Tuan Atobe menghadiri kelas kilat pengetahuan dunia persilatan dari Murong Ying selama setengah hari, mempelajari sebagian besar pengetahuan umum dalam quest ini. Setelah itu, ia mengucapkan terima kasih berulang kali dan kembali ke kamar Tianzi Bing.
Sang Peri Yunwai yang tak terduga ternyata sangat mudah diajak bicara. Semuanya berjalan lancar sampai-sampai menimbulkan kecurigaan. Bahkan Atobe sendiri mulai bertanya-tanya... Apakah aku benar-benar punya bakat menjadi geisya?
Sebenarnya, dia terlalu banyak berpikir...
NPC ini dalam pengaturan Sistem memang bertugas memberikan informasi dasar kepada pemain. Selama pemain bisa mengenali sifatnya yang mirip ensiklopedia berjalan dan aktif bertanya, umumnya dia tidak akan menolak.
Dari sudut pandang settingan dunia xia ini, tindakan Murong Ying cukup masuk akal. Pertama, dia sendiri sangat tertarik dengan sekte Chaliao Pedang Penghancur, sekaligus mengagumi gaya eksentrik Feng Bujue yang berani bertindak dan tak terikat konvensi. Kedua, keluarga Murong bukanlah sekte yang menerima murid secara terbuka, sehingga selalu memandang curiga pada murid-murid sekte besar seperti Wanxia Lou. Sebaliknya, mereka justru berbaik hati pada para pendekar pengembara yang bertindak solo atau sekte kecil seperti Chaliao Pedang Penghancur yang hidup menyendiri dan tak ingin terlibat konflik.
Selain itu, seperti yang dikatakan Feng Bujue sebelumnya, pertanyaan yang diajukan Tuan Atobe sebenarnya bukanlah "rahasia". Bagi anggota Jianghu lainnya, ini hanyalah pengetahuan umum. Murong Ying sedang Idle dan tidak membenci Chaliao Pedang Penghancur, jadi tidak ada alasan baginya untuk menolak memberikan bantuan kecil ini.
Sebenarnya... yang disebut pengetahuan umum adalah hal-hal yang bisa ditanyakan ke orang biasa di jalan, seperti arah utara, tanggal hari ini, nama kepala negara, dll... Hanya saja tidak sopan terus-menerus menanyakan hal ini ke orang asing.
Dengan menunjukkan sikap ingin belajar terlebih dahulu dan mengakui ketidaktahuannya tentang urusan Jianghu, Atobe bertanya tentang hal-hal umum ini ke seorang profesional dari Keluarga Murong menjadi tindakan yang wajar.
Faktanya, di Penginapan Cangling, masih banyak NPC lain yang bisa memberikan informasi kepada pemain, seperti Biksu Mabuk Lu Shan, ketiga pemimpin sekte, bahkan Ji Tong dari Balai Delapan Arah dan Enam Pedang Huaying. Selama pemain berinteraksi, pasti akan mendapat informasi.
Namun alur Murong Ying ini bisa dianggap sebagai pilihan paling aman dan sederhana. Informasi darinya lebih detail dan komprehensif, dan setelah mendapatkannya tidak akan ada komplikasi tambahan. Sedangkan interaksi dengan NPC lain mungkin memicu reaksi berantai yang berpotensi memunculkan alur cerita rumit yang meningkatkan kesulitan penyelesaian misi.
"Selain itu, ada satu Misi Sampingan Tersembunyi yang sangat sulit. Yaitu mencari informasi dari pemilik misterius Penginapan Cangling untuk memicu quest tersembunyi. Tentu saja... Tuan Atobe gagal memicu alur cerita ini, yang harus dikatakan sebagai suatu keberuntungan."
……
"Saat kembali ke kamar, matahari sudah terbenam dan tak satu pun rekan tim yang kembali. Atobe tentu juga mendengar Peringatan sistem, melihat berbagai perubahan quest utama dan sampingan di Menu daftar quest, jadi hasil seperti ini sudah dia antisipasi."
"Tapi Atobe tetap tak bisa menahan diri untuk mondar-mandir gelisah di kamar sendirian, bergumam: 'Bilang mau bertemu saat matahari terbenam... Siapa yang kau tipu, brengsek!'"
"Tok-tok——"
"Seseorang mengetuk pintu dengan lembut."
"Ekspresi Atobe berubah. Dia tahu empat anggota Garis Depan Neraka bukan tipe yang mau mengetuk pintu, sebagai anggota tim mereka juga tidak perlu mengetuk untuk masuk kamar. Jadi yang di luar pasti orang luar."
