Di dalam Lingkungan Bel, tiga siluet berjalan di dataran dengan batas samar.
Berkat kemampuan adaptasi dan retorika Feng Bujue, mereka berhasil mendapatkan kepercayaan NPC tanpa konflik. Dengan demikian, Lu Qingning bergabung dengan dia dan Siyu, bertiga mulai menjelajahi ruang ini.
Dalam percakapan, Feng Bujue tetap memperkenalkan diri sebagai Pemilik Pondok Teh Pedang Patah, dengan narasi yang sama persis seperti di Kota Cang Ling. Dia menceritakan pertemuannya dengan Ye Hai di jalan setapak, interaksi dengan anggota Enam Pedang Bayangan, serta permintaan bantuan Su Shang untuk menembus teknik Ming You.
Ucapannya campuran kebenaran dan kebohongan. Detail bagian yang benar sangat lengkap dan logis, sementara kebohongan terutama terkait kemampuan bela diri dan identitasnya, sulit dideteksi lawan.
Singkatnya, setelah buaian Jue Ge, meski Lu Qingning tidak sepenuhnya percaya pada keduanya, dia yamin Tuan Feng dan istrinya bukanlah utusan Lin Chang yang mengejarnya.
Setelah meredakan situasi yang tegang, Lu Qingning juga memberikan beberapa intelijen kepada Feng Bujue. Ucapannya bisa dikatakan secara signifikan memacu sekaligus membalikkan alur cerita quest ini...
……
Dialog spesifik antara NPC dengan Feng Bujue dan kawan-kawan tidak akan dijelaskan secara detail di sini, biarlah saya jelaskan garis besarnya dari perspektif Tuhan...
Masalah ini harus ditelusuri kembali ke beberapa bulan lalu, tepatnya ketika Xie San menerima surat tantangan dari Ye Cheng itu.
Surat itu sama sekali bukan ditulis oleh Ye Cheng, karena saat itu Ye Cheng sudah tiada. Pihak yang mengeluarkan tantangan sejak awal bukan Ye Cheng, melainkan Lin Chang.
Lin Chang, adalah petarung kedua terkuat di Klan Ye, pemimpin Enam Pedang Bayangan Bunga, dan diakui sebagai pendekar pedang ketiga di Jianghu. Ia terkenal sebagai kesatria yang jujur dan rendah hati. Baru menikah di usia 30 tahun, hingga kini belum memiliki anak. Istrinya bukan dari kalangan Jianghu, hanya perempuan biasa.
Dalam hal ilmu bela diri, bakat Lin Chang tergolong baik. Di usia hampir 40 tahun, ia sudah termasuk elit di jajaran petarung papan atas. Sebagai pendekar pedang ia menempati peringkat ketiga, sementara di seluruh dunia persilatan, pastilah masuk 20 besar. Tingkatannya setara dengan Gongsun Qian dari Menara Senja Pelangi dan Ji Tong dari Menara Delapan Penjuru.
Tentu... jika dibandingkan dengan tokoh utama novel silat yang hampir tak terkalahkan di usia 20-an, ia masih jauh ketinggalan.
Prestasi yang dicapai oleh Lin Chang bisa dibilang hasil wajar yang pantas didapat setelah perkembangan bertahap. Sejak kecil, dia berguru di Yefu untuk belajar ilmu bela diri, memiliki bakat alami yang tinggi, rajin berlatih, dan tidak memiliki cacat karakter yang mencolok atau kecenderungan kekanak-kanakan. Dengan demikian, kemampuannya terus meningkat dan dia diajarkan teknik yang lebih mendalam. Setelah dewasa, dia berkelana di Jianghu, mengumpulkan EXP, perlahan membangun reputasi, dan keterampilan beladirinya semakin matang. Hingga saat ini, semua bisa disebut normal.
Tapi justru orang yang memenuhi semua kriteria "kebenaran" ini, di bawah suatu kesempatan, berubah menjadi iblis paling "jahat".
Saat ini, ketika Lu Qingning mengingat kembali, perubahan awal Lin Chang seharusnya terjadi satu tahun yang lalu...
Setelah kembali dari suatu urusan di luar istana, Lin Chang menunjukkan perilaku aneh selama dua bulan. Kadang dia diam sepanjang hari, kadang mood-nya tidak stabil. Selama periode itu, banyak murid Yefu yang menerima makian atau hukuman darinya tanpa alasan jelas.
