Feng Bujue segera menyusul kepala pelayan ke lantai atas. Saat melewati sudut tangga, dia melihat sebuah tas perjalanan tergeletak di pinggir koridor. Pasti itu milik Tuan Muda Jack yang dilempar setelah mendengar suara tembakan.
Sekitar satu menit kemudian, Feng Bujue mengikuti Henderson sampai di depan kamar tidur utama lantai dua. Pintu terbuka lebar, suara pertengkaran sengit terdengar dari dalam.
Salah satu suara jelas milik Dennis yang berteriak emosional: “Ini bukan urusanmu! Jack!”
Jack membalas tak kalah keras: “Hei! Aku bukan anak tiga tahun lagi, aku berhak tahu apa yang kau katakan pada Ayah sampai membuatnya marah besar!”
“Cukup!” Suara ketiga muncul, nada yang masih asing bagi Feng Bujue, terdengar berat dan berwibawa, “Diam kalian berdua!”
Braak—
Suara tembakan lagi terdengar, dari bunyinya terasa berasal dari senjata yang sama.
Saat itu, Odeta dan Carol juga datang menghampiri. Mereka muncul dari ujung koridor yang lain.
“Ya Tuhan! Apa yang terjadi……” Odette berkata dengan wajah penuh kekhawatiran.
Ekspresi Carol sama gelisahnya, terlihat tidak nyaman.
Orang-orang yang tertarik oleh suara tembakan tidak hanya mereka. Pelayan wanita Oliver yang pernah diliat Feng Bujue sebelumnya, tukang kebun Barton, serta seorang pria kurus tinggi berkacamata berusia lima puluhan yang belum pernah ia temui, juga muncul di koridor satu per satu. Setiap wajah memancarkan keheranan, dengan dialog seperti "Ada apa?" dan "Aku dengar suara tembakan" yang terus bergulir.
"Tuan, dua Tuan Muda……" Kepala pelayan Henderson yang pertama melangkah masuk, "Ini……"
Tak ada yang menanggapi di dalam ruangan. Suasana hening yang mencekam menyelimuti.
Feng Bujue tak peduli. Diam-diam ia mendekat, mengintip ke dalam kamar melewati bahu Henderson. Di dalam kamar tidur itu terlihat tiga orang: selain Dennis dan Jack, yang ketiga tentulah Tuan rumah keluarga Lovecraft ini.
Bagi orang awam, penampilan Dennis sudah terkesan gagah dan tampan. Namun dibandingkan dengan ayahnya, aura dan kharismanya masih jauh tertinggal.
Penampilan sang kepala keluarga ini tak mudah dilupakan. Garis wajahnya tegas dan berkarakter, sorot mata dingin nan tenang, setiap gerak-geriknya memancarkan kewibawaan penguasa. Ia memberikan kesan transenden, tak terbantahkan, dan tak boleh dinista.
“Hmm... pantas saja bisa menikahi istri yang tiga puluh tahun lebih muda, memang cukup berwibawa.” Feng Bujue berpikir dalam hati, matanya menjelajah cepat mengamati setiap detail di dalam kamar tidur.
Saat itu, sang tuan rumah sedang duduk di kursi sofa mengenakan jubah tidur merah marun. Di tangannya tergenggam Colt Revolver kayu berpeluru perak model klasik enam peluru, moncong senjata masih mengepulkan asap.
Dennis dan Jack berdiri sekitar dua meter darinya, tidak terlihat terluka.
"Cih... rupanya cuma tembak ke langit-langit buat gertak doang..." Bujue bergumam dalam hati. Mentalnya yang selalu ingin melihat kekacauan ini sungguh tak patut ditiru, "Makanya di judul bab sebelumnya ada tanda tanya..."
"Coleston!" Terdengar teriakan pria tinggi kurus dari koridor yang tergopoh-gopoh mendekat, "Maaf, permisi." Ia menyelak lewat antara Feng Bujue dan Henderson, lalu masuk ke kamar, "Coleston, kau gila? Cepat taruh senjatanya! Bagaimana kalau ada yang terluka?"
"Iya... kalau beraksi di depan banyak orang begini, mana bisa aku tahan sampai tiga puluh tiga bab..." Bujue sarkas dalam hati.
