Saat Jue Ge mendengar perkataan Dennis, otaknya langsung bekerja keras. Menggabungkan dialog dan ekspresi ketiga NPC tadi, dia langsung membayangkan 17-18 skenario kasus pembunuhan...
"Lupakan saja kamu anak dari istri keberapa. Dari usiamu, ayahmu pasti sudah 60-70 tahun. Tapi ibu tirimu ini masih sangat muda..." batin Feng Bujue. "Dokter Powell itu pasti dokter keluarga di sini... Sepertinya kondisi kesehatan ayahmu tidak begitu baik. Baru lima menit masuk, foreshadowing pembunuhan ruang tertutup plus perebutan warisan sudah menampar wajahku. Si kepala rumah tangga, tukang kebun, pembantu... pasti tersangka potensial atau saksi mata..."
"Tuan Muda, kamar tamu sudah siap." Tiba-tiba seorang wanita berambut merah bertubuh kekar muncul di ruang depan. Sambil bicara pada Dennis, dia juga mengangguk hormat pada dua wanita lainnya.
"Tuan Feng, saya rasa Anda pasti sangat lelah, lebih baik ikuti Oliver ke kamar tamu dulu." Ucap Dennis, "Semua kamar tamu di sini dilengkapi kamar mandi, Anda bisa mandi dan beristirahat. Jika ingat kontak keluarga atau ada permintaan lain, bisa minta bantuan Henderson. Anggap saja seperti di rumah sendiri, jangan sungkan." Dia berhenti sejenak, "Maaf masih ada urusan yang harus saya selesaikan, tidak bisa menemani..."
"Tidak-tidak, sayalah yang merepotkan." Feng Bujue segera menyambung, "Terima kasih atas segala bantuan Anda."
Setelah beberapa basa-basi, Feng Bujue berpamitan kepada tiga tuan rumah dan mengikuti pelayan menuju koridor lantai satu. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah kamar tamu di sisi barat vila.
Nenek Oliver yang telah mengantarnya segera pergi mengerjakan tugas lain.
Feng Bujue tetap waspada. Setelah menutup pintu, hal pertama yang dilakukannya adalah menggeledah seluruh kamar. Setelah memastikan keamanan area tersebut, barulah ia menarik napas lega dan merebahkan diri di atas kasur empuk.
"Hah... akhirnya bisa bernapas lega." Gumamnya pelan.
Bagi Feng Bujue, berpura-pura menjadi orang yang sopan dan rendah hati bukanlah hal sulit, hanya melelahkan...
"Baiklah, mari lihat quest dulu." Ia segera membuka menu permainan untuk memeriksa.
【Mencari dan mencapai rumah keluarga Lovecraft di lembah】Tugas ini sudah tercoret, tugas berikutnya adalah:【Tinggal di vila dan menunggu kasus terjadi】
"Hmm... quest yang bagus." Feng Bujue tertawa, "Artinya tidak perlu melakukan apa-apa."
Dia beristirahat sekitar setengah jam, sambil berbaring di tempat tidur mengorganisir informasi yang diketahui. Kemudian dia duduk sambil memandang pakaian bersih di meja: "Omong-omong... bagaimana cara ganti baju ya..." Ini memang masalah rumit karena game tidak memperbolehkannya telanjang bulat.
"Apa harus pakai alasan 'karena terlalu lekat langsung tertidur di kasur tanpa mandi' untuk mencari-cari alasan?" Bahkan Feng Bujue sendiri merasa alasan ini sama lemahnya dengan "gegar otak ringan".
Setelah berpikir sejenak, dia bergumam: "Hmm... jas luar bisa dilepas, tapi celana panjang dan kemeja tidak... Mungkin aku bisa lepas jas, lipat celana, bersihkan sedikit dengan air, lalu pakai jas bersih ini." Rencana ini terlihat lebih masuk akal dari sebelumnya.
Saat hendak mengambil jas bersih itu, tiba-tiba muncul peringatan sistem: 【Menggunakan item ini akan mereset status penampilan Anda】
Disertai suara sistem, jendela pop-up muncul dengan tulisan: 【Apakah ingin langsung menggunakannya?】
"Wah~ ini kah yang disebut ganti pakaian seketika?" Feng Bujue ragu beberapa detik, lalu memilih 【Ya】.