"'Siapa?' tanya Atobe waspada, dengan volume suara sedang dan nada yang tegas."
"'Oh, hamba datang mengantarkan makanan untuk tamu-tamu.' Jawab suara di luar pintu."
"Atobe mendekati pintu, membuka palangnya dan membuka pintu perlahan. Di luar benar-benar hanya seorang pelayan penginapan yang membawa nampan kayu berisi hidangan dan minuman."
"'Siapa yang menyuruhmu mengantar ini?' tanya Atoba penuh kewaspadaan. Dia sama sekali tidak ingat meminta ini. Pikiran pertamanya: Mungkin Lin Chang yang mengatur? Bahkan urusan makan kita dia urusi, apakah dia tahu kita tidak punya uang perak?"
“Di kamar Di Zi, ada seorang tamu bernama Gongsun Li.” Pelayan menjawab: “Oh, dia juga memintaku menyampaikan pesan kepada Pemimpin Pondok Feng, apakah Anda…...” Para pelayan di toko ini benar-benar orang jujur, sama sekali tidak tahu urusan Jianghu. Entah itu Gongsun Li atau Pemimpin Pondok Feng, mereka tidak mengerti apa arti nama-nama ini. Baik itu bos besar Jianghu maupun orang tak dikenal, yang penting mereka hanya menyampaikan pesan.
“Katakan saja padaku, aku akan menyampaikannya ke Pemimpin Pondok Feng.” Saat mendengar nama Gongsun Li, Atobe langsung curiga, dalam hati berpikir: Kemungkinan yang memecahkan mayat tadi malam adalah orang ini, sekarang main akting lagi, jelas-jelas seperti musang kuning memberi hormat pada ayam...
Sambil menaruh hidangan dan minuman di meja, pelayan berkata: “Dia bilang... berkat perhatian Pemimpin Pondok Feng, harap Pemimpin Pondok Feng bisa terus menjaga 'rahasia' ini. Jika demikian, Wanxia Lou pasti akan sangat berterima kasih. Hidangan ini sebagai permintaan maaf atas kejadian sebelumnya.”
“Hanya itu?” tanya Atobe.
“Ya, hanya beberapa kalimat ini, saya menyampaikan ucapan aslinya kepada Anda.” Jawab pelayan.
“Hmm... Baiklah, kamu keluar dulu.” Kata Atobe.
“Baik.” Pelayan menjawab lalu meninggalkan kamar tamu, sambil menutup pintu.
Atobe segera maju, membuka kembali pintu, dan menjulurkan kepala untuk melihat ke kiri-kanan. Setelah memastikan tidak ada orang mencurigakan yang mengawasi, barulah dia menutup pintu, menggeser palang, lalu kembali ke meja.
"Xiao Er" meletakkan di atas meja total tiga piring, satu piring kecil, dan satu pot anggur. Jumlahnya tidak banyak, bisa diangkut dalam satu baki, sehingga pelayan toko tadi masih bisa membuka pintu sambil mengetuk.
Tiga piring masing-masing berisi sayuran segar tumis panas, dua hidangan daging yang lumayan; Piring kecil berisi kacang tanah biasa; Sedangkan pot anggur itu tampaknya istimewa. Anggur disimpan dalam botol giok putih yang mewah, aroma harumnya menyembul perlahan dari botol.
Ayah Tuan Atobe adalah seorang pebisnis, sering menghadiri jamuan makan dan minum, terkadang membawa keluarga. Meski Atobe tidak terlalu tertarik dengan anggur, pengalamannya cukup untuk membedakan kualitas. Dia tahu pasti ini anggur premium, di dunia nyata mungkin harganya setara setengah meja jamuan, sangat tidak cocok dengan hidangan sederhana ini.
"Hmm..." Atobe membuka botol dan mengendusnya: "Simulasi aroma game ini sangat detail. Barang mewah seperti ini di toko game pasti 'data mewah' dengan harga selangit." Gumamnya sambil meletakkan botol: "Hm... Jerat yang jelas sekali ini, bahkan menggunakan cara hina, berani juga diperlihatkan?" Dengusnya sinis, "Kalau makanan dan anggur ini tidak beracun, aku rela makan tai!"
Chapter 218: Perdebatan Pedang Cang Ling (Tiga Puluh Tiga)
Setelah mendengarkan kuliah Murong Ying selama setengah hari, Atobe tentu juga banyak mengetahui hal-hal tentang Wanxia Lou.
