Biksu Mabuk Lu Shan berpura-pura bodoh padahal tahu segalanya, sudah terkenal di seluruh Jianghu. Hal-hal yang biasanya orang segan mengucapkan, Lu Shan berani mengatakannya langsung. Selagi dia berpura-pura mabuk, dia tidak takut menyinggung perasaan. Jika lawannya benar-benar marah, sang biksu akan beralasan bahwa dirinya sedang mabuk dan mengucapkan permintaan maaf, sehingga kedua belah pihak bisa turun tangan.
"Oh? Jangan-jangan ini cuma mimpi biksu? Tapi aneh... Dalam mimpiku ini, kok aku seperti mencium bau amis darah ya?" Lu Shan bertanya lagi dengan gaya berpura-pura.
"Mungkin hidungmu sudah rusak karena terlalu banyak menghirup anggur?" Shi Yanran yang duduk di samping Gongsun Qian menoleh dan membalas dengan nada kesal.
"Pemilik Menara Gongsun, aku juga mendengar suara aneh tadi." Seorang pria kurus tinggi berusia 40-50 tahun menyela sambil tertawa, "Jangan-jangan tuan pergi berburu hewan liar di gunung tengah malam bersama murid-murid? Hehe... Tampaknya hasil buruanmu baunya cukup menyengat ya!"
"Ini adalah Ketua Bang Ji Tong dari Paviliun Delapan Arah, yang memiliki dendam lama dengan Gongsun Qian. Jadi wajar saja jika sekarang dia melontarkan sindiran halus dengan kata-kata yang menusuk."
"Memang benar Gongsun Qian tidak menguburkan mayat Wang Ao semalam. Dia menyuruh muridnya membungkus jasad dengan tikar jerami dan membawanya ke penginapan. Saat ini mayat itu disimpan di salah satu kamar mereka yang dijaga oleh dua murid. Mengenai bau...dia sudah mengolahnya dengan obat khusus yang bisa menekan bau busuk untuk sementara dalam waktu satu hari satu malam."
"Wahaha...Hidung Bang Ji benar-benar tajam ya." Gongsun Qian tidak mau kalah, sambil menyindir dengan kata-kata kiasan dia tertawa.
"Gongsun Li, Shi Yanran, dan dua murid lainnya di sampingnya ikut tertawa dengan kompak, seolah-olah lelucon itu sangat lucu."
"Hmph!" Ji Tong menepuk meja keras-keras, "Kalau bersih-bersih tidak tuntas, untuk apa mulutmu buat kentut?"
"Apa katamu?!"
"Hahaha..." Ji Tong juga tertawa terbahak-bahak: "Ketua Gongsun, muridmu mati tidak dikuburkan karena belum menemukan pembunuhnya ya? Hehe...Aku Ji Tong juga punya sedikit pengetahuan. Bagaimana kalau aku bantu periksa mayatnya agar kamu bisa menemukan musuhmu."
"Hmph...Niat baik Bang Ji, saya hargai." Gongsun Qian mendengus dingin: "Saya juga bukan baru pertama kali terjun di Jianghu, tidak perlu kebaikanmu!"
"Dua orang ini saling serang dengan kata-kata tajam, sementara para pemimpin sekte dan pendekar lain di sekitar hanya diam-diam menyaksikan keributan ini."
“Sedang pada saat itu, beberapa bayangan manusia muncul di pintu penginapan, ternyata adalah Feng Bujue dan rekan-rekan timnya, mereka masuk begitu saja melalui pintu depan...
