"Ngomong-ngomong, seharusnya ada satu lagi pelayan di rumah ini, kan?" ujar Feng Bujue sambil fokus meneteskan minyak ke mangkuk saus. Meski tangannya sibuk memasak, pikirannya terus bekerja. Bagi Jue Ge, mengerjakan dua hal sekaligus bukan beban, malah... semacam pelepasannya.
Sebelumnya dia sudah menduga keluarga Lovecraft memiliki lebih dari satu pelayan selain Olive. Bagaimanapun juga, villa ini memiliki begitu banyak ruangan di semua lantai, ditambah koridor, ruang depan, tangga, dan lain-lain... Bahkan hanya untuk membersihkan permukaannya saja, satu orang perlu bekerja setengah hari. Apalagi ada urusan memasak, mencuci pakaian, dan pekerjaan rutin lainnya. Meski Henderson dan Barton bisa membantu, tetap saja tenaga kerjanya kurang.
"Ya, ada Nyonya Martha, pelayan lainnya. Tahun ini dia pulang kampung untuk Thanksgiving dan baru kembali setelah liburan," jawab Nyonya Odette.
"Jadi bahkan Ibu juga harus turun tangan ke dapur, ya?" Feng Bujue tertawa.
Odette jelas menangkap sindiran dalam ucapannya. Dengan sedikit canggung dia menjawab: "Maaf... Aku memang... tidak terlalu mahir dalam hal-hal seperti ini."
"Feng Bujue hanya perlu melihat selama satu menit untuk tahu bahwa kemampuan memasak sang nyonya hanya cocok untuk membantu, mungkin ia jarang masuk ke dapur sehari-hari."
"Tidak, tidak... Ibu melakukannya dengan baik, saya yakin Nyonya Oliver sangat berterima kasih atas kehadiran Ibu di sini." Kata Feng Bujue.
"Benar sekali, Tuan Feng, beberapa hari ini nyonya benar-benar banyak membantu saya." Oliver ikut menyambung, "Dua nyonya sebelumnya bahkan malas menuangkan segelas air sendiri..."
"Oliver!" Odetta memotong ucapan wanita paruh baya itu sambil memberikan isyarat mata dan menggelengkan kepala pelan. Jelas ia tidak ingin Oliver melanjutkan. Rupanya pelayan ini masih menyimpan dendam terhadap dua istri sebelumnya sang tuan rumah dan sering menggerutu, hal yang tidak pantas didengar orang luar.
Oliver yang cukup tahu diri segera diam setelah ditegur nyonyanya, lalu sibuk bekerja dengan menunduk.
"Hmph..." Feng Bujue mendengus dingin, mengambil mangkuk di hadapannya dan mengalihkan topik, "Lihat, dengan menuangkan minyak perlahan seperti tetesan lalu mengaduknya dengan gerakan memanjang seperti menarik benang, kita bisa menghindari pemisahan minyak-air." Ia meletakkan mangkuk, "Nanti siram saus ini ke tiram, hidangan spesial saya 'Tiram Bayam Keju Panggang' siap disajikan."
"Tuan selalu membawa kejutan, Tuan Feng." Odetta yang berterima kasih karena ia tidak mengejar topik tadi ikut memuji, "Siapa sangka seorang detektif memiliki keahlian memasak seperti ini?"
"Hehe... Hidangan ini hanya memiliki tingkat kesulitan sedang." Jue Ge menjawab dengan bangga, "Saya juga akan membuat dua hidangan dengan tingkat kesulitan serupa yaitu mousse hati ayam dan steak fillet gaya Jepang yang direbus cepat." Ia menunjuk tumpukan sayuran di sudut, "Pilih beberapa kentang tua, dengan metode penggorengan dua tahap kita bisa membuat Pomme souffle yang teksturnya unik. Masakan orang Prancis memang cukup bagus..."
"Oh! Kataku, Tuan Detektif, berapa banyak hidangan yang ingin Anda buat? Banyak masakan Anda yang bahkan belum pernah saya dengar." Oliver yang berdiri di samping berkata.
"Jangan khawatir... Dengan jumlah hidangan segini, saya bisa menyelesaikannya sendiri tepat waktu." Ekspresi Feng Bujue memang terlihat sangat santai dan alami, namun gerakannya bisa dikatakan cepat, akurat, dan tajam - setidaknya dua kali lebih cepat dari gerakan di program memasak TV...