Sekte seperti Wanxia Lou dan Bafang Lou yang bangkit cepat dalam beberapa dekade dengan mengandalkan teknik rahasia tertentu, meskipun kekuatan mereka telah melampaui tiga sekte besar Shaolin, Renwu, dan Xiaoyao, tetap terkesan seperti orang kaya baru karena kurangnya akar tradisi. Murid-murid mereka juga berkualitas campuran - ada yang berbudi luhur, tapi tak sedikit juga bajingan seperti Wang Ao.
Sikap pendekar lain terhadap mereka bisa dilihat dari perkataan dan tindakan Lu Shan... Meski tidak sampai tingkat menghormati, tapi tetap ada rasa hormat dasar. Bagaimanapun mereka bukan jalan sesat, dan kekuatan mereka memang nyata.
Lalu, apakah wakil pemimpin Wanxia Lou akan melakukan hal seperti meracuni?
Tentu tidak... Dengan kecerdikan Gongsun Li, jika benar ingin meracuni, tidak mungkin memilih waktu dan tempat seperti ini, apalagi melibatkan seorang pelayan kedai.
Paginya Wanxia Lou baru saja berseteru dengan Chaliao Pedang Penghancur di depan umum. Jika Gongsun Li langsung meracuni di malam yang sama, balas dendamnya terlalu jelas. Pendekar lain bahkan tidak perlu berpikir panjang untuk mencurigai orang Wanxia Lou.
Jadi... Gongsun Li dan Shi Yanran saat ini bahkan jika ingin membunuh mereka sampai mata buta, tetap tidak berani bertindak. Mereka justru harus memohon ke langit dan bumi, berdoa agar anggota Chaliao Pedang Penghancur jangan sampai terjadi apa-apa. Jika salah satu dari lima orang ini menghilang misterius atau mati, bisa-bisa mereka malah jadi kambing hitam.
Dari sini terlihat jelas bahwa strategi Feng Bujue sebelumnya adalah langkah cerdas. Jika pagi itu di lobang penginapan dia mengungkapkan kebenaran kematian Wang Ao, menuduh Shi Yanran sebagai pembunuh dan Gongsun Li membantu memfitnah, hasilnya delapan puluh persen tidak ada yang percaya...
Jianghu adalah tempat yang sangat realistis. Orang tak terkenal dari sekte tak ternama, tanpa bukti kuat, lebih baik jangan berdebat dengan istri pemimpin Wanxia Lou dan wakil pemimpin sekelas mereka. Jika pakai cara diplomasi, mereka akan memutar balik fakta. Jika pakai kekerasan, justru sesuai keinginan lawan.
Maka Feng Bujue malah memutar fakta, mengubah posisi tamu menjadi tuan rumah, memanfaatkan mental pengecut mereka yang punya niat jahat. Hasilnya, mereka tidak hanya tidak berani membantah, malah harus membuktikan perkataannya sendiri.
Efek lanjutan dari langkah ini adalah... Shi Yanran dan Gongsun Li sekarang tidak hanya tidak berani menyerang anggota Chaliao Pedang Penghancur, tapi justru dikendalikan, khawatir kelompok ini akan membocorkan rahasia.
Seperti pepatah "waktu yang berbeda situasi berbeda", kini keadaan sudah berubah. Jika Feng Bujue sekarang mengungkapkan kebenaran kematian Wang Ao ke orang lain, belum tentu tidak ada yang percaya.
Karena itu, makanan dan anggur yang dikirim Gongsun Li ini, selain untuk menjilat dan menguji, benar-benar tidak ada maksud lain.
Beberapa piring lauk kecil yang biasa-biasa saja, memang tak bisa dihindari. Bagaimanapun juga, tempat seperti Penginapan Cangling tidak mungkin setiap hari memasok hidangan mewah dari luar kota. Bisa menyediakan persediaan makanan stabil dengan sedikit daging saja sudah cukup baik.
Tapi untuk anggur berkualitas, penginapan ini masih memilikinya. Karena selama ada gudang anggur, minuman ini tak masalah disimpan selama sebulan, bahkan sepuluh atau delapan tahun sekalipun setelah dibeli.
Pemilik penginapan jelas tahu bahwa tamu yang akan menginap pasti anggota Jianghu. Orang-orang ini... sangat menyukai hal seperti ini. Mereka bisa makan makanan biasa, tapi anggur tidak boleh kurang. Jadi dalam hal anggur, penginapan menyediakan stok lengkap dari berbagai kualitas dan harga.
Gongsun Li kali ini benar-benar mengeluarkan biaya besar untuk membeli sebotol kecil "Minenchou" ini, diberikan kepada Feng Bujue.