"Hmph..." Coleston meletakkan pistol di meja kecil samping kursi, menarik napas dalam-dalam sebelum menatap kedua putranya, "Kalian berdua keluar dulu."
Dennis dan Jack saling berpandangan dengan penuh ketegangan, namun keduanya tidak mengatakan apapun lagi, hanya menurut perintah ayah mereka untuk keluar dari ruangan.
"Powell, kamu tetap di sini. Ada yang ingin kubicarakan." Colston berkata pada pria tinggi kurus itu. Tampaknya dia adalah "Dokter Powell" yang sebelumnya disebutkan Odette.
Setelah kedua putranya meninggalkan ruangan, Colston memberi isyarat pada Powell untuk menutup pintu.
Suasana di koridor terasa canggung. Jelas, setiap orang memiliki spekulasi sendiri tentang percakapan sebelumnya antara Dennis dan Colston. Oleh karena itu, sorot mata setiap orang menyiratkan emosi khusus.
"Sayang, kamu baik-baik saja?" Carol menghampiri dan memegang tangan suaminya dengan penuh perhatian.
"Jangan khawatir, sayang..." Dennis sangat ahli menyembunyikan perasaan aslinya. Setelah keluar dari ruangan, ekspresinya sudah kembali seperti biasa. "Ayah hanya... marah karena hal sepele. Kau tahu, beberapa tahun terakhir ini temperamennya semakin buruk. Mungkin ada hubungannya dengan penyakitnya."
"Ha! Seolah-olah itu benar." Jack menyeringai dingin dan berbalik ingin pergi.
"Begitukah caramu berbicara pada kakakmu?" Dennis meninggikan suaranya.
"Anda seharusnya bersyukur, aku tidak memiliki tombak seperti itu." Suara Jack terdengar sembrono, mungkin dia sendiri tidak menyadarinya, tapi makna tersirat dari candaan ini sangat berbahaya. Dalam pandangan Feng Bujue, jika Dennis terbunuh beberapa saat kemudian, dialog ini sudah bisa dianggap sebagai FLAG tersangka utama.
Setelah bicara, Jack menuju ke arah tangga, mungkin untuk mengambil barang bawaannya yang tertinggal. Dennis mendengus dingin tanpa memanggilnya kembali.
Sebagai orang luar, Feng Bujue tentu tidak pantas ikut campur. Diam-diam ia mengamati reaksi semua orang: kepala pelayan Henderson, tukang kebun Barton, pelayan wanita Oliver, Nyonya Carol, serta Nyonya Odette. Di mata Jue Ge, mereka semua menyimpan rahasia gelap.
"Sudah, bubar semuanya. Tidak ada yang perlu dilihat lagi." Dennis menyuruh orang-orang pergi dengan suara lantang. Saat berbicara, barulah ia menyadari kehadiran Feng Bujue. Ia mendekat dan berkata, "Oh, Tuan Feng, maafkan kami atas kejadian tadi. Ayah saya dulu tentara, tombak itu cuma kenangan perang..."
Feng Bujue tidak tertarik pada penjelasan basa-basi ini. Dengan santai ia menjawab, "Ah, tidak apa-apa. Saya sudah biasa menghadapi situasi seperti ini. Lagipula saya ini detektif."
Kalimat ini seolah-olah membekukan udara. Orang-orang yang sedang pergi tiba-tiba terhenti gerakannya, bahkan Jack yang sudah berjalan jauh pun menoleh memandang Feng Bujue.
Ekspresi Mr. dan Mrs. Dennis juga berubah sedikit. Meskipun Feng Bujue sudah menyebutkan hal ini saat mengobrol di mobil, saat itu Dennis dan Carol sama sekali tidak menganggap serius. Seorang korban kecelakaan dengan gegar otak ringan yang bahkan tidak bisa menyebutkan tahun kelahirannya sendiri - dia bisa saja mengaku sebagai astronot, siapa yang percaya...
Namun saat ini, Feng Bujue sudah berdandan rapi dengan pakaian bersih. Dari ujung kepala sampai kaki, matanya bersinar cerah, kondisi fisiknya baik, tutur kata dan perilakunya terstruktur jelas dengan diksi yang tepat. Tampaknya... benar-benar mungkin seorang detektif.
