【Tugas saat ini telah selesai, misi utama telah diperbarui】
【Ikuti Perdebatan Pedang Cangling dan bertahan hidup sampai Mojun Wuxiang dikalahkan】
Saat Feng Bujue dan Siyu berhasil membunuh Bell Demon, peringatan sistem tepat waktu berbunyi. Quest 【Mengalahkan "Bell Demon"】 telah dicoret, lalu muncul quest baru seperti tersebut di atas.
Xiao Tan, Beiling, dan Atobe mengetahui Lin Chang menguasai Divine Skill Wuxiang, tapi karena belum pernah melihat Lu Qingning, mereka tidak bisa memastikan Lin Chang adalah penjahat utama dalam quest ini. Mereka hanya menebak dia BOSS lewat kata "Wuxiang". Sedangkan Feng Bujue dan Siyu belum pernah mendengar istilah "Divine Skill Wuxiang", mereka hanya tahu Lin Chang adalah NPC antagonis kuat, jadi hanya bisa menduga Lin Chang mungkin adalah Demon Lord Wuxiang.
Hanya setelah kelima orang ini berkumpul, target akhir quest baru bisa benar-benar dipastikan.
Saat ini, di Kota Cangling, senja hari ketiga telah tiba.
Hanya tersisa beberapa jam sebelum bulan purnama muncul. Tapi dua pendekar pedang utama masih belum terlihat sama sekali.
Xie San Sang Pedang Tak Bernama telah hilang gaib sejak kemarin sore. Ye Cheng Sang Dewa Pedang bahkan lebih ekstrim - sama sekali tidak muncul sejak awal.
Hari itu, semua murid dari berbagai sekte yang dikirim dari Cangling ke Tongqiu untuk mencari informasi, tak satu pun kembali. Bahkan merpati dari Kelompok Merpati Terbang lenyap tanpa jejak. Tak satu pun burung bisa masuk ke Cangling. Seluruh kota seolah terkunci rapat, terisolasi dari dunia luar.
Memandang langit yang semakin senja, para pendekar di Kota Cangling sama-sama kebingungan... Apakah duel kali ini hanyalah tipuan? Tapi manfaat apa yang didapat dari tipuan semacam ini? Mendorong kemakmuran ekonomi kota hantu ini? Penginapan Cangling memberi komisi pada Keluarga Ye? Atau Ye Cheng yang kekenyangan iseng-iseng mengerjai Xie San dan seluruh pendekar di Jianghu?
Penjelasan-penjelasan ini jelas tidak masuk akal, namun tak seorang pun tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Melebihi kebingungan... kecemasan adalah emosi lain yang mulai menggelora dalam hati orang-orang. Tapi yang bisa mereka lakukan hanyalah menunggu, menanti konspirasi tak dikenal itu dimainkan...
……
Malam purnama, di tengah Kota Cangling.
Cahaya bulan seperti embun beku, menerangi bumi seolah siang hari.
Satu keluarga bangsawan, dua menara, tiga sekte, empat aliran, ditambah sekte-sekte tingkat tiga dan para pendekar Jianghu yang datang sendiri-sendiri—total lebih dari empat ratus orang—dengan kompak berkumpul di jalan utama depan Penginapan Cangling. Bahkan para pelayan penginapan penasaran keluar ke jalan, ingin melihat apakah dua pendekar legendaris itu benar-benar memiliki tiga kepala enam lengan.
Namun hingga detik ini, tak seorang pun melihat bayangan Ye Cheng maupun Xie San.
Tiba-tiba, siluet manusia melompat ke atas atap rumah penduduk di depan penginapan. Posisinya sekitar tiga meter dari tanah, tidak terlalu tinggi, namun memberikan pandangan luas sekaligus membuat seluruh orang di jalan bisa melihatnya.
“Para hadirin, waktunya telah tiba.” Pria itu berbicara dengan suara serak dan muram, namun terdengar jelas di telinga setiap orang. Hanya dari hal ini saja, sudah terlihat betapa kuatnya kekuatan internalnya.
Beberapa bawahan Jianghu yang masih hijau di jalanan belum mengenal pria ini. Tapi para ketua sekte dari berbagai aliran umumnya mengenalnya. Pembicara itu tak lain adalah "Pedang Tanpa Bayangan" Shang Fei, anggota paling misterius dari Huaying Liu Jian.
Shang Fei mengenakan seragam hitam ketat, siluet tubuhnya tampak kurus dan berotot di bawah sinar bulan. Setelah mengucapkan kata-kata itu, dia dengan cepat mengeluarkan tabung bambu dari dadanya, lalu mengibaskan tangan untuk mengeluarkan pemantik api, menyalakan sumbu di dasar tabung tersebut.
Beberapa detik kemudian, cahaya api melesat ke atas disertai suara desisan yang menusuk langit.
