Pertarungan di gua bawah tanah berubah menjadi perang gesekan.
Taktik hit-and-run monyet api ini sangat hebat. Ia bergerak naik-turun seperti berjalan di tanah datar, melompat kesana-kemari tanpa pola jelas, gerakannya licin dan sulit ditebak. Seluruh ruang gua menjadi medan tempur tiga dimensinya, sementara medan yang bisa dimanfaatkan pemain sangat terbatas.
Andai bukan karena Xiao Tan dan Beiling membawa senjata api, mungkin mereka sudah terluka akibat serangan jarak dekat monyet api.
"Ini tidak baik. Peluru sudah banyak terbuang, tapi kerusakan nyata pada monster itu sedikit." Beiling berkata pada Xiao Tan di sampingnya: "Bisa jadi sebelum dia kehabisan nyawa, peluru kita justru habis duluan."
Xiao Tan yang berdiri membentuk formasi sudut bersamanya untuk mengawasi serangan tiba-tiba dari segala arah dan sudut, menjawab: "Aku pun ide."
"Bicarakan." Balas Beiling.
“Aku minum suplemen dulu untuk mengisi darah penuh.” Xiao Tan berkata: “Lalu aku menyimpan tombak dan mengalahkannya dalam pertarungan jarak dekat.”
Beiling menoleh ke arahnya: “Sebelum bertarung saja sudah jelas dia yang menang dan kamu kalah?”
“Tidak apa, aku sudah paham.” Xiao Tan melanjutkan: “Kekuatan terbesarnya adalah kecepatan, sedangkan daya serangnya biasa saja. Meskipun seluruh tubuhnya terbakar cukup merepotkan, tapi di sisi lain... ini tidak berarti pertahanannya kuat, hanya menunjukkan bahwa menyerangnya dari jarak dekat mungkin akan menerima sedikit kerusakan.” Sambil berkata demikian, Xiao Tan benar-benar menyimpan senapan patahan dan mengeluarkan senjata jarak dekat andalannya——【Pedang Pendek Damaskus】.
“Dengan mengabaikan senjata jarak jauh dan fokus pada jarak dekat... seharusnya aku bisa mengikuti kecepatannya.” Xiao Tan menambahkan: “Asalkan bisa menyentuhnya, aku bisa menggunakan 【Sengat Lebah】 untuk mengikis darahnya, lebih baik daripada saling menghabiskan peluru.”
“Kalau kamu bertarung seperti ini, aku tidak bisa mendukungmu.” Beiling berkata: “Kemampuan menembakku terhadap target bergerak cepat seperti ini akurasinya kurang dari tiga puluh persen. Apalagi menembak saat dia sedang bertarung sengit denganmu, harus menghindarimu sekaligus mengenai target...”
“Tidak perlu, aku akan lawan sendiri.” Xiao Tan menyela: “Jika aku merasa ada risiko terbunuh, atau benar-benar tidak bisa menang, aku akan kabur kembali ke sini. Saat itu kamu cukup lindungi aku agar ada waktu untuk bernapas dan pulih.”
"Baiklah, hati-hati ya..." Beiling memang tidak bisa memikirkan ide yang lebih baik dari ini, terpaksa membiarkan Xiao Tan mencoba. Bagaimanapun, spesialisasi bertarung Beiling sendiri hanya level E. Saat menghadapi BOSS kecil tipe super gesit seperti ini, kecuali ada rekan tim yang memiliki skill kontrol untuk membantu, dia hanya bisa melakukan tugas perlindungan di titik tertentu.
"Ya, paham." Saat menjawab, Xiao Tan sudah meminum sebotol suplemen health point. Hampir bersamaan, kera api itu kembali melengking dan tiba-tiba muncul dari balik batu, menyerang lagi. Serangan mendadak ini tepat di sisi Xiao Tan, memberinya kesempatan untuk masuk ke pertarungan.
Xiao Tan tidak langsung menahan cakar api monyet itu, melainkan menyamping menghindar, nyaris terhindar dari serangan itu. Saat berpapasan dengan kera api, dia mengayunkan pedang pendeknya ke depan, berhasil menyentuh bulu monster itu. Efek berdarah dari skill gelar【Sengat Lebah】-nya juga berhasil ditambahkan, mulai bekerja sejak detik ini.
