Saat petunjuk misi utama baru muncul, Xiao Tan dan Beiling yang berada di bawah tanah masih berjalan di dalam gua, mencari cara keluar.
Meskipun batu itu sebelumnya pernah berkata "pasti bisa keluar dalam satu hari satu malam", jelas perhitungan makhluk ini bermasalah.
"Satu hari satu malam" yang dimaksudnya mungkin merujuk pada 24 jam berjalan tanpa henti dan tanpa tidur.
Xiao Tan dan Beiling tentu tidak bisa melakukan perjalanan seperti ini. Mereka dibatasi oleh konsumsi Poin Stamina yang harus beristirahat secara berkala. Keduanya saat ini level 17 dengan stamina penuh 1700 poin. Meski percaya diri, mereka harus menjaga stamina minimal seperempat. Bagaimana jika terjadi keadaan darurat saat stamina hampir habis?
Monster dan teka-teki di gua ini meski tidak sebanyak sistem random encounter ala Pokémon, namun FLAG yang tersebar di peta sudah cukup banyak. Umumnya tidak bisa dihindari saat melanjutkan perjalanan. Sesekali ada hadiah, seperti memberikan permen setelah menamparmu...
Oleh karena itu, keduanya praktis memasuki kondisi seperti bermain game RPG tradisional... menjelajah jalan, memicu event, mendapat hadiah, istirahat, lanjut menjelajah... berulang-ulang. Tanpa terasa, peta yang mereka jelajahi semakin luas. Karena tidak tahu posisi pasti pintu keluar, setiap menemui persimpangan mereka berusaha menjelajahi sebanyak mungkin.
Begitu seterusnya, ketika akhirnya menemukan pintu keluar, waktu sudah melewati tengah malam hari kedua. Sekitar 35 jam telah berlalu sejak mereka pertama kali jatuh ke gua.
Untuk quest jangka panjang seperti di Taman Horor, ketika dimainkan hingga tahap akhir akan timbul rasa lelah yang aneh. Tubuh pemain sebenarnya dalam kondisi tidur di kapsul game, sementara dunia mental seolah-olah bergerak dalam mimpi yang terkendali.
Jika mimpi ini berlangsung sangat lama, melebihi satu hari bahkan dua hari, persepsi waktu manusia akan bermasalah. Kondisi ini belum terlalu terasa saat dalam quest, efek sebenarnya baru muncul saat pemain keluar dari kapsul game. Saat itu, pemain akan merasa seperti begadang semalaman, padahal fisik mereka tidak lelah, hanya mental yang merasa kurang istirahat.
"Seharusnya di sini kan?" Xiao Tan melepas dan menyimpan topi penambangnya.
Beiling juga mematikan senter, mengangkat kepala mengikuti pandangan Xiao Tan ke atas, "Secara visual lebih tinggi dari tempat kita jatuh dulu."
Saat ini senter Beiling sudah dua kali mengganti baterai. Dia tidak menyangka quest ini membutuhkan peralatan penerangan dalam waktu lama, jadi hanya membawa empat baterai cadangan yang sekarang sudah habis. Sebenarnya, setelah berdialog dengan batu, Beiling menyadari bahwa dalam waktu lama ke depan, baterai senter mungkin tidak akan cukup. Begitu kehilangan penerangan, pergerakan dia dan Xiao Tan akan puluhan kali lebih sulit dan berisiko. Karena itu, dia segera mengusulkan untuk tidak menyalakan kedua sumber cahaya bersamaan dan mematikan peralatan penerangan saat istirahat guna menghemat listrik.
Beruntungnya, mereka akhirnya menemukan jalan keluar sebelum daya listrik benar-benar habis.
Ini adalah gua batu yang mirip dengan lokasi jatuh mereka, tanpa atap gua. Di atasnya terdapat lorong berbentuk silinder biasa, bukan seperti corong terbalik. Di tengah gua masih ada kolam air, sedangkan dinding gua dipenuhi tumbuhan merambat kuning tebal yang menjalin seperti tangga alami. Tumbuhan ini menyebar kompleks di dinding batu, merambat sampai ke puncak (mirip tumbuhan iblis dalam Darksiders).
Melihat ke atas, di ujung lorong silinder terlihat cahaya menembus masuk. Di sana terdapat vegetasi yang menutupinya seperti kanopi di atas lorong.
"Dari dasar gua yang gelap ini, memandang ke atas, sinar bulan menembus celah-celah tumbuhan, samar-samar dan kabur. Meski tidak bisa disebut pemandangan indah yang luar biasa, tapi tetap merupakan pemandangan yang cukup bagus."
