Diskusi tentang rencana meracun sementara berakhir. Feng Bujue dan timnya segera menyusun strategi aksi untuk hari berikutnya.
Tugas utama Tuan Atobe hari ini adalah pengumpulan intelijen. Ia berencana mencari informasi dari pelayan penginapan tentang kamar tempat Murong Ying tinggal, lalu mengunjunginya untuk melihat apakah NPC ini bersedia memberikan petunjuk.
Tampaknya ini tugas mudah tanpa risiko, namun praktiknya tetap ada kesulitan. Masalah terdekat adalah bagaimana mengorek informasi dari pelayan penginapan.
Para pemain sama sekali tidak membawa item yang bisa berfungsi sebagai mata uang di dunia ini. Sangat sulit meminta informasi tanpa memberi "uang tip".
Masalah perak ini sebenarnya tidak terlalu diperhatikan Feng Bujue. Masalah sebenarnya adalah: Jika bukan karena Enam Pedang Huaying yang memberikan kamar Tianzi Bing kepada mereka, bahkan jika ada kamar kosong, Feng Bujue tidak bisa membayar biaya menginap. Tentu saja, dalam rencana awalnya, Feng Bujue sama sekali tidak memikirkan cara membayar tagihan. Bagaimanapun juga dua hari kemudian mereka akan menghilang. Soal utang penginapan... biarkan pemiliknya cari sendiri yang mau bayar. Para pemain tidak peduli dengan reputasi di Jianghu.
Selain itu... Bahkan jika Atobe berhasil mengetahui di kamar mana Murong Ying tinggal, pemilihan kata dan sikap saat bernegosiasi juga perlu dipertimbangkan dengan matang.
Ucapan tentang "gigolo profesional" tentu hanya candaan belaka. Atobe juga menyadari bahwa saat ini Feng Bujue sebagai pemimpin guild Jianghu telah membentuk citra "Siapa yang berani menggoda istriku, akan kubantai" di mata para pendekar. Jadi urusan mengajak bicara wanita cantik secara pribadi seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh Jue Ge. Jika benar-benar dilakukan, itu hanya membuktikan dia munafik atau sudah siap dipenggal istrinya sepulang nanti.
Singkatnya... Tidak hanya tidak membantu Progres penyelesaian misi, malah akan memberikan dampak negatif dalam interaksi dengan NPC.
Mengenai Xiao Tan, meski Atobe tidak terlalu mengenalnya, dari interaksi selama ini setidaknya bisa dilihat bahwa pemuda ini - jika tidak bisa dibilang polos dan baik hati - paling tidak tidak banyak akal. Tipe orang seperti ini sangat tidak cocok untuk pekerjaan intelijen...
Karena itu, mau tidak mau Atobe yang harus bernegosiasi. Bagaimanapun dia pemilik studio. Kemampuan kerja, level bermain game, dan sebagainya meski tidak sebanding dengan ahli industri seperti [Xiao Wen Cang Tian], setidaknya masih di atas rata-rata pemain biasa.
Dari sudut pandang game, pada tingkat data, ini hanyalah ujian terhadap kemampuan pemain dalam berinteraksi dengan NPC. Selama mengikuti worldview quest, melakukan kontak dengan sopan dan masuk akal, tidak ada alasan sama sekali tidak mendapatkan informasi. Bahkan di game TV 70 tahun yang lalu, NPC di kota masih mengulang kalimat yang sama kepada pemain. Di era optical computer modern ini, mana mungkin tidak bisa mendapatkan informasi apapun.
Sedangkan keempat anggota Garis Depan Neraka hari ini berencana bertindak dalam dua kelompok.
Feng Bujue dan Siyu langsung menuju gunung di utara kota untuk menyelidiki "kuil tua di hutan gunung utara desa" yang disebutkan dalam sinopsis alur cerita. Xiao Tan dan Beiling akan melakukan pencarian menyeluruh di rumah-rumah penduduk kosong di dalam kota untuk mencari item dan skill.
Pengelompokan ini diusulkan oleh Feng Bujue. Tentu saja, dasarnya bukanlah prinsip "kerja berpasangan pria-wanita lebih efisien", melainkan pertimbangan kondisi aktual quest untuk distribusi yang paling aman dan efisien.