Sebenarnya... pernyataan Xiao Tan "Aku seharusnya bisa mengikuti kecepatannya" hanyalah bentuk merendah. Setelah pengujian dan pengamatan ini, dia yakin 90% bisa mengikuti kecepatan itu, makanya berani mengajukan ide menyelesaikan pertarungan sendirian.
Sedangkan sikap lemah yang ditunjukkan Xiao Tan saat bicara dengan Beiling sebenarnya... pertama, dia mempertimbangkan sifat kompetitif Beiling dan ingin menjaga harga dirinya; kedua, dia cukup menikmati perasaan dikhawatirkan oleh orang lain.
“Auuu——” Setelah terluka oleh skill, kera api itu tampak sangat marah, langsung meraung dan berbalik menerjang Xiao Tan lagi.
Monster ini memang pantas disebut tipe lincah, recovery setelah terkena serangan sangat cepat, serangan lanjutannya datang seketika. Terlihat ia memutar kepala, melangkah maju, mengeluarkan kedua tinju sekaligus—gerakan berbahaya lagi. Harus diakui... serangan kera api ini mengandung nuansa jurus bela diri, momentumnya cukup dahsyat. Tiupan angin panas dari tinjunya tidak kalah dengan telapak tangan ahli bela diri.
Menghadapi serangan mendadak ini, Xiao Tan tidak panik. Ia tetap mempertahankan posisi bertahan, mundur beberapa langkah, dan dengan mudah menetralisir serangan.
Sifat Xiao Tan sejak dulu tidak tergesa-gesa. Dalam kondisi normal, dia sangat bisa mengendalikan diri dengan kesabaran luar biasa. Kecuali jika dia ketakutan oleh sesuatu yang membuatnya kehilangan kendali... Tanpa kesempatan tepat, dia lebih memilih tidak menyerang.
Tapi jika dia sudah menyerang, artinya lawan telah menunjukkan celah.
Meskipun ganas, kera api tetaplah monster dengan kecerdasan terbatas. Setelah terluka oleh Xiao Tan dan serangan berturut-turutnya gagal, sifat buru-burunya muncul. Dipicu naluri binatang, ia maju dengan cepat sambil mengayunkan cakar apinya secara membabi buta.
Xiao Tan melihatnya datang menyerang dengan cepat, namun tidak mundur malah maju. Ia telah melihat bahwa saat kera api mengayunkan cakarnya, perutnya akan menunjukkan kelemahan. Maka ia membungkuk dan menyergap miring, menghunus pedang pendeknya. Saat berpapasan dengan kera api, tidak hanya berhasil melukainya tapi juga menambahkan efek lapisan kedua 【Sengat Lebah】.
Dalam dua putaran pertarungan ini, Xiao Tan hanya menggunakan dua skill tersebut telah menghabiskan 14% Poin Stamina. Untungnya kerugian pada nilai kelangsungan hidup sangat minim, hanya kehilangan sekitar 1% darah setiap dua detik saat mendekati kera api. Asalkan menjaga jarak sekitar satu meter, kerusakan ini akan hilang.
Sedangkan di pihak kera api, meski kerusakan yang diterima tidak besar, efek perdarahan telah terakumulasi dua lapisan. Sebagai BOSS tipe gesit, darahnya memang tidak tinggi. Sebelumnya saat pertarungan jarak jauh sudah beberapa kali terkena peluru dan kehilangan sebagian. Kini ditambah efek perdarahan selama dua menit, jelas-jelas telah berada dalam posisi kalah.
Yang harus dilakukan Xiao Tan adalah tetap sabar, sambil memastikan tidak terkena serangan mematikan, memancing kera api ini terus menyerang dengan ganas agar kecepatan perdarahan monster ini semakin cepat.
Namun tak disangka, tiba-tiba kera api itu meninggalkan Xiao Tan, berputar tubuh dengan kasar dan berlari ke arah Beiling.
Monster ini juga menyadari kecepatan Xiao Tan tidak buruk, terus mengejar akan sia-sia. Mungkin dirinya akan habis terkuras sementara lawannya tetap selamat. Akhirnya memutuskan untuk mengambil risiko, lebih baik mati setelah membunuh satu musuh.
Beiling melihat monyet api berlari kencang dengan semangat bertarung habis-habisan, dia tentu tidak tinggal diam. Dengan gesit dia menyelip ke celah dua batu raksasa dan mundur ke tepi dinding, sehingga monyet api hanya bisa menyerang dari satu arah.