"Hmm... Kalau gitu aku duluan ya?" Xiao Tan bertanya: "Oh... ngomong-ngomong, apa kita perlu ikat diri pakai tali seperti safety rope waktu mendaki gunung?"
"Kadang-kadang kamu juga bisa memberikan ide bagus," jawab Beiling, ini termasuk pujian yang langka darinya.
Xiao Tan hanya tersenyum, tidak menjawab lagi. Sifatnya yang seperti ini termasuk kelebihan. Seandainya Feng Bujue yang dipuji, pasti langsung membual dan memuji diri sendiri.
Di dalam tas Beiling memang tersedia tali, khususnya tali pendaki dengan pengait pengaman. Item ini berasal dari toko dengan harga mahal, tapi dari segi utilitas tidak diragukan lagi, sepadan dengan harganya.
Mereka mengikat tali di bahu dan pinggang masing-masing, menyisakan panjang tali sekitar 7-8 meter di antara mereka. Ini memastikan gerakan memanjat tidak saling mengganggu, sementara jika ada yang jatuh, pihak lain bisa menahan dampak jatuhnya. Tentu ini hanya tindakan pencegahan, tidak menutup kemungkinan orang kedua juga ikut terbawa jatuh.
Sebelum memanjat, mereka beristirahat sejenak lagi untuk memastikan Poin Stamina mencapai level aman, guna menghindari risiko kehabisan tenaga dan jatuh di tengah pendakian. Setelah itu, Xiao Tan memimpin untuk memulai pendakian.
Memanjat tembok adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai seorang assassin - seperti makan, tidur, bernapas, atau berkedip. Seorang assassin mungkin lupa cara bicara, tapi takkan lupa cara menaklukkan tembok.
Tentu saja Xiao Tan bukan assassin. Ia hanya pemain yang mengenakan kostum klasik Assassin's Creed, berorientasi pengembangan kelincahan, dengan Spesialisasi utama di Bertarung dan Investigasi. Namun menghadapi rute panjat yang sudah di-setting rapi dalam game ini, pendakiannya tetap terasa santai. Lagipula seluruh tembok dipenuhi titik pegangan dan pijakan, ditambah akar tanaman yang sangat kokoh sehingga kecil kemungkinan terlepas.
Meski stamina dan keterampilan Beiling lebih rendah, berat badannya yang ringan membuat pendakian tak terlalu melelahkan. Dengan Xiao Tan yang membuka jalan di atas dan tali pengaman di tubuhnya, mentalnya cukup rileks mengikuti ritme pendakian Xiao Tan hingga berhasil melewati setengah rute.
Melihat ke bawah, hanya kegelapan yang terlihat. Suara gemericik kolam terdengar samar-samar tapi tak nampak dasarnya. Mengangkat kepala, cahaya bulan yang menembus vegetasi terlihat semakin terang benderang.
"Pendakian telah berlangsung hampir dua puluh menit, kedua orang ini perlahan mendekati pintu keluar di puncak. Kegembiraan karena akhirnya bisa melarikan diri mengurangi kelelahan fisik dan mental yang terakumulasi selama puluhan jam. Bahaya sepanjang perjalanan masih jelas terbayang... terowongan yang tak berujung, monster yang muncul tiba-tiba, teka-teki penghalang, kejutan mendadak... semua ini akhirnya akan berakhir."
Perasaan di momen ini bagaikan meneguk susu dingin setelah berendam air panas - menyegarkan.
"Hah... Akhirnya keluar!" Setiba di permukaan, keduanya langsung berbaring telentang di rerumputan bawah langit berbintang, menghela napas panjang.
Saat ini mereka berada di tengah hutan pegunungan. Cahaya bulan terang menerangi sekitar seperti siang hari. Area ini memiliki pepohonan yang jarang, lereng yang landai, dan setidaknya untuk sementara tidak terlihat bahaya yang jelas.
"Kataku... Ini sudah dini hari hari ketiga?" tanya Xiao Tan.
"Benar, duel akan terjadi malam ini," jawab Beiling, "kurang lebih masih ada belasan jam lagi."
"Eh... Dari misi utama, Jue Ge dan yang lain seharusnya masih di tempat bernama Ling Zhong Jing, kan?" Xiao Tan bertanya lagi.
Beiling tampak tersadar akan sesuatu: "Iya! Bagaimana kelanjutan urusan membantu Nona Pendekar Su meningkatkan ilmu beladiranya?"
Ekspresi khawatir muncul di wajah Xiao Tan: "Hmm... Yang pasti dari kolom tim, Atobe masih hidup..."