Seketika, cahaya putih berkilau, seluruh tubuhnya langsung berubah menjadi baru. Tidak hanya pakaiannya berganti menjadi setelan jas yang bersih, bahkan noda di kulit dan bau keringat di tubuhnya juga menghilang. Sementara pakaian kotor yang semula dikenakannya, kini muncul di atas meja dalam keadaan terlipat rapi.
"Benar-benar praktis ya..." ujar Feng Bujue, "Lalu... sekarang harus melakukan apa ya... Mengintip istri ketiga sedang mandi mungkin..."
Tit-tit-tit——
Bunyi klakson mobil yang mendadak memecah konsentrasinya.
Begitu suara itu terdengar, Feng Bujue langsung melesat ke jendela dalam tiga langkah cepat. Dengan sedikit mengangkat tirai, matanya menyapu ke arah sumber suara.
Kamar tamu tempatnya berada kebetulan memiliki sudut pandang miring ke pintu depan vila. Saat ini, terlihat sebuah jeep off-road berhenti di depan vila. Seorang pria berbaju jaket kulit hitam turun dari mobil.
Pria ini tingginya sekitar 180 cm, berusia awal 30-an. Rambut pirang, menggigit rokok, rambut keriting, mengenakan kacamata hitam, bergaya seperti anggota geng motor meski tidak mengendarai sepeda motor.
"Haha! Henderson! Lama tak jumpa, apa kabar?" Begitu melihat sang kepala pelayan tua, pria ini langsung memeluknya erat-erat.
"Hehe... Selamat datang Tuan Jack," sambut Henderson dengan senyum ramah.
Jack langsung bertindak cepat. Tanpa mencabut kunci mobil, dengan santai mengangkat tas perjalanan dari jok belakang jeep ke pundaknya, lalu bergegas masuk ke dalam rumah.
“Apakah orang ini adik Dennis…” pikir Feng Bujue, “Dilihat dari usianya, pasti dia juga bukan anak Odeta… Entah dia dan Dennis saudara kandung atau saudara tiri.” Dia meninggalkan jendela dan kembali duduk di tepi tempat tidur, merenung, “Ngomong-ngomong… Istri ketiga yang sekarang, penampilannya jelas di bawah 35 tahun. Bagaimanapun dihitung, selisih usianya dengan tuan rumah ini pasti sekitar 30 tahun. Kecuali dia menikah ke keluarga Lovecraft sepuluh tahun lalu, hampir mustahil punya anak…”
Dor——
Tiba-tiba, tanpa peringatan, suara tembakan yang cukup keras terdengar, sepertinya berasal dari suatu tempat di lantai dua.
“Hmm… Sudah mulai beraksi, bagus.” Reaksi Feng Bujue setelah mendengar tembakan itu juga berbeda dari orang normal…
Pertama-tama dia menghela napas, lalu berdiri dan meregangkan badan. Kemudian dengan wajah tenang, dia keluar dari kamar dan berjalan santai menuju sumber suara.
Dulu saat sekolah, setiap kali mendengar pengumuman “Siswa Feng Bujue, harap segera melapor ke ruang kepala sekolah (atau guru piket)”, Jue Ge selalu bereaksi seperti ini. Rasanya seperti… Aku tahu sesuatu yang buruk akan atau sudah terjadi, tapi aku tetap akan menanganinya dengan tenang.
Saat melewati koridor menuju tangga, Feng Bujue berpapasan dengan kepala pelayan Henderson yang berlari masuk dari pintu depan. Kakek tua ini langsung panik dan buru-buru kembali setelah mendengar suara tembakan di luar rumah.
“Sepertinya di lantai dua.” Feng Bujue dengan tenang menunjuk ke atas, berkata pada Henderson, “Dari arah sana suaranya berasal.”
“Oh! Tuhan!” Henderson berteriak, “Itu kamar Tuan!” Sambil berkata demikian, dia langsung berlari menaiki tangga.
Jue Ge tidak melihat keanehan yang tidak masuk akal dari tindakan lawannya. Maka diam-diam dia mengikuti Henderson, bersama-sama berlari ke lantai dua.