Saat monster itu menyerang dari sudut satu-satunya, peluru MP5 di tangan Beiling langsung menghujani. Berkat posisi strategis, sekitar 60-70% peluru berhasil mengenai sasaran.
Setelah satu magazen peluru habis, puluhan bekas peluru sudah menghiasi tubuh monyet api. Lukanya mengucur darah deras, tapi ini tidak menghentikan gerakannya. Dalam mode bertarung mati-matian, serangan level ini takkan menghentikannya.
Monyet api mengaum pilu terakhir. Wajah rubinya menyala merah, lalu tubuhnya berputar mengayunkan ekor panjang seperti cambuk api. Batu rubi di ujung ekornya melesat seperti peluru besi merah menghantam dada Beiling.
Posisi Beiling memang membatasi sudut serangan lawan, tapi juga mempersempit ruang geraknya sendiri. Dia tak menyangka monster ini nekat menahan hujan peluru senapan serbu untuk serangan bunuh diri. Andai tahu, lebih baik dia gunakan sniper. Meski dalam jarak pendek hingga sedang, satu tembakan sniper pasti akan membuat monster ini kehilangan anggota tubuh walau tak mati sekalipun.
Saat ekor itu hampir menghantamnya, Beiling pun terpaksa mengangkat tangan untuk menangkis. Dalam hati, ia berdoa agar nilai kelangsungan hidupnya bisa bertahan dari pukulan sekuat meriam ini.
Desis! Angin panas menyapu pipi Beiling.
Serangan monyet api itu ternyata meleset...
Beiling membelalakkan mata besar nan jernihnya, memandang takjub pada pemandangan tak masuk akal di depannya.
Terlihat seberkas cahaya dingin menembus tenggorokan monyet itu.
Dari belakang tubuh monyet api yang terbakar, terlihat sosok berbaju assassin berdiri rapat dengan tubuh berapi itu. Tangan yang stabil dan presisi, meski terbakar api, tetap menikamkan belati pendek ke tulang leher monster itu dengan tenaga penuh.
Dengan suara Bruk, monyet api itu terjatuh ke depan. Beiling pun melihat Xiao Tan di balik tubuh monster itu.
Rupanya, saat monster itu mengayunkan ekornya, Xiao Tan sudah menyelinap ke jarak sejengkal di belakangnya. Tak peduli kerusakan yang ditimbulkan oleh kedekatan terus-menerus dengan tubuh berapi itu, detik ini ia bagai jagal yang kejam. Mungkin pengetahuan kedokterannya yang berkilat, atau bakat membunuh bawaan yang tiba-tiba bangkit. Mata Xiao Tan, dalam sekejap, menangkap dengan cepat dan akurat titik paling mematikan satu-satunya pada tubuh monyet api itu.
Tulang leher terpotong, membuat ekor panjang yang dilempar oleh kera api menyimpang. Dengan momentum, tepat sebelum mengenai Beiling, ekor itu melenceng ke samping.
"Huo… huohuohuo… Panas sekali panas sekali..." Begitu monster jatuh, Xiao Tan kembali ke penampilan kesehariannya yang kikuk. Gerakannya seperti orang kepanasan saat makan ubi bakar, melempar-lemparkan pedang pendek di antara kedua tangannya. Karena pedang itu menghantarkan panas, dia hampir tidak bisa memegangnya.
Beiling berjalan mendekat, menatap mayat monster lalu mengarahkan moncong MP5 (karena Beiling memasang senter di laras senjata) ke wajah Xiao Tan: "Tak kusangka, di saat genting kamu cukup bisa diandalkan."
"Tidak-tidak... Ini keberuntungan, benar-benar keberuntungan..." Mulut Xiao Tan merendah, tapi raut wajahnya sama sekali tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan. Senyumnya mekar lebar sambil menggaruk kepala belakang dengan satu tangan, hampir seperti gadis pemalu yang berkata "Aku tidak sebagus itu".
Sambil mereka berbincang, mayat kera api di tanah tiba-tiba terbakar sendiri menjadi abu, hanya menyisakan batu kristal merah di ujung ekornya.
"Ini pasti salah satu dari dua lempengan batu yang dimaksud." Kata Xiao Tan sambil memungut kristal itu.
