Gua bawah tanah, ujung terowongan tengah di persimpangan berbentuk salib.
Setelah berbagai rintangan, Xiao Tan dan Beiling akhirnya kembali ke depan pintu batu. Mereka masing-masing mengeluarkan lempengan batu, menyematkan dua lempengan berbentuk magatama merah dan biru ke cakram batu cekung di tengah pintu batu.
"Simbol Bagua itu terisi penuh dengan sempurna, tidak ada celah. Bersamaan dengan itu, lempengan batu Yin dan Yang tiba-tiba menyala terang, berputar sendiri di piringan batu. Beberapa detik kemudian, serpihan batu dan debu berjatuhan dari atas pintu batu, diikuti suara gesekan batu berat. Pintu batu itu perlahan naik, memperlihatkan pemandangan di belakangnya."
Di balik pintu batu bukan lagi gua, melainkan sebuah ruangan batu persegi panjang dengan sumber cahaya di dalamnya.
Xiao Tan dan Beiling mengintip sebentar dari luar pintu. Tidak terlihat makhluk hidup seperti monster, juga belum terlihat jebakan yang jelas. Akhirnya mereka berdua berjalan berdampingan masuk ke dalam ruangan batu.
Langit-langit ruangan batu setinggi sekitar lima meter itu tidak rata. Di celah-celah batu terselip banyak benda bercahaya yang tidak seperti makhluk hidup, juga bukan mutiara malam. Bentuknya lebih mirip Blue Crystal Ore dalam StarCraft tapi lebih terang.
Di seberang ruangan ada pintu batu lain dengan mekanisme berbentuk piringan putar di sampingnya, mungkin untuk membuka pintu.
"Aku lihat... kamu masih agak kedinginan?" Xiao Tan menatap Beiling.
Saat mereka sedang berjalan sebelumnya, Beiling selalu menyuruh Xiao Tan berjalan di depan. Penerangan di terowongan hanya mengandalkan lampu penambang dan senter sehingga kurang jelas. Di tempat yang lebih terang ini, Xiao Tan baru menyadari wajah pucat dan bahu Beiling yang gemetar.
“Lumayanlah… Hatchi!” Saat berbicara dengan Xiao Tan, Beiling sedikit mendongakkan kepala, sehingga pandangannya langsung terkena cahaya. Seketika itu juga dia bersin besar, cipratan ludahnya mengenai wajah Xiao Tan.
Xiao Tan mengusap wajahnya: “Jaga kesehatan.”
“Hmm… Kok kamu sama sekali tidak apa-apa?” Beiling menutupi mulut dan hidungnya, menarik napas: “Padahal kamu juga masuk air tadi… Apa karena sifat fisiologis orang bodoh yang tidak bisa masuk angin?”
“Sebagai dokter, pertama-tama saya harus menyangkal pernyataanmu yang tidak berdasar dan bertentangan dengan pengetahuan medis ini,” balas Xiao Tan.
Detik berikutnya, kepalanya ditampar.
“Kedua…” Xiao Tan mendekatkan wajahnya, bertatapan langsung dengan Beiling.
“Apa maumu…” Leher Beiling refleks menarik ke belakang, semburat merah muncul di pipinya.
“Hmm… Pupil tidak menunjukkan tanda-tanda melebar.” Xiao Tan mengamati matanya: “Artinya masalahnya belum terlalu parah, suhu tubuh harusnya di atas 33 derajat…” Sambil berpikir dia melanjutkan: “Meski sekarang wajahmu pucat, bibir agak kebiruan, tapi setelah sepanjang jalan beraktivitas, suhu tubuhmu pasti mulai pulih… Mungkin pengaruh pakaian basah.”
“Kamu, mundur tiga langkah, jaga jarak minimal satu meter dariku.” Beiling menyipitkan mata, berkata dengan nada kesal.
“Ada apa?” Xiao Tan bingung, tapi tetap menurut.
"Saat aku baru keluar dari kolam, di menu memang menampilkan status 【Beku】 yang mempengaruhi kecepatan gerak dan pengeluaran Poin Stamina. Tapi sekarang sudah hilang, hanya rasa tidak nyaman secara fisik yang masih tersisa." Beiling menghela napas panjang: "Dokter Besar, kita sedang bermain game. Jika ada masalah, pasti akan terlihat di data. Tidak perlu kamu melakukan inspeksi empat metode (pengamatan, pendengaran, penciuman, interogasi)."
"Pengobatan Tiongkok yang pakai empat metode inspeksi, aku..."