Saat mendengarkan sinopsis alur cerita, Feng Bujue memperhatikan... Sinopsis tidak secara eksplisit menyatakan apakah dunia ini ada hantu, hanya menggunakan kata-kata seperti "kabar angin", dan diakhiri dengan kalimat membingungkan: "Bagaimana hasil duel ini? Apa kebenaran di balik kota hantu? Apakah ada konspirasi tersembunyi di balik semua ini?"
Sinopsis semacam ini seolah memberikan informasi tertentu, tapi sebenarnya lebih mungkin mengarahkan, bahkan menyesatkan arah pemikiran pemain.
Dari awal sampai akhir, para pemain tidak bisa memastikan apakah kota ini benar-benar berhantu, atau semua ini hanya ulah manusia.
Jadi, untuk berjaga-jaga, Feng Bujue sementara menganggap semua konten setelah "kabar angin" sebagai benar. Bahkan jika ada roh jahat yang menghuni kuil tua di gunung itu, kombinasi dirinya dan Siyu sekarang bisa mengatasinya. Dia memiliki Death Poker, sementara gelar "Spiritual Swordsman" dan skill Siyu juga efektif melawan entitas spiritual. Kekuatan komprehensif duo ini sangat tangguh, berani dan strategis. Di siang bolong yang terang benderang ini, tidak mungkin mereka pergi memeriksa FLAG di kuil lalu tidak kembali, bukan?
Di sisi lain, melakukan pencarian sendiri di kota jelas sangat tidak bijak. Jika menghadapi situasi darurat seperti kejadian tadi malam, bertindak sendirian akan sangat berbahaya.
Banyak rumah kosong yang terbengkalai di Kota Cangling. Selain rumah-rumah di sekitar penginapan yang sudah ditempati, sulit diprediksi apa yang mungkin ditemui di rumah lain. Jika di sudut terpencil ada yang menyembunyikan mayat, narkoba, senjata... dan kebetulan ditemukan pemain, bisa jadi terjadi pertarungan sengit.
Jika pencarian dilakukan oleh duo Xiao Tan dan Beiling, relatif lebih aman. Lagipula mereka adalah pemain bersenjata tombak yang bisa menembak untuk membela diri jika terpaksa menghadapi NPC humanoid. Kombinasi mereka saling melengkapi: elemen teka-teki diselesaikan Beiling, sedangkan pekerjaan kotor mengangkat barang ditanggung Xiao Tan.
Bahkan jika gerak-gerik mereka yang menyelinap masuk-keluar rumah warga menarik perhatian orang luar, paling-paling orang hanya akan curiga kedua orang ini sedang mencari tempat untuk urusan mesum, mustahil menyangka mereka sedang mencari item game.
Singkatnya, rencana hari ini adalah membagi tiga tim: satu tim mengumpulkan intelijen, satu tim menjelajahi item, dan satu tim lagi mengejar satu-satunya petunjuk yang diberikan sistem saat ini. Kelima orang sepakat untuk kembali ke kamar penginapan sebelum matahari terbenam. Jika ada yang tidak muncul, baru membahas strategi...
……
Waktu pagi berlalu cepat. Ruang utama Penginapan Cangling justru semakin penuh.
Petinggi dari sekte besar biasanya hanya turun ke bawah untuk minum teh pagi di waktu subuh, dua waktu makan lainnya diurus di dalam kamar.
Sedangkan yang duduk di ruang utama penginapan siang hari untuk minum teh dan makan, kebanyakan adalah pendekar yang tinggal di luar penginapan. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada penghuni penginapan, sehingga suasana ruang utama sekarang lebih ramai daripada pagi tadi.
Karena kursi terbatas, para pendekar ini cukup tahu diri. Yang datang makan, pergi setelah selesai; yang minum teh, hanya duduk sekitar waktu minum teh lalu keluar. Di periode ini, banyak orang yang keluar-masuk.
Kabar tentang Kedai Teh Pedang Rusak tentu sudah tersebar, namun kebanyakan orang yang duduk di lantai satu penginapan pagi ini tidak hadir di pagi hari, sehingga tidak mengetahui penampilan Feng Bujue dan kawan-kawannya. Ditambah dengan keramaian aula saat ini dan banyaknya orang yang lalu lalang, ketika empat pemain turun berturut-turut dan meninggalkan penginapan berpasangan, tidak banyak menarik perhatian. Hanya beberapa orang yang mengenali mereka, dan itupun paling-paling hanya menunjuk-nunjuk sambil berbisik pada orang di sebelah mereka.