Karena monster di Taman Horor tidak akan menjatuhkan peralatan, bahkan Xiao Tan pun tahu benda ini kemungkinan besar adalah item misi.
Saat pertama kali disentuh, kristal ini masih cukup panas, Xiao Tan hampir tidak bisa memegangnya lagi. Namun setelah bersentuhan dengan tangan pemain, kristal merah berbentuk belah ketupat ini segera berubah menjadi cahaya putih dan mengubah bentuk. Saat cahaya putih menghilang, kristal merah ini berubah menjadi bentuk magatama, menyerupai setengah bentuk bagua.
【Nama: Lempeng Batu (Yang)】
【Tipe: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Bersama Lempeng Batu (Yin), masukkan ke dalam piringan batu bagua di pintu batu untuk membukanya】
【Dapat dibawa keluar dari quest ini: Tidak】
【Catatan: Sebagai kunci, bentuk dan prinsip kerja benda ini sangat membingungkan】
Setelah mendapatkan Lempeng Batu Yang, Xiao Tan dan Beiling menjelajahi gua batu ini sekali lagi untuk memastikan tidak ada yang terlewat, menghindari perlu kembali lagi. Hasilnya, mereka benar-benar menemukan sesuatu. Di celah stalaktit, Beiling menemukan sebuah consumable.
【Nama: Kristal Serpihan Batu】
【Tipe: Consumable】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Setelah digunakan, memulihkan 50% nilai kelangsungan hidup pemain dan meningkatkan kecepatan regenerasi nilai kelangsungan hidup untuk sementara waktu】
【Dapat dibawa keluar dari quest ini: Ya】
【Catatan: Efek pemulihan tidak terpengaruh oleh efek pengurangan dari suplemen health point】
Barang ini seharusnya menjadi bentuk kompensasi untuk pemain, seperti item pemulihan yang dijatuhkan setelah mengalahkan BOSS dalam beberapa game. Jelas bahwa sistem juga menganggap membunuh kera api ini memerlukan pengorbanan tertentu, entah menguras darah atau sumber daya lain, intinya tidak mungkin diselesaikan dengan mudah.
Namun, bagi dua "orang kaya" yang hadir di sini, consumable tipe pemulihan seperti ini tidak pernah kekurangan. Kalau ditemukan bagus, kalau tidak juga tidak masalah. Jika mereka merasa perlu, membeli puluhan bahkan ratusan botol suplemen health point pun tidak masalah. Jika tas tidak cukup, tinggal beli slot tas tambahan.
Beiling langsung menyerahkan 【Rock Debris Crystal】 kepada Xiao Tan. Bagaimanapun dia lebih banyak berkontribusi melawan kera api ini - tidak hanya meminum suplemen, tapi juga kehilangan banyak blood bottle untuk menyelamatkan si cantik. Xiao Tan pun tidak menolak.
Keduanya berkeliling sebentar di gua batu ini, lalu kembali melalui jalan masuk tadi. Beberapa menit kemudian mereka kembali melewati persimpangan empat arah, kali ini masuk ke terowongan di sisi kanan.
Jalur ini juga tidak panjang, tampaknya simetris panjangnya dengan terowongan di seberang. Lima enam menit kemudian, muncul lagi sebuah gua batu di depan mereka. Gua ini tidak terlalu besar, berbentuk oval. Dinding batunya memantulkan cahaya kebiruan saat disinari. Hampir seluruh bagian tengah gua dipenuhi kolam air, hanya menyisakan area sempit di pinggir untuk berdiri.
Saat kedua orang berdiri di tepi kolam, mereka bisa merasakan hawa dingin yang menusuk jantung menyergap. Terlihat jelas suhu air kolam pasti sangat rendah. Mereka menyapu gua batu dengan cahaya senter, tidak menemukan sesuatu yang berharga. Tampaknya batu Yin pasti berada di dasar kolam...
Xiao Tan berjongkok dan menyentuh permukaan air dengan jarinya, langsung menarik tangan karena kedinginan: "Wah... Pasti ini yang disebut suhu nol derajat tidak membeku dalam legenda..."
"Aku saja." Beiling sambil bicara langsung mengikat senter ke bajunya. Setelan tentara khususnya memiliki banyak fungsi, di bahu dan paha luar terdapat pengait untuk mengamankan benda-benda kecil.
"Hei... Benar-benar dingin." Xiao Tan mengingatkan.