Dua bulan kemudian, Lin Chang kembali normal seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Dia tetap menjadi Pendekar Lin yang dihormati, baik hati dan adil. Akhirnya masalah ini dilupakan, tidak ada yang membahasnya lagi - lagipula semua orang pernah punya hari buruk...
Ternyata sekarang terlihat bahwa situasinya jauh lebih rumit dari yang terlihat...
Selama dua bulan itu, jiwa dan pikiran Lin Chang telah mengalami perubahan kualitatif. Ketika sifatnya kembali "normal" setelahnya, itu bukan lagi kepribadian aslinya melainkan topeng.
Setelah lebih dari setahun, rencana besar yang dipersiapkan Lin Chang secara diam-diam hampir selesai. Maka, sebuah konspirasi mengerikan yang menyasar seluruh Jianghu pun dimulai. Langkah pertama rencana ini adalah membunuh Ye Cheng.
Dalam hal ilmu bela diri, Lin Chang saat ini hampir tak terkalahkan di dunia. Masih ada yang bisa menyainginya, tapi bukan Ye Cheng. Maka, Ye Cheng pun tewas. Legenda pedang ini mati tanpa jejak, jasadnya masih teronggok di area terlarang Makam Pedang Kediaman Ye, tak seorang pun menemukannya...
Lin Chang meniru tulisan tangan Ye Cheng untuk membuat surat tantangan ke Xie San. Surat itu singkat, intinya ada 16 karakter: "15 Agustus, Lun Jian Cangling, Juara Dunia, Pemenang Jadi Raja."
Dia juga menulis surat perintah untuk Ye Hai, mengatasnamakan Ye Cheng, isinya: "Sang Dewa Pedang akan bertapa sampai hari pertarungan. Selama ini, siapa pun dilarang mendekati Makam Pedang. Tuan Ye dan Enam Pedang Huaying bisa berangkat dulu ke Kota Cangling, saya akan tiba di hari-H."
Diam-diam Lin Chang menyebarkan kabar pertarungan ini. Dalam 10 hari berkat operasi "Kantor Merpati Pos", seluruh Jianghu bahkan pemerintah mengetahui dua pendekar pedang terhekat akan bertarung di Cangling.
Tak lama kemudian, Penginapan Cangling dibuka dan para pendekar pun berduyun-duyun datang dari berbagai penjuru.
Semuanya awalnya berjalan sesuai rencana, namun pada suatu malam setelah tiba di Cangling (tepatnya malam sebelumnya ketika para pemain memasuki quest), terjadi situasi tak terduga.
Malam itu, Lin Chang sedang bertemu dengan adik seperguruannya Shang Fei di suatu tempat di kota kecil. Shang Fei yang menduduki peringkat kedua di Enam Pedang Bayangan Bunga ini adalah tangan kanan paling setia Lin Chang. Pribadinya sarkastik, tidak pandai berbicara, dan selalu menganggap diri superior. Di antara Enam Pedang, hanya Lin Chang yang memiliki hubungan paling dekat dengannya.
Shang Fei adalah satu-satunya kaki tangan Lin Chang. Alasan dia bergabung dengan Lin Chang sederhana... tidak lepas dari ancaman dan bujukan. Lin Chang memiliki kekuatan cukup untuk menaklukkan orang lain, asalkan dia juga menjanjikan keuntungan... Menarik Shang Fei ke dalam rencana ini bukanlah hal sulit.
Pedang Bayangan sesuai dengan namanya, muncul dan menghilang seperti bayangan. Lin Chang menganggap Shang Fei sebagai partner sempurna karena empat alasan: Pertama, kemampuan bela dirinya sangat tinggi, terutama dalam investigasi; Kedua, berdasarkan pertemanan bertahun-tahun dan saling pengertian, kemungkinan pengkhianatan sangat kecil; Ketiga, kemampuan menjaga rahasianya luar biasa - dia hampir tidak pernah muncul di depan umum, jadi mustahil membocorkan rahasia; Keempat, melakukan hal sebesar ini sendirian terasa kurang aman...
Shang Fei memang sangat menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa hari ini, dia bolak-balik antara Tongqiu dan Cangling untuk mencari informasi. Kabar munculnya Xie San di Tongqiu langsung dia laporkan ke Lin Chang melalui teknik transmisi suara jarak jauh. Faktanya, setelah Lin Chang selesai membunuh, Shang Fei juga yang bertugas mengurus mayat...
Tentu itu cerita belakangan. Mari kembali ke malam itu.
