Setelah merangkak melewati mayat buaya raksasa, Beiling dan Xiao Tan melanjutkan perjalanan. Karena sebelumnya sudah melewati jalan ini, langkah mereka tanpa sadar semakin cepat. Beberapa menit kemudian, mereka melewati tempat pertama kali bertemu monster.
Setelah berjalan beberapa saat, pandangan kedua orang itu tiba-tiba terbuka lebar. Terowongan yang semakin melebar ini akhirnya terhubung ke sebuah gua batu yang sangat luas. Di lantai dan langit-langit gua terdapat kelompok stalaktit yang memancarkan warna-warni indah di bawah sinar cahaya, menciptakan pemandangan spektakuler. Dinding batu yang tidak rata di sekelilingnya saling berpadu dengan formasi stalaktit, membuat panorama gua sulit terlihat utuh sekilas pandang.
"Kita pisah cari... periksa apakah ada terowongan ke area lain." Beiling berkata.
Xiao Tan mengangguk, menunjuk sisi sebelahnya: "Kalau begitu aku ke sana." Kemudian ia melangkah pergi.
Keduanya memiliki peralatan penerangan masing-masing, dan akustik gua ini cukup baik. Selama tidak menemui jalur bercabang, tidak perlu khawatir terpisah. Jadi Beiling tidak banyak bicara lagi, dengan cepat berjalan ke arah berlawanan.
Sayangnya, keberuntungan Beiling kurang baik. Sisi yang ia tuju cepat mentok. Setelah melewati area berlumpur berbentuk kubangan, ia menemukan kolam besar yang luasnya mirip dengan tempat ia jatuh sebelumnya. Bedanya, langit-langit gua di sini tertutup rapat, dan dinding batu yang mengelilingi tiga sisi kolam menegaskan bahwa ini adalah jalan buntu.
Ia segera berbalik arah, kembali ke tempat berpisah dengan Xiao Tan, lalu bergerak menuju arah yang tadi ditempuh Xiao Tan. Tak lama kemudian, cahaya lampu dan bayangan panjang Xiao Tan terlihat di balik sebuah batu di depan.
Xiao Tan juga mendengar langkah kakinya mendekat, menoleh dari belokan sambil menjulurkan kepala: "Apa kamu menemukan sesuatu di sana?"
“Tidak ada jalan.” Beiling menjawab, kemudian langsung bertanya: “Bagaimana denganmu? Sedang melihat apa di sana?”
“Sepertinya aku menemukan sebuah pintu.” Xiao Tan membalas.
“Oh?” Sambil berbicara, Beiling telah sampai di sisi Xiao Tan. Dia juga melihat “pintu” yang dimaksud itu.
Itu adalah bola delapan sudut tiga dimensi dengan permukaan bertekstur logam. Volumenya lebih besar dari kulkas, persis menghalangi sesuatu yang terlihat seperti pintu masuk terowongan. Di bagian yang menghadap mereka, ada area logam dengan warna yang jelas berbeda di bagian tengahnya. Saat disentuh, menu permainan akan muncul di depan pemain. Sudah jelas ini adalah objek permainan murni yang tidak ada hubungannya dengan worldview quest.
“Ini teka-teki ya…” Beiling bertanya.
“Sentuh bagian itu dengan tanganmu.” Xiao Tan menunjuk ke area logam yang warnanya berbeda.
Beiling meliriknya, lalu maju selangkah dan menyentuh area yang ditunjuk Xiao Tan dengan ujung jarinya: “Oh~ Teka-teki jenis ini ya…” Ekspresinya langsung berubah rileks saat melihat soal yang muncul, nada suaranya sudah terdengar agak sombong.
“Ah… Memang soal seperti ini.” Xiao Tan menyambung.
“Kamu berdiri bodoh di sini hanya untuk memecahkan ini?” Beiling bertanya.
“Iya, tapi sejak kamu datang dan mengajakku bicara, semua yang kupikirkan sebelumnya jadi lupa…” Xiao Tan menjawab.