"Tidak apa." Dia mengusapkan sedikit air ke wajah dan lehernya. Meski ekspresinya tidak berubah, dalam hati berpikir: Aku mati kedinginan...
"Jangan tembak di bawah air, kalau ada risiko langsung berenang kembali." Xiao Tan berkata dengan nada perhatian.
"Sudah tahu..." Beiling membalas dengan kesal.
"Bagaimana kalau setelah tiga menit belum naik untuk ambil napas..." Xiao Tan belum selesai bicara sudah dipotong.
"Jangan cerewet!" Beiling menoleh dan melotok padanya, lalu menarik napas dalam, melangkah dua langkah ancang-ancang, lalu terjun ke dalam air.
Air kolam yang dingin membungkus Beiling dari kepala hingga kaki. Ia menahan rasa sakit, memaksa membuka matanya, tapi pandangan tetap kabur. Cahaya senter hanya bisa menjangkau jarak sangat terbatas. Namun dengan gigih, ia terus menyelam ke dasar kolam.
Meski sehari-hari Beiling terlihat ceria dan suka bercanda, sejatinya ia sangat keras kepala dan pantang menyerah. Apalagi tidak mau kalah dari si bodoh di tepian. Alasan nekatnya menyelam hanya satu: "Jika kau bisa terbakar untuk menyelamatkanku, aku pun bisa menahan dingin untuk mengambil item itu."
Secara umum, orang berpakaian biasa hanya bisa bertahan beberapa menit di air nol derajat - itu pun dalam kondisi diam. Kenyataannya, akibat mati rasa, hilangnya kemampuan bergerak, atau kepanikan yang menyebabkan gerakan tak terkendali... kebanyakan orang akan tenggelam sebelum mencapai batas waktu.
Pilihan Beiling saat ini sangat berisiko. Xiao Tan yang berprofesi dokter pun mengerti pengetahuan ini. Itu sebabnya ia berulang kali mengingatkan dengan khawatir. Sayangnya, niat baiknya malah dianggap meremehkan.
Waktu berjalan lambat, setiap detik terasa seperti keabadian.
Satu menit... Dua menit...
Sudah hampir lima menit berlalu. Bahkan orang yang mahir berenang pun seharusnya sudah muncul ke permukaan untuk bernapas. Meskipun tenggelam dalam game tidak menyebabkan pingsan, tapi nilai kelangsungan hidup akan berkurang.
Xiao Tan sudah tidak sabar menunggu. Dia merangkak di tepi kolam, satu tangan menekan lampu penambang di kepalanya, tangan lain menopang tubuhnya sambil menutup mata, lalu menyembungkan kepalanya ke dalam air. Dia tidak tahu seberapa jauh penglihatannya, tapi hanya ingin mencoba.
Tak disangka, saat Xiao Tan membuka mata dalam air, Beiling muncul ke permukaan tepat di dekatnya. Karena seluruh kepala Xiao Tan terendam air, dia sama sekali tidak mendengar suara di sekitarnya.
Beiling dengan agak kikuk memanjat ke tepian. Item misi sudah disimpannya dalam tas, membuatnya sedikit lega setelah naik ke darat.
Dia menyisir rambut basah yang menempel di dahi dan pipinya ke belakang, lalu menoleh melihat si bodoh yang masih mencelupkan kepala ke air. Senyum kecil mengembang di wajahnya.
Ada pepatah: Teratai muncul dari air jernih, keindahan alami tak perlu hiasan. Saat ini, meski wajah Gu Xiaoling pucat membeku, justru membuat kulitnya jernih seperti giok, kecantikannya memesona. Sayangnya sorot mata berbinar dengan senyum manis di pipi itu tak sempat dilihat Xiao Tan.
Beberapa detik kemudian, terdengar suara pleset—Xiao Tan ditendang masuk ke air. Dengan wajah bingung, dia muncul ke permukaan sambil menatap ke tepian, "Hah? Kapan kamu pindah di belakangku?"
“Lempengan batu ditemukan, ayo pergi.” Beiling berkata sambil berbalik dan mulai melangkah.
“Hah? Lalu kenapa kamu menendangku ke air?”
“Ah... Si tolol besar yang tak terselamatkan.” Beiling menyeringai, mengabaikannya dan terus berjalan.
“Hei! Tunggu aku!”