Meskipun percakapan antara Lin Chang dan Shang Fei tidak mengungkap seluruh konspirasi, kematian Ye Cheng, rencana penyergapan Xie San, serta kemampuan bela diri luar biasa Lin Chang... semua bocor melalui celah-celah percakapan mereka.
Seperti pepatah "tanpa kebetulan takkan jadi cerita", semua ucapan mereka terdengar oleh Lu Qingning yang sedang bersembunyi...
Yang paling menarik, Nyonya Pendekar Lu sebenarnya tidak sengaja mengikuti Lin Chang atau Shang Fei ke sana... Awalnya dia sedang membuntuti orang lain.
Malam sebelumnya, Lu Qingning tidak sengaja melihat istri pemilik Wanxia Lou dan seorang murid tampan keluar diam-diam dari penginapan. Mungkin karena sifat ingin tahunya yang besar, dia pun mengikuti mereka.
Teknik qinggong Lu Qingning termasuk yang terbaik di Jianghu. Murni dari segi qinggong, kemampuannya seimbang dengan Shang Fei. Keduanya memiliki aliran teknik yang unik dan berbeda.
Namun jika Lu Qingning mencoba mengikuti Lin Chang atau Shang Fei, besar kemungkinan akan ketahuan. Tapi saat itu, targetnya adalah Shi Yanran dan Wang Ao...
Dan kebetulan dalam proses ini, dia melihat bayangan Lin Chang di kegelapan malam. Karena penasaran, Lu Qingning mengubah target pelacakannya dan ingin melihat apa yang dilakukan senior Lin. Saat itu, Lin Chang sudah sangat dekat dengan lokasi pertemuan yang disepakati dengan Shang Fei. Sepanjang perjalanan, dia telah berulang kali memastikan tidak ada yang mengikutinya, namun tak disangka di saat-saat terakhir, seseorang muncul membuntutinya.
……
"Tunggu, Pendekar Lu…" Feng Bujue sepertinya menangkap kejanggalan. Ia mengulangi: "Menurut penuturanmu, pertama kau melihat Shi Yanran dan Wang Ao pergi bertemu diam-diam, lalu tidak sengaja mengungkap konspirasi Lin Chang dan Shang Fei. Setelah itu kau dikejar Lin Chang hingga melarikan diri ke pegunungan, lalu tiba-tiba terdengar suara lonceng aneh… dan kau langsung terdampar di sini, lepas dari incaran Lin Chang." Ia melanjutkan: "Kau bilang sudah sekitar lebih dari satu shichen sejak tiba di sini…" Saat mengatakan ini, Feng Bujue mulai menghitung rasio waktu antara dimensi ini dengan dunia luar: "Tapi kejadian yang kau alami sebelum masuk ke sini seharusnya terjadi kemarin malam, saat kami belum memasuki kota. Sedangkan waktu kami masuk ke Lingzhongjing adalah saat matahari terbenam pada tanggal tiga belas bulan kedelapan. Setidaknya sudah delapan sembilan shichen sejak kau masuk ke sini."
Ekspresi Lu Qingning berubah samar: "Maksud Tuan Feng adalah…?"
"Dalam tiga shichen, jika kita tidak bisa keluar dari Lingzhongjing ini…" Feng Bujue berbicara sambil merenung.
Siyu menyambung ucapannya: "Mungkin kita akan terlambat menghadiri pertarungan itu…"
Lu Qingning berkata, “Tapi… kepala keluarga sudah meninggal, mungkin sekarang bahkan Xie San juga sudah tewas, mana mungkin masih ada pertarungan?”
“Benar, aku juga ingin tahu, pada malam tanggal lima belas bulan delapan, apa yang Lin Chang rencanakan untuk diperlihatkan kepada seluruh anggota dunia persilatan…” Feng Bujue mengusap hidungnya dengan jari: “Hehe…” Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan tertawa: “Tapi lebih baik kita tinggal di sini lebih lama lagi, rencana meracuni massal itu bisa diabaikan.”
“Meracuni? Massal?” Lu Qingning bertanya bingung.
Siyu menatapnya dan berkata, “Suamiku hanya bercanda, di Pojian Chaliao kami punya banyak lelucon yang tidak dipahami orang luar.” Ia lalu menoleh ke Feng Bujue: “Lalu bagaimana dengan yang lain?”
Feng Bujue membuka tangannya: “Dari konten misi sampingan, sepertinya Xiao Tan dan Beiling juga pergi ke tempat aneh… Kalau benar ada masalah, mungkin Jin Fugui yang harus menanggung sendirian…”