“Jawabannya adalah tujuh puluh lima.” Beiling berkata sambil menggoreskan dua angka Arab di permukaan logam itu dengan jarinya.
Detik berikutnya, seluruh permukaan bola logam itu tiba-tiba berubah menjadi warna yang sama dengan bagian ini. Kemudian seperti kuncup bunga yang mekar, bola itu perlahan terbuka dari puncaknya. Lembaran-lembaran logam terlipat dan membentang di kedua sisi terowongan serta lantai, membuka jalan di depan mereka.
Selain itu, di tengah bola logam ini tersembunyi sebuah peralatan yang kini terpampang di hadapan mereka.
Xiao Tan terkejut, "Kamu menghitung secepat itu?"
"Masalah kecil." Beiling menatapnya, "Soal latihan yang biasa kubuat untuk hiburan lebih sulit dari ini."
Teka-teki tadi sebenarnya hanya soal sudoku 9x9 dengan banyak angka yang sudah diberikan secara default, termasuk kategori kesulitan mudah. Menu permainan juga tidak mengharuskan pemain mengisi semua kotak kosong, cukup menyelesaikan beberapa angka di titik spesifik dan menjumlahkannya.
Bahkan siswa SD kelas tiga pun bisa memecahkan soal ini, hanya saja tanpa alat tulis atau pencatatan mungkin membutuhkan waktu lebih lama.
Singkatnya ini adalah teka-teki yang menguji memori jangka pendek, kalkulasi mental, dan logika berpikir - tidak perlu asosiasi tambahan. Inilah bidang terkuat Beiling.
"Hiburanmu mengerikan... Jangan-jangan kamu matematikawan?" kata Xiao Tan.
"Aku jurusan sastra." Beiling menjawab, "Lagipula... mana ada matematikawan semuda ini, dua bulan lagi baru lulus."
“Benarkah… Selama ini kupikir kamu tipe jagoan sains, tidak menyangka.” gumam Xiao Tan.
Beiling mendengus: “Justru menurutku kamu sama sekali tidak seperti mahasiswa kedokteran, penakut seperti tikus.”
Xiao Tan hanya tersenyum tanpa membantah. Ia mendekat dan melihat peralatan di dalam logam itu: “Kamu saja yang ambil item ini, jangan-jangan terikat saat diambil.”
“Sudah jelas aku tidak bisa pakai ini. Kalau memang terikat, 80% akan kubawa ke toko untuk dijual.” jawab Beiling: “Lebih baik kau ambil.” Memang benar, karena item di lantai itu berbentuk sarung tinju. Pemain spesialisasi menembak yang memakainya bahkan tidak bisa menarik pelatuk, tidak ada gunanya disimpan.
Mendengar itu, Xiao Tan pun mengambil item tersebut.
【Nama: Penghancur Mesin Penjual Otomatis】
【Tipe: Senjata】
【Kualitas: Rare】
【Kekuatan Serangan: Lemah】
【Atribut: Tidak ada】
【Efek: 1% kemungkinan mengaktifkan 'Kegigihan Penghancur'】
【Syarat peralatan: Level 25 ke atas, Spesialisasi Bertarung C atau Spesialisasi Umum C】
【Catatan: Pernahkah mesin penjual otomatis menelan koinmu? Jika pernah, kau pasti tahu bahwa tepukan lembut atau pukulan asal tidak akan membantu. Hanya pukulan tepat sasaran yang bisa membuat mesin terkutuk itu bekerja normal.
PS: Ya, aku pernah membuat Ogre memuntahkan ginjalnya sendiri.】
"Setelah membaca, Xiao Tan menyerahkan ke Beiling untuk melihat atribut senjata itu, 'Untungnya tidak binding setelah diambil, senjata ini sama sekali tidak cocok untukku, apalagi harus naik 8 level lagi baru bisa pakai.'"
"Sarung tinju ini pasti sangat kuat untuk pemain tipe speed yang fokus ilmu tinju," saran Beiling sambil melihat atribut item, "Kalau mau dijual di rumah lelang, harganya bisa dipatok tinggi."