Seperti pepatah mengatakan... Satu anak panah menembus awan, ribuan pasukan datang memenuhi pandangan. Meski sinyal Shang Fei ini tak bisa memanggil sepuluh ribu kuda, tapi cukup untuk menghadirkan seribu tentara.
Tiba-tiba, sosok lain melompat dari tanah ke atap bangunan itu dan langsung bertanya: "Shang Fei, apa maksudmu ini?" Pendatang ini tak lain adalah Ji Tong, Pemilik Menara Balai Delapan Penjuru, yang selalu ingin ikut campur dalam segala urusan.
"Biarkan aku yang menjawab pertanyaan itu." Suara Lin Chang tiba-tiba menggema.
Suaranya seolah datang dari ujung langit, terkumpul dan bergema di sepanjang jalan, membuat jiwa semua orang bergetar. Bersamaan dengan itu, sosok Lin Chang pun melayang turun dari lantai atas penginapan, menginjak udara kosong dengan elegan sebelum mendarat di samping Shang Fei dan Ji Tong.
"Hari ini, Pedang Biru Langit yang biasanya tampil sebagai pendekar berjubah putih, berganti mengenakan jubah brokat hitam. Di pinggangnya tergantung sebilah pedang, di punggungnya terhunus dua pedang, total tiga pedang dibawanya. Lin Chang yang biasanya bermata tajam dan berparas tampan, kini terlihat liar dengan rambutnya terurai acak-acakan. Wajahnya diselimuti aura hitam keunguan yang sangat mencolok."
"Sejak sore hari ini, Lin Chang dan Shang Fei menghilang tanpa jejak. Bahkan Ye Muhan, Su Shang, dan Miao Shaoqing pun tak mengetahui keberadaan keduanya."
"Tak ada yang menyangka mereka akan muncul secara dramatis di momen seperti ini dengan cara seperti ini."
"Pedang Tak Bernama!"
"Pedang Pemutus Salju!"
"Di antara kerumunan, beberapa orang yang berpengalaman langsung mengenali dua pedang di punggung Lin Chang - itu jelas adalah pedang pusaka Xie San dan Ye Cheng."
"Bagi seorang pendekar, terutama yang kelas Top-Tier... pedang adalah bagaikan anggota tubuh sendiri. Selama masih hidup, mustahil mereka menyerahkan pedangnya kepada orang lain. Tapi kini Lin Chang justru membawa dua senjata legendaris milik orang lain sekaligus, membuat semua yang hadir tertegun tak percaya."
"Setelah sinyal api tadi meluncur ke langit, hampir dua ribu pasukan Jinyiwei akan bergerak dari jalan besar Tongqiu menuju Cangling, mengepung tempat ini rapat-rapat. Kecuali atas perintahku, tak seorang pun akan keluar hidup-hidup dari Cangling." Suara Lin Chang sedikit bergetar, mengungkapkan kegembiraan dan kepuasan luar biasa. Ia telah menanti hari ini, momen ini, terlalu lama.
"Apa katamu!" Ji Tong terkejut.
"Reaksi ratusan orang di jalanan juga sebagian besar seperti itu, perkataan Lin Chang bagaikan petir yang mengguncang tanah, langsung memicu keriuhan dan gemuruh."
Beberapa suara angin menggesek pakaian berbunyi, empat sosok lagi naik ke atap rumah. Mereka adalah Pemilik Menara Wanxia Lou Gongsun Qian, Sesepuh Shaolin Fa Ming, Ketua Sekte Renwu Song Kuan, dan Ketua Sekte Xiaoyao Zhong Lian.
"Amitabha, Tuan Lin, apakah perkataan ini benar?" tanya Fa Ming dengan cukup sopan.
Song Kuan bertanya: "Apakah ini maksud Pemimpin Sekte Ye?"
Sedangkan Zhong Lian bertanya: "Mengapa pedang Pendekar Xie dan Pemimpin Sekte Ye ada padamu?"
"Kepala Pedang Lin." Gongsun Qian langsung menuju inti: "Pemerintah dan dunia persilatan tidak saling campur tangan, ini sudah menjadi hukum besi selama bertahun-tahun. Tapi kau malah berkolusi dengan Jinyi..."
"Apa itu kolusi?" Lin Chang memotong, "Sebagai rakyat Dinasti Ming, aku setia pada pemerintah. Mana ada kolusi?" Tatapannya menyapu lima orang selain Shang Fei: "Kalian para tua bangka munafik, sok suci menguasai gerbang gunung, membatu dalam kebekuan, tidak tunduk pada pemerintah." Ia mendengus: "Sopan-sopan kusebut 'Ketua Sekte', kalau kasar, kalian cuma pendekar kelas tiga penipu nama belaka!"