Sebenarnya, pemikiran Jue Ge saat ini tidak rumit. Ada dua tujuan utama dia datang ke dapur: Pertama, memanfaatkan waktu sebelum makan malam untuk menginterogasi dua tersangka terakhir; Kedua, dia memang ingin menyantap makanan enak...
Dalam quest ini, pemain memang perlu mengonsumsi makanan dan air. Kalau harus makan juga, kenapa tidak makan yang lebih enak...
Game Taman Horor memiliki simulasi rasa makanan yang sangat detail. Pemain yang pernah membeli makanan di toko game tahu persis - dari keripik kentang hingga steak, permen hingga lobster, game ini bisa mensimulasikan kenikmatan paling autentik.
Saat ini, selain bisa menikmati hidangan mewah yang harganya mahal di dunia nyata secara gratis dengan memanfaatkan sumber daya dalam quest, Feng Bujue juga ingin memamerkan keahlian memasaknya. Kesempatan baik seperti ini pasti tidak akan dia lewatkan.
"Ngomong-ngomong, Nyonya, ada satu pertanyaan yang saya rasa Detektif Mark belum menanyakannya pada Anda..." tiba-tiba Feng Bujue bertanya tanpa basa-basi, "Menurut Anda... siapa yang paling mencurigakan dalam kasus ini?"
Tangan Odetta gemetar halus. Matanya yang besar seperti buah aprikot menatap Feng Bujue dengan takjub. Kecemasan yang selama ini tertahan di balik pandangannya tiba-tiba terpancar jelas bersama rasa terkejut.
Oliver juga menoleh ke arah mereka dengan wajah penuh kekhawatiran.
Setelah keheningan yang canggung, Nyonya Odetta seolah telah mengambil keputusan. Ekspresinya menjadi tegas: "Saya."
Feng Bujue masih sibuk dengan pekerjaannya, menjawab tenang: "Alasannya?"
"Karena... hubungan saya dengan Dennis memang selalu tidak baik." Perkataan Odetta ini sesuai dengan informasi yang sebelumnya diberikan Barton pada Jue Ge. "Saat saya menikah masuk keluarga Lovecraft tujuh tahun lalu, Dennis sempat menentang keras. Meski kemudian saya mencoba memperbaiki hubungan, sikapnya tetap dingin. Seperti yang Anda lihat di ruang depan tadi..."
"Yang ingin saya dengar adalah..." Feng Bujue menyela, "...hal-hal yang tidak saya lihat."
Hati Odetta berdebar kencang. Kemudian dia seolah memahami sesuatu, menghela nafas: "Ah, sepertinya tidak ada yang bisa disembunyikan dari Anda..."
"Feng Bujue sebenarnya berpikir dalam hati: Aku hanya berpura-pura saja... Kau benar-benar punya masalah ya!"
Odette melanjutkan: "Baiklah... Aku... Sebelum mayat ditemukan, aku pernah mencari Dennis." Sebelum lawan bicaranya sempat menyela, dia segera berkata, "Tapi aku bersumpah! Aku tidak membunuh Dennis! Aku bahkan tidak pernah masuk ke kamar itu!"
"Hmm, aku percaya pada Nyonya." Feng Bujue mengambil segenggam besar sayuran bersih, menghamparkannya di depan mata, lalu mulai memotong dengan cepat sambil berkata, "Menurutku... Kejadiannya seperti ini..."
"Sore ini, suami Nyonya dan Dennis entah mengapa bertengkar sampai menembakkan senjata. Sebagai nyonya rumah, wajar jika Nyonya merasa khawatir."
"Saat itu pasti Nyonya menduga alasan pertengkaran mereka adalah karena diri Nyonya. Jadi... Beberapa saat kemudian, Nyonya pergi ke kamar tamu Dennis ingin berbicara dengannya." Ucapannya berirama seperti suara pisau memotong talenan, tempo bicaranya sangat cepat.
"Hasilnya, Nyonya mengetuk lama tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar, akhirnya Nyonya pergi. Tak disangka, tak lama kemudian... Dennis ditemukan tewas di kamarnya."
"Karena Dennis selalu bermusuhan dengan Nyonya, dan Nyonya kebetulan berada di depan kamar tersebut saat kejadian, kecurigaan terhadap Nyonya sangat besar. Nyonya takut terseret masalah, jadi menyembunyikan hal ini sementara waktu."