Dari namanya saja sudah tahu, ini bukan anggur biasa melainkan minuman legendaris dengan harga selangit. Warnanya lebih segar dari cairan dingin, aromanya seperti embun bertemu musim semi.
Apa arti "Minenchou"? Maknanya adalah dengan minum satu cangkir, permusuhan antar manusia bisa dilupakan. Ini hampir menyamai legenda minuman alkohol "Zuimengsi" yang bisa menghapus memori. Jika Tang Sanzang tahu di alam baka, pasti menyesal telah menempuh perjalanan jauh untuk mengambil kitab suci, lebih baik belajar membuat anggur!
Baiklah, itu hanya candaan. Sehebat apa pun anggurnya, kebencian mendalam pasti tak bisa dihapus. Paling banter hanya menyelesaikan masalah kecil seperti "beberapa tahun lalu kamu pinjam beberapa tael perak belum dikembalikan" atau "pagi ini kamu menginjak kakiku".
"Bagaimanapun, menurut pendapat pribadi saya, perselisihan sekecil ini bisa diselesaikan hanya dengan memberikan uang yang dihabiskan untuk membeli anggur kepada pihak lawan..."
Kembali ke topik, Tuan Atobe melihat hidangan dan minuman di depannya, dalam hatinya sudah yakin itu mengandung zat beracun, jadi sama sekali tidak berniat menyentuhnya.
Sebagai pemain, dia tidak perlu makan/minum. Hidangan ini juga bukan wanita cantik, tidak ada alasan untuk tidak bisa menahan diri. Jadi dia hanya meletakkannya di situ tanpa menyentuh.
"Memakan kotoran di tempat" jelas tidak mungkin, karena jika dia tidak mencicipi sama sekali, mustahil membuktikan apakah hidangan ini beracun atau tidak...
Waktu berlahan berlalu. Sekitar satu jam lebih sejak pelayan mengantarkan hidangan, cuaca di luar sudah gelap gulita. Tiba-tiba suara ketukan pintu kembali terdengar.
"Siapa itu?" Tuan Atobe kembali berdiri sambil berjalan ke pintu.
Orang di luar diam sebentar dua detik sebelum menjawab: "Hamba Gongsun Li."
"Shi Yanran." Setelah Gongsun Li selesai bicara, suara wanita terdengar lagi. Namun nada Shi Yanran terdengar tidak ramah.
Diam sejenak tadi terjadi karena kedua orang ini, setelah mendengar suara jawaban Tuan Atobe, saling bertukar pandangan di luar pintu.
Atobe tidak segera membuka pintu. "Hari sudah gelap, tidak tahu ada keperluan apa kedatangan kalian berdua...?"
Gongsun Li menjawab: "Eh... Bisa tidak Tuan muda ini membiarkan kami masuk dulu untuk berbicara?"
“Atobe berpikir sejenak, jika lawan nekat menerobos, dirinya mungkin tidak bisa menghentikan. Ia pun memutuskan untuk bertindak sesuai situasi. Dia membuka pintu, menyapu pandangannya ke wajah kedua orang itu, berusaha tampil tenang, lalu menyingkir ke samping sambil berkata, "Silakan, kalian berdua."
Begitu menginjakkan kaki ke dalam kamar, ekspresi Gongsun Li dan Shi Yanran berubah beberapa kali. Pertama, mereka melihat hidangan dan arak di meja yang belum tersentuh sumpit. Kedua, setelah memandang sekeliling kamar, mereka menyadari hanya Atobe yang ada di sana saat ini.
Kabar di penginapan tersebar cepat. Kepergian sisa anggota Chaliao Pedang Penghancur di siang hari tentu sudah diketahui oleh orang-orang seperti Gongsun Li dan Shi Yanran yang selalu waspada. Tapi mereka tidak menyangka, bahkan sampai malam, keempat orang itu belum kembali, hanya menyisakan pemuda ini sendirian.
"Belum sempat bertanya nama pahlawan muda ini..." Gongsun Li cepat-cepat mengganti ekspresinya menjadi ramah, menangkupkan tangan sambil berkata.
"Jin Fugui." Jawab Atobe dengan sangat tidak nyaman. Karena nama ini sudah disebutkan dalam quest, terpaksa terus dipakai.
Mendengar itu, kedua orang di seberang tidak bereaksi berlebihan.
Gongsun Li melanjutkan, "Oh... Jadi Pahlawan Muda Jin." Matanya kembali mengamati sekeliling ruangan, seolah khawatir ada yang bersembunyi. "Kalau boleh tahu, Pemimpin Chaliao Feng dan tiga yang lain..."
"Pergi urusan bisnis." Jawab Atobe langsung.