Ucapan yang mengejek massal ini membuat kerumunan di bawah benar-benar meledak. Seketika massa bergolak penuh kemarahan, teriakan makian tak henti. Andai saja tiga ketua sekte masih berdiri di lantai dua, mungkin sudah puluhan senjata dilempar ke Lin Chang.
"Ada pepatah... Belajar seni sastra dan bela diri, lalu jual pada keluarga kaisar." Lin Chang tetap tak tergoyahkan, dengan tenang dan penuh keyakinan ia berkata: "Berkat apresiasi Komandan Jinyiwei Yang Mulia Qian, Linkini telah bergabung dengan pemerintah, mengabdi pada Sang Kaisar."
"Cih! Pengkhianat!" "Anjing penjilat!" "Tak kusangka Pedang Biru Langit ternyata bajingan tak tahu malu!"
Begitu Lin Chang selesai bicara, riuh makian kembali memenuhi area. Tiga anggota tersisa dari Huaying Liu Jian tak mungkin lagi berdiam diri. Bertiga mereka melompat ke atap rumah penduduk di sebelah gedung tersebut.
Miao Shaoqing bertanya dengan wajah penuh keterkejutan: "Shixiong! Kau gila? Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mungkin kau memihak pemerintah?"
Ye Muhan yang lebih blak-blakan langsung menyerang: "Lin Chang! Omong kosongmu ini ingin menjadikan Keluarga Ye sebagai sasaran empuk seluruh dunia persilatan?" Pandangannya beralih ke Pedang Duanxue di belakang Lin Chang, "Di mana kakakku? Kenapa pedangnya ada di tanganmu?"
"Oh... Shimei Ye." Lin Chang memutar kepala perlahan. "Kau datang tepat waktu." Sambil berbicara, ia mengayunkan tangan—seberkas energi qi melesat bagai harimau turun gunung, menyambar langsung ke arah Ye Muhan.
Ye Muhan belum pernah melihat tenaga internal yang dilepaskan sekuat dan secepat ini. Tanpa kesempatan bertahan, tubuhnya terhantam langsung oleh kekuatan maha dahsyat. Darah menyembur dari mulutnya saat ia terlempar ke belakang.
“Dengan begini, hubungan antara Keluarga Ye dan aku pasti bisa diputuskan.” Lin Chang berkata dengan nada sarkastis.
Bersamaan itu, dia menarik Pedang Bikong dari pinggangnya, mengarahkan pedang ke arah Ye Muhan. Semburan energi pedang melesat cepat, menyusul kemudian tapi tiba lebih dulu.
“Hmph... Mengenai kakakmu, temuilah dia di alam baka.” Lin Chang tertawa.
Ye Muhan yang sedang melayang di udara tak bisa menghindar. Energi pedang menembus lehernya, seketika meregang nyawa. Su Shang dan Miao Shaoqing yang menyaksikan wajah mereka pucat ketakutan, membeku di tempat. Mereka sama sekali tak berdaya menghadapi kejadian ini. Kecepatan dan kekuatan energi pedang Lin Chang jauh melampaui kemampuan mereka, bahkan untuk sekedar melompat menghalangi pun sudah terlambat.
Lin Chang memalingkan wajah ke lima ketua sekte yang sudah terpaku ketakutan, menunjuk dua pedang di belakangnya: “Sekarang, kalian pasti sudah mengerti bagaimana aku mendapatkan kedua pedang ini?”
Sepi seketika menyelimuti ruangan.
Berbeda dengan trik-trik yang digunakan Feng Bujue dan kawan-kawannya, metode Lin Chang menggunakan cara yang bisa dipahami oleh para pendekar dunia ini. Dia menggunakan tenaga internal, mengandalkan ilmu bela diri, setiap gerakannya mengikuti prinsip yang dikenal.
Justru karena itulah, dia berhasil menanamkan rasa takut dan putus asa pada mereka.
“Dengarkan baik-baik.” Lin Chang memandangi wajah-wajah yang terkejut, melihat mereka yang tadi mengumpat kini diam seribu bahasa, menyeringai dingin. “Malam ini, di hadapan semua ketua sekte, ahli bela diri, dan senior yang berkumpul di sini. Aku beri kalian dua pilihan.”
Tak ada yang menyela. Semua orang menahan napas menyimak ucapannya.
“Pertama, mulai hari ini aku, Lin Chang, diakui sebagai Pemimpin Persatuan Jianghu. Seluruh penghuni dunia persilatan harus tunduk pada perintahku. Setiap sekte dan individu wajib mencatat ilmu beladirinya dalam buku catatan dan menyerahkan ke pemerintah tanpa disembunyikan. Hanya yang menyerahkan catatan boleh meninggalkan Cangling.”
“Dan pilihan kedua...” Lin Chang tersenyum. “Adalah mati.”