"Hmm... nanti setelah quest selesai saja," Xiao Tan mengambil kembali item itu dan menyimpannya di tas.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan, memasuki persimpangan yang terkunci, menyusuri terowongan batu baru.
Belum beberapa langkah, Beiling teringat sesuatu, "Eh, ngomong-ngomong, kan kamu tidak kekurangan koin game, bagaimana kalau hadiahkan peralatan itu ke Ketua guild? Sama saja memberi dia koin game enam digit."
"Jue Ge pasti menolak," jawab Xiao Tan tanpa menoleh, "Baik di dunia nyata maupun game, memberi uang langsung atau tidak langsung, dia tidak akan menerima."
"Ah~ harga diri terdistorsi kaum pria..." Beiling menggumamkan dengan nada panjang.
"Jangan bicara seperti itu, ini bukan cuma soal siapa melukai harga diri siapa," Xiao Tan menyangkal serius, "Antara dua teman dengan kondisi ekonomi berbeda, garis batas terpenting untuk menjaga persahabatan adalah jangan sering bertransaksi uang secara tidak setara. Kalau tidak, lama-lama bahkan kepercayaan dasar dan percakapan setara pun akan hilang."
"Beiling menatapnya, terdiam beberapa detik, lalu tersenyum. 'Dengar nada bicaramu yang sudah berpengalaman... Kamu anak orang kaya ya?'"
"'Eh...' Xiao Tan ragu sejenak sebelum menjawab. 'Bisa dibilang begitu...'"
"'Ya udah ngaku aja, malu apa? Takut mengakui kalau keluarga kaya?' kata Beiling."
Xiao Tan memang punya kekhawatiran. Selain masalah pertemanan yang disebutkannya, masalah lain yang mengganggunya adalah... mantan pacarnya dulu selalu mendekatinya karena uang, atau berubah sikap setelah tahu keluarganya kaya. Sayangnya Xiao Tan tipe orang yang tetap menganggap pasangannya punya niat baik meski sudah ditipu. Jika bukan karena Feng Bujue dan Pak Bao yang diam-diam melindunginya, nama Wang Tanzhi hampir identik dengan 'orang bodoh yang tertipu'."
Xiao Tan menoleh, mencoba menjelaskan. "Hehe... Sebenarnya tidak separah itu, tidak seperti yang kamu bayang..." Ucapannya terpotong.
"Santai saja." Beiling berjinjit dan menepuk kepala Xiao Tan seperti memelihara anjing. "Meski tahu keluargamu super kaya, sikapku takkan berubah." Matanya memancarkan sifat sadisnya. "Soalnya keluarga pasti lebih kaya dari kamu. Di mataku, kamu tetap orang miskin."
"Pedekate macam apa ini... Ayahmu orang terkaya dunia?" batin Xiao Tan. Tapi dia hanya berkata, "Hmm... Ini pertama kali seumur hidup disebut miskin. Entah kenapa rasanya lumayan..."
“Ini namanya jahanam.” Beiling langsung menyambut, ucapannya tidak diblokir mungkin karena sistem setuju dengan pandangan tersebut……
Saat mereka asyik mengobrol, bagian depan terowongan menunjukkan persimpangan berbentuk salib.
Tiga koridor yang arahnya berbeda itu, dilihat dari persimpangan, sama sekali tidak memiliki ciri khas apalagi papan penunjuk jalan yang bisa memberi petunjuk.
“Mau lewat mana?” tanya Beiling.
“Hah? Bukannya ini harusnya dialogku?” balas Xiao Tan, “Bukan selalu kamu yang memutuskan?”
“Untuk pilihan yang sama sekali tidak ada petunjuk ini, tebak saja sembarangan,” jawab Beiling.
Seandainya Feng Bujue di sini, pasti akan mengambil keputusan yang sama karena siapa pun yang pernah berinteraksi dengan Xiao Tan akan menyadari——keberuntungan bocah ini sungguh luar biasa……
“Hmm… kalau begitu…” Xiao Tan menggerakkan lampu tambang di kepalanya ke kiri dan kanan, akhirnya berkata, “Tetap lewat tengah saja.”