"Jangan menyela! Biarkan aku menyelesaikan."
"Oh..."
"Mulai sekarang, secara umum kamu dilarang mendekatiku dalam radius satu meter. Apalagi melakukan gerakan tiba-tiba dalam jarak itu, seperti mendekatkan wajah dan semacamnya." Beiling melanjutkan: "Mengerti?"
"Eh..." Xiao Tan terdiam beberapa detik dengan wajah bingung, lalu mengangguk: "Boleh saja..."
"OK, selesai."
Xiao Tan tidak berkata apa-apa lagi, hanya mengangkat bahu ambigu sebelum berbalik dan berjalan ke sisi lain ruang batu.
Di dinding sisi tersebut terdapat retakan berbentuk jaring laba-laba dengan pola sangat rapi seperti target. Xiao Tan menduga ini mungkin objek yang diatur sistem, jadi ingin menyentuhnya untuk melihat apakah bisa memicu sesuatu.
Tak disangka, baru beberapa langkah mendekat, dinding mulai bergetar. Retakan bergerak seperti gelombang dari sekeliling menuju titik tengah. Beberapa detik kemudian, sebuah kepala batu manusia berwarna putih menerobos keluar dari posisi "bullseye".
Batu itu memiliki wajah persegi, mata phoenix, alis seperti api berkobar, hidung lebar, bibir tebal, janggut, dan sanggul di atas kepala. Tentu saja, semua ciri wajah ini terukir dari batu dengan warna putih.
Mata batu itu ternyata bisa bergerak. Ia memandang Xiao Tan, lalu Beiling, kemudian berbicara. Entah apakah sebenarnya ia memiliki tenggorokan...
"Kalian mau yang mana?" tanya Batu.
"Yang mana?" Xiao Tan mengulang, sama sekali bingung harus menjawab apa. Ia segera menoleh ke Beiling dengan tatapan bertanya.
Beiling berjalan berdampingan dengan Xiao Tan, meletakkan senapan serbu yang sudah diarahkannya beberapa detik lalu, lalu berkata pada batu itu: "Kamu punya berapa buku?"
"Tiga buku," jawab Batu.
"Apa saja tiga buku itu?" tanya Beiling. Dalam hal berinteraksi dengan NPC, meski tak seintens Jue Ge, ia tahu cara bertanya yang efektif untuk mendapatkan informasi.
"Kenapa belakangan ini orang-orang semakin tak berpengetahuan," Batu menyahut, "Sejak Pan Gu membelah langit, Nu Wa menciptakan manusia... Seni ilahi tertinggi di dunia berjumlah empat belas buku. Tapi bakat kalian manusia biasa semakin merosot, kini hanya tersisa tiga jenis ilmu yang bisa dipelajari."
Batu itu mengumandangkan: "Inilah tiga buku tersebut... Jalan Suci Pembalik Langit-Bumi, Seni Tiga Bunga Berkumpul di Puncak, Metode Kesunyian Agung Tanpa Wujud."
"Hah..." Xiao Tan tertegun: "Nama-nama yang terdengar begitu sakti ini, apa kamu akan memberikannya pada kami?"
"Apakah kalian tidak menginginkannya?" tanya Batu.
“Bisa minta ketiga buku sekaligus?” Beiling langsung bertanya.
“Tidak bisa.” Batu menjawab tegas, “Oh ya, orang yang datang kemarin sudah mengambil Kitab Dharma Tanpa Wujud Tai Xu, sekarang hanya tersisa dua buku.”
“Berapa orang yang datang kemarin?” Beiling bertanya lagi.
“Satu.” Batu menjawab.
“Kami berdua lho.” Beiling berkata.
“Hmm... Dulunya tuan berkata padaku, satu orang hanya boleh ambil satu buku, kalau datang lagi tidak boleh diberi. Tapi tidak bilang kalau yang datang dua orang...” Batu terdengar ragu.
“Aku tidak kenal dia.” Beiling menunjuk Xiao Tan.
“Apa?” Xiao Tan kaget.
Beiling tersenyum licik: “Batu, berikan Paduan Shen Gong Tiga Bunga Berkumpul di Puncak padaku.”
Batu itu tidak banyak bicara. Cahaya putih berkelip, sebuah buku kertas kuno muncul di tangan Beiling.
“Ooo...” Xiao Tan akhirnya paham. Ia maju selangkah: “Aku juga tidak kenal dia, berikan padaku Kitab Seni Membalik Langit-Bumi.”
