Seketika itu, ekspresi ketiga orang itu berubah drastis. Feng Bujue menangkap setiap perubahan sekecil apapun di wajah mereka, juga informasi sekelebat yang tersembunyi di balik sorot mata mereka.
"Hehe..." Dua detik kemudian, Feng Bujue tiba-tiba tertawa, "Sudah, selesai. Kalian boleh pergi."
"What?" Selain Jue Ge, keempat orang lain di ruangan itu secara spontan dan reflek mengucapkan kalimat yang sama.
"Tunggu... maksud Anda apa?" Dr. Powell protes, "'Boleh pergi'? Anda memanggil kami ke sini, menuduh salah satu dari kami sebagai pembunuh, lalu langsung menyuruh kami pergi?"
"Ya." Feng Bujue menjawab, "Aku akan mengungkapkan pelakunya sekitar delapan bab kemudian... Oh bukan, maksudku sekitar pukul delapan nanti."
“Err... Tuan Feng.” Scotfield menyela, “Bolehkah saya bertanya... Mengapa harus menunggu sampai jam delapan?”
“Ah~ Seperti kata pepatah, deduksi harus dilakukan setelah makan malam.” Feng Bujue menjawab.
“Pepatah macam apa itu... Aku belum pernah mendengarnya... Jelas-jelas ini karanganmu sendiri...” Scotfield dalam hati melontarkan tiga kalimat protes berturut-turut, tapi tetap tidak bisa menunjukkan kemarahan karena dirinya sendiri masih belum bisa memastikan pelaku, ditambah tidak ada bukti. Saat ini dia hanya bisa mengandalkan bantuan detektif terkenal yang eksentrik ini.
“Ha... haha... Ba... baiklah...” Scotfield terus mengelap keringat dinginnya dengan sapu tangan, “Kalau begitu kita ikuti keinginan Anda...”
“Ini terlalu aneh!” Powell berseru, “Jika Anda tahu siapa pelakunya, seharusnya langsung ditangkap! Membiarkan pembunuh berkeliaran bersama kita di ruangan yang sama, bukankah kita semua dalam risiko?”
“Ada empat polisi yang berjaga di sini, risiko apa lagi?” Feng Bujue menjawab dengan santai, “Selain itu, Anda seharusnya juga sadar... Sebelum saya mengucapkan 'pelakunya ada di antara kalian bertiga', Anda sudah lama berada di bawah atap yang sama dengan si pembunuh, bukan?”
“Tapi setelah Anda mengatakannya, situasinya jadi...” Powell berkata dengan gugup, matanya terus melirik ke arah Barton.
"Tidak perlu bicara lebih banyak lagi," Feng Bujue memotong, "Aku sudah sering melihat trik 'tidak ada perak 300 tael terkubur di sini' seperti ini." Dia berhenti sejenak, "Dr. Powell, dengan reaksi berlebihan dan sikap ketakutanmu, apakah kau berpura-pura menjadi orang tak bersalah untuk menghindar dari kecurigaan?"
"Ini..." Dr. Powell terdiam sejenak menghadapi tuduhan palsu ini.
Henderson dan Barton juga meliriknya dengan tatapan penuh kecurigaan, suasana menjadi sangat mencekam.
Feng Bujue hanya menyeringai dingin melihat tingkah laku mereka, lalu berpaling ke Scottfield, "Detektif, sebelum makan malam, mohon kumpulkan ketiga orang ini bersama Carol, Coleston, Jack, dan Nancy yang sudah saya interogasi sebelumnya di ruang makan untuk memudahkan pengawasan." Sambil berkata demikian, dia sudah melewati ketiganya dan berjalan menuju pintu.
"Anda mau ke mana, Tuan Feng?" tanya Scottfield.
"Dapur." Sahut Feng Bujue sebelum membuka pintu dan keluar.
Keempat orang yang tertinggal di ruang perpustakaan saling pandang dengan rasa malu yang tak tertahankan.
……
Dapur vila ini tergolong sangat bagus, hampir menyamai fasilitas restoran kecil ala Barat.
Pintu dapur berbentuk daun ganda yang bisa didorong atau ditarik, terbuka dengan sentuhan tangan, kaki, atau dorongan troli. Begitu masuk, Feng Bujue disambut lingkungan yang luas, rapi, dan estetis.
"Untuk dapur rumah tangga, peralatan di sini lengkap secara mengejutkan... Kabinet dapur, pemanggang, oven, oven pemanggang, pemanggang barbekyu, penggorengan, kompor, rak, panel operasi, meja penyimpanan, lemari pendingin, mixer, penggiling daging, pengiris, pengocok telur, dan lain-lain... Kecuali oven tembok batu yang ekstrem, pada dasarnya semua ada di sini, bahkan bisa digunakan untuk kompetisi masak."