“Omong kosong!” Ji Tong berseru. “Meski kau bawa dua ribu Jinyiwei kepung Cangling, apa artinya? Mereka cuma tentara bertani, mana bisa lawan ratusan ahli di sini!”
“Mereka tak perlu mengalahkan kalian,” jawab Lin Chang tenang. “Cukup tahan sebentar. Tugas membunuh akan kukerjakan sendiri.”
“Aku bunuh kau dulu!” Sebuah teriakan membahana. Pedang Yijian menyambar udara.
Bambu terbelah dua. Pedang melesat dari tengah. Miao Shaoqing yang baru sadar dari keterkejutan kini murka. Energi internalnya meledak sampai puncak, pedang bambunya meraung menghunjam.
"Su Shang juga segera menyusul, ingin membalas dendam untuk kakak seniornya. Dia menjalin hubungan persaudaraan dengan Ye Muhan, memandang Lin Chang seperti kakak kandung. Melihat kakak seniornya tewas mengenaskan di tangan Lin Chang tadi, pikirannya menjadi kacau dan hancur. Meski kini dia berusaha keras menahan air mata, saat pedang Qiulan terhunus, jurus pamungkas "Keharuman Anggrek yang Tak Tertandingi" tetap dilancarkan dengan tajam dan tanpa ampun.
"Hmph... Menggelikan." Lin Chang mendengus dingin, memasukkan kembali pedang Bikong ke sarungnya. Kedua tangannya bersilang menggenggam dua pedang di punggungnya: Duansue dan Wuming.
Dua senjata legendaris itu tiba-tiba terhunus, energi mereka mengguncang langit kesembilan dan bumi kesepuluh, menggetarkan seluruh penjuru.
Tekanan aura yang tercipta saat menghunus pedang saja sudah membuat lima ahli ketua sekte yang berada dekat Lin Chang mundur tiga langkah.
Serangan Miao Shaoqing dan Su Shang terhalang gelombang energi pedang raksasa, bahkan tak bisa mendekati radius satu zhang di sekitar Lin Chang. Di udara, mereka dihentikan oleh kekuatan tak kasat mata.
"Pada malam bulan purnama, kekuatan ilahiku mencapai puncak. Bahkan aku sendiri tak menyangka akan sekuat ini..." Lin Chang memegang dua pedang dengan tangan terentang miring di sisi tubuhnya, "Kalian terlalu bodoh. Sepertinya aku harus menjelaskan lebih jelas...
Ye Cheng sudah lama mati. Surat tantangan Perdebatan Pedang Cang Ling, aku yang tulis untuk Xie San. Kabar itu juga aku yang sebarkan. Sejak kalian tiba di Cangling, kalian sudah jatuh ke dalam perangkapku."
"Kota Cangling dikelilingi gunung di tiga sisi. Saat ini, dua jalur keluar kota telah diblokir oleh pasukan Jinyiwei. Kalian tidak mungkin bisa melarikan diri. Aku punya cukup waktu untuk membunuh setiap orang di sini."
Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Satu-satunya faktor ketidakpastian dalam rencana ini adalah mata-mata yang dikirim Shenhoufu. Tapi tidak ada satupun yang berhasil masuk ke kota hidup-hidup, jadi mereka tidak akan menemukan bukti. Jika kalian berharap ada pihak ketiga yang ikut campur, lupakan saja."
"Hmph... Tampaknya kau benar-benar merencanakan segalanya dengan matang..." Ji Tong bersungut sinis.
"Ji Tong, aku tahu rencanamu. Banyak orang di sini pasti berpikiran sama. Kalian mengira dengan bergabungnya para 'jagoan' ini, bisa membunuhku. Lalu ratusan orang ini bisa menerobos keluar Cangling atau bersembunyi di gunung." Lin Chang menelanjangi pikiran kebanyakan orang yang hadir, "Hahaha... Silakan mencoba. Yang pertama maju akan mati duluan. Ketika sudah cukup banyak yang tewas, sisanya akan menyerahkan ilmu bela diri sekte mereka untuk menyelamatkan nyawa."
Sampai di sini, energi hitam berlapis mulai merembes dari sekujur tubuhnya. Lebih dari sekadar aura pembunuh, ini lebih mirip hasrat haus darah. "Saudara-saudara seperguruan Jianghu, bukankah kalian datang ke sini untuk menyaksikan pedang jawara legendaris ternoda darah? Kalau begitu, biarlah darah kalian sendiri yang menjadi saksi ilmu pedangku, Lin Mou!" Wajahnya yang keunguan-hitam mengerikan meregang dalam senyum sadis: "Tentu saja, aku juga mengizinkan kalian menyerah. Jalan itu kalian yang pilih..." Seketika itu, rupa Lin Chang sudah tak lagi manusiawi. Kabut ungu-hitam mengerucut di dahinya, pupil matanya menyala bak iblis: "...Yang tunduk akan makmur, yang melawan akan binasa."