Setelah keluar dari penginapan, Feng Bujue dan Siyu langsung menuju utara menyusuri jalan besar di depan pintu.
Mendekati tengah hari, matahari tepat di atas kepala. Setelah berjalan cepat beberapa saat, mereka mulai merasakan hawa panas. Meski sensasi ini berpengaruh pada konsumsi Poin Stamina, efeknya tidak terlalu signifikan.
Setelah berjalan cepat sekitar dua puluh menit, mereka tiba di area paling utara desa. Hampir tidak ada bangunan di sini, pandangan semakin terbuka. Di kejauhan terlihat beberapa lahan pertanian terbengkalai, sedangkan rumah pertanian di pinggirnya sudah roboh, hanya menyisakan tumpukan kayu hitam membusuk dan rerumputan berbatu.
Terus melanjutkan ke utara, gunung tinggi yang sebelumnya samar-samar terlihat kini sudah di depan mata. Kontur tanah semakin berbukit dengan kemiringan yang meningkat. Jalan di bawah kaki mereka menyempit menjadi satu jalur, semakin tipis dan sempit seiring perjalanan, hingga akhirnya benar-benar menghilang.
Pada tengah hari, kedua orang ini tanpa sadar telah memasuki pegunungan. Di bawah kaki mereka adalah tanah kering dan rumput liar, sementara hutan di sekeliling semakin lebat. Feng Bujue awalnya mengira masuk ke hutan lebat akan terasa semakin pengap, namun kenyataannya... suhu sekitar justru semakin dingin.
"Aneh... Kemiringan lereng gunung di sini cukup curam, sepertinya tidak ada bangunan." Feng Bujue berkata sambil merasa situasinya mulai tidak biasa.
"Coba jalan lagi sebentar." Siyu langsung merespons.
"Hmm..." Feng Bujue mengangguk dan terus memimpin jalan. Meski situasinya "agak aneh", tak ada alasan untuk menghentikan eksplorasi saat ini. Baik stamina maupun waktu, keduanya masih sangat cukup. Tak masalah berjalan 2-3 jam lagi.
Setelah berjalan sekitar 10 menit lebih, Feng Bujue tiba-tiba berhenti dan menoleh bertanya: "Hei... kamu perhatikan tidak?"
Siyu balas bertanya: "Apa?"
"Sejak masuk gunung, sepanjang jalan... Aku tidak melihat jejak kaki atau kotoran hewan sama sekali, bahkan burung atau serangga terbang." Kata Feng Bujue: "Faktanya... Tidak ada kicau burung atau derik jangkrik, hutannya sunyi secara aneh." Dia berhenti sejenak, mengerutkan alis: "Dan apa kamu tidak merasa semakin sejuk?"
Siyu merenung beberapa detik sebelum menjawab: "Settingan supranatural?"
"Pokoknya ini pasti bukan fenomena yang seharusnya ada di worldview murni seni bela diri." Feng Bujue membalas: "Bisa jadi horor, fantasi, atau fiksi ilmiah. Intinya... hutan di depan kita ini jelas tidak normal." Sambil menoleh ke kiri-kanan, ia melanjutkan: "Tidak ada makhluk hidup... dan semakin masuk ke area tengah, semakin terasa dingin..."
"Karena ini adalah 'Hutan Tak Kembali'." Tiba-tiba, suara wanita seram terdengar.
Ucapan misterius yang tiba-tiba ini membuat Siyu gemetar ringan, Nilai Ketakutannya sedikit berfluktuasi.
Feng Bujue tidak terpengaruh. Ia langsung menoleh ke sumber suara, bersama Siyu memandang ke arah pohon besar di depan kiri.
Batang pohon itu sangat tebal. Si pembicara sepenuhnya bersembunyi di baliknya tanpa terlihat.
Namun saat pandangan Feng Bujue dan Siyu beralih ke sana, separuh wajah kuning pucat perlahan muncul menyembul dari balik batang pohon...