"Ah, Tuan Feng, bagaimana bisa Anda datang ke dapur?" Saat itu Nyonya Odette telah berganti baju menjadi gaun polos lengan panjang dengan rok sepanjang lutut, memakai apron, sibuk di depan kompor bersama Bu Oliver.
"Untuk mencegah kalian meracuni makan malam semua orang," jawab Feng Bujue.
Tangan Odette dan Oliver berhenti sejenak. Mata mereka membelalak memandang Jue Ge dengan campuran keterkejutan dan keraguan.
"Ha ha ha... Aku hanya bercanda, Nyonya-nyonya," Feng Bujue tertawa. "Sebagai tamu, wajar jika ikut membantu di dapur."
"Oh, Tuan, lelucon Anda sama sekali tidak lucu," Bu Oliver yang blak-blakan segera kembali sibuk di meja masak. "Kami sudah kewalahan, Tuan malah menakut-nakuti."
Nyonya Odette tersenyum sopan. "Tuan Feng, Anda yakin bisa membantu? Jangan dipaksakan..."
“Takut aku bikin ribut ya? Hmph…” Rambut Feng Bujue menutupi matanya, sorot mengerikan terpancar dari bayang-bayangnya, “Naif… terlalu naif… kalian tak akan pahum sebelum melihat keahlian luar biasa dariku…” Setelah mengucapkan monolog kekonyolannya, ia sendiri tertegun sejenak, “Tunggu, dialog ini kayanya lebih cocok diucapkan Jin Fugui… Lupakan! Intinya…” Ia menyambar pisau dapur, mengambil sepotong daging merah dan mulai mengiris dengan kecepatan tinggi. Gerakan tangannya begitu cepat hingga menciptakan bayangan berlapis, suara pisau di talenan terdengar seperti mesin ketik yang sedang ditekan cepat, “Hohohaha… Biarkan aku menikmati pembantaian yang megah ini!”
Dua wanita di dapur tak pernah menyaksikan pemandangan seperti ini, mereka hanya bisa terdiam menyaksikan pertunjukan Jue Ge dengan bingung.
Keanekan lain dari si Guaikuai Feng Bujue adalah… saat memasak, kekonyolannya langsung meledak. Jika nilai kekonyolan sehari-harinya (jangan tanya konsep apa ini, aku juga tak tahu, tiba-tiba saja muncul di otakku) sekitar 250, maka saat memasak akan melonjak ke kisaran 9527 sampai 10086.
Kebiasaan… memang sesuatu yang menakutkan…
Setelah orang tuanya meninggal, Feng Bujue yang hidup sendirian tentu sering memasak. Dia bukan tipe orang yang mengejar barang mewah atau gengsi, namun dalam kondisi memungkinkan (tergantung isi kantongnya), dia berusaha menjaga kualitas hidup sebaik mungkin. Secara tak sadar, kemampuan memasaknya semakin terasah... Dan dalam proses ini, dia mengembangkan kebiasaan berbicara sendiri dan melakukan gerakan-gerakan dramatis saat memasak.
"Pertama olesi minyak dan panaskan wajan." Feng Bujue berbicara sambil bertindak, "Iris tipis daging sapi, campurkan garam, merica, kecap, biji mustard, remas-remas hingga meresap..." Sambil berbicara, dia menyambar batang seledri dan memotongnya dengan secepat kilat, "Masukkan daging sapi, hati sapi, dan seledri ke wajan panas, tumis dengan api besar..." Hanya dalam beberapa menit, lauk yang menggugah selera pun selesai.
"Hm... Kekuatan yang ditunjukkan dari tumis hati sapi mustard seledri ini pasti membuat kalian tunduk..." Feng Bujue mengusap tangannya dengan lap sambil bergumum puas.
Nyonya Odeta dan Bibi Oliver dengan ragu-ragu mencicipi sepotong hati sapi menggunakan tangan mereka. Rasanya luar biasa lezat sampai sulit dipercaya...
"Tuan Feng... Apakah Anda dulunya seorang koki sebelum menjadi detektif?" Nyonya Odeta bertanya terkejut.
Feng Bujue perlahan berjalan ke samping, mengambil celemek dari dinding dan mengikatkannya pada diri sendiri. Dengan senyum sombong, dia melanjutkan: "Jadi... persiapan makan malam serahkan saja padaku, kalian berdua cukup membantuku sedikit." Dia berhenti sejenak, "Sambil... selama ini, jawablah beberapa pertanyaanku."