"Oh, begitu..." Gongsun Li terlihat berpikir, wajahnya berubah muram. "Ngomong-ngomong, Pahlawan Jin, tentang kejadian tadi malam..."
"Hamba... akan menuruti semua arahan pemilik asrama." Atobe kembali menyela, "Apa yang dia katakan pagi tadi, itulah yang berlaku. Selain itu, aku sama sekali tidak tahu." Jawabannya sangat cerdik, tersirat makna... kalian berdua tak perlu membungkamku, aku tak berniat membocorkan rahasia.
Tapi Gongsun Li yang memang penuh kecurigaan, dan motif pembunuhan Shi Yanran terkait skandal perzinahan, mana mungkin mereka begitu mudah merasa lega.
Shi Yanran menyela, "Pendekar Jin, mengapa hidangan dan arak yang kami kirimkan melalui pelayan sama sekali tak disentuh? Jangan-jangan... kau takut kami meracunimu?"
Atobe memang tertangkap basah, memang itulah yang ditakutkannya. Tapi seketika itu, dia mendapat akal. Dengan sikap angkuh, dia menjawab dingin, "Hidangan sampingan ini tak layak untukku." Matanya melirik botol arak di meja, "Arak... memang berkualitas. Tapi... mengingat kalian bilang ini hadiah untuk pemilik asrama, mana mungkin ku minum sebelum dia kembali."
Mendengar itu, Shi Yanran menoleh ke Gongsun Li. Yang disebutkan mengangguk tipis, mengisyaratkan perkataan itu bisa dipercaya.
Di mata Gongsun Li, jawaban si Jin ini secara terbuka terbilang masuk akal. Penampilannya yang halus dan lembut seperti anak bangsawan. Meski sekarang memakai baju kasar biasa, aura bangsawan tak bisa dipalsukan. Kemampuannya mengenali anggur berkualitas tanpa mencicipi, ditambah nama "Fugui" (kekayaan), membuatnya 90% yakin... pemuda ini pasti tuan muda dari keluarga pedagang kaya. Tapi entah mengapa orang seperti dia bisa bergabung dengan sekte Chaliao Pedang Penghancur.
Berbeda dengan Gongsun Li yang banyak pertimbangan, Shi Yanran tidak ambil pusing menebak latar belakang lawan. Hanya intuisi wanita memberitahunya bahwa komentar Atobe "tidak layak dilihat" itu tulus. Bahkan hidangan sederhana di meja itu pun menurutnya tidak pantas.
Sedangkan bagian kedua ucapan Atobe... "Barang persembahan untuk Ketua Liaowu, mana berani kusentuh sebelum dia kembali", meski bohong, terdengar sangat meyakinkan.
Kesan yang ditinggalkan Feng Bujue pada orang-orang bisa digambarkan dengan dialog khas dari serial "Detektif Legendaris Di Renjie": "Ini orang yang menakutkan."
Hampir semua penjahat dalam serial itu secara konsisten dan berulang kali menggunakan kalimat tersebut untuk menggambarkan kemampuan Di Renjie atau Li Yuanfang. Tokoh protagonis pun terkadang menggunakannya untuk mendeskripsikan musuh Level S.
“Saya pribadi berpendapat, kata 'mengerikan' dalam drama ini pada dasarnya setara dengan tiga hal: pertama, kecerdasan yang luar biasa tinggi; kedua, kekuatan fisik yang luar biasa; ketiga, kegilaan tak terkendali. Bagaimanapun, jika memenuhi satu kriteria saja, seseorang sudah layak disebut demikian. Jika memenuhi ketiganya, bagaimana menggambarkannya... Saya rasa kita bisa mengganti dengan kalimat ini: 'Aku begitu kuat sampai-sampai takut pada diriku sendiri.'”
“Hahaha...” Gongsun Li tertawa terbahak-bahak dengan kepalsuan yang nyata, “Maafkan kelalaian Gongsun Li. Saat menyuruh pelayan menyampaikan pesan, karena saya hanya tahu nama Ketua Liao Feng Bujue, penjelasannya menjadi kurang lengkap.” Ia mendekati meja sambil berkata, “Anggur ini hanya sebagai tanda penghargaan. Para pahlawan dari sekte terhormat tentu pantas menerima lebih dari satu botol. Jika Young Master Jin suka, saya akan menyuruh pelayan mengirimkan lagi satu gentong.” Ia mulai menuangkan anggur ke tiga cangkir, “Ayo, Young Master Jin. Anak-anak Jianghu, secangkir anggur menghapus permusuhan. Kami berdua menghormatimu.”
