"Tunggu sebentar." Tiba-tiba, Jack berbicara, "Aku sudah muak mendengar teori ngawurmu." Ia menatap Feng Bujue, "Bukankah hampir semua orang di sini pernah kau tuduh sebagai pembunuh?" Tangannya menunjuk ke arah Feng, "Sebelum kau menuduh orang tak bersalah berikutnya, aku ingin kau jelaskan bagaimana caramu membersihkan kecurigaannmu sendiri? Bagaimana kami tahu... jangan-jangan kau memakai kedok detektif untuk menjebak orang lain atas nama membantu polisi?"
"Hmm... Pertanyaan bagus." Feng Bujue menjawab singkat, lalu hanya tersenyum tanpa bicara, membiarkan Jack tergantung.
Setelah keheningan singkat, Jue Ge menoleh ke dua petugas kepolisian, "Detektif Scoville, Petugas Dempsey, silakan duduk dan makan juga. Lihat, bagian kalian sudah kusiapkan di meja."
"Eh... Ini..." Scoville dan Dempedy saling pandang bingung.
Kedua petugas yang memang sudah lapar itu akhirnya duduk di kursi kosong di meja panjang setelah beberapa detik ragu-ragu.
"Hey! Jangan alihkan topik! Jawab pertanyaanku!" Jack berseru lagi.
"Benar." Colston menyambung, "Aku juga ingin bertanya, sebenarnya siapa dirimu? Bagaimana kau bisa membuktikan bukanlah si pembunuh? Di perpustakaan tadi, kau menghindari pertanyaanku dengan kata-kata kasar. Sekarang di depan semua orang, bisakah kau jelaskan?"
Saat ketegangan memuncak, Nyonya Oliver kembali dari dapur membawa sup.
Pada momen genting ini, tak ada seorang pun yang bangkit untuk membantu lagi. Setiap pasang mata di meja makan tertuju pada Feng Bujue, menanti responsnya.
Sambil menerima mangkuk sup yang diberikan Oliver, Jue Ge berkata dengan santai: "Sepertinya... kalian sampai sekarang belum mengerti makna pertanyaan-pertanyaanku. Tidak masalah, aku akan demonstrasikan sekali lagi."
Kemudian, ia memulai narasi yang mengejutkan: "Menurutku... pembunuh Dennis Lovecraft adalah aku sendiri - Feng Bujue!" Nada dialognya persis sama seperti saat menuduh orang lain sebelumnya...
"Hei... apakah dia sedang skizo? Kenapa aku sama sekali tidak merasa aneh ya..." Pikiran Patroli Scofield melayang.
Hampir semua orang di meja makan memiliki pemikiran yang sama, bahkan Ibu Oliver yang sedang mengantarkan sup berhenti sejenak, memandang Jue Ge dengan tatapan seperti melihat orang gila.
"Ibu Oliver, sup akan kurang enak jika sudah dingin," Feng Bujue menoleh dan berkata, "Jangan hiraukan ucapanku, silahkan terus sajikan hidangan."
"Eh... Baik... baik," Oliver menjawab dengan kaku.
"Mengenai motif pembunuhan..." Feng Bujue mengaduk-aduk sup di depannya dengan lembut, melanjutkan perkataannya: "Mungkin karena ditugaskan seseorang..." Ia mencicipi bouillabaisse dalam mangkuknya, "Hmm... rasa Mediterania menari di ujung lidah, hu hu..." Ia meniup sedikit uap panas lalu menyendok beberapa kali.
“Tuan Feng… Tuan Feng…” Scotfield tidak bisa mengabaikan perkataan ini, “Anda sedang bercanda, kan?”
“Menarik bukan?” Feng Bujue tertawa, “Ketika seseorang menyampaikan pernyataan yang sangat merugikan dirinya sendiri dengan nada tenang yang tidak biasa, orang lain akan kebingungan.” Dia berhenti sejenak, “Detektif, bukankah Anda sudah punya gambaran jelas tentang siapa pembunuhnya? Jangan sampai beberapa kalimat dariku menggoyahkan kesimpulan yang sudah Anda tetapkan.”
“Eh… Baiklah.” Scotfield menjawab sambil mengusap keringat dengan serbet, dalam hati berpikir: Benar… Tuan Feng selalu terlihat santai saat mengarang cerita, ekspresi dan nada suaranya sama sekali tidak bisa dibaca. Detektif ternama memang hebat, sulit dibedakan antara kebohongan dan kebenaran…
“Tadi sampai mana… Oh ya, motif.” Feng Bujue melanjutkan, “Ada satu hal yang mutlak tidak bisa disangkal: Sebelum hari ini, tidak pernah ada persinggungan antara hidupku dan Dennis. Fakta ini tidak akan berubah sekalipun diverifikasi berulang kali.”
“Jadi… motif pembunuhan yang mungkin ada padaku adalah sebagai berikut. Pertama, aku dan Dennis langsung bermusuhan tanpa alasan, sama sekali tidak menyukainya. Dia baik hati memberiku tumpangan, tapi diam-diam aku berniat membunuhnya, ingin menyingkirkannya sampai mati.” Dia menyantap beberapa suapan lagi dari supnya, lalu melanjutkan, “Kedua, aku sendiri adalah pembunuh psikopat yang pada dasarnya tidak punya alasan, membunuh hanya karena hobi dan kesenangan, atau mungkin menganggapnya sebagai aktivitas setelah makan.” Matanya menyapu sekeliling, puas melihat ekspresi orang-orang, “Sepertinya dua alasan pertama kurang meyakinkan ya, tapi kemungkinan alasan ketiga tampaknya lebih besar.”
Feng Bujue bersandar di kursi, membuka kedua tangannya, “Mungkin, aku adalah pembunuh bayaran profesional.” Sendok di tangannya menunjuk ke hidangan di meja, “Seperti yang kalian lihat, aku orang multitalenta. Dibandingkan koki, hubungan profesional antara pembunuh dan detektif... lebih kuat bukan?” Senyumnya mengembang, “Asalkan kondisi fisik memungkinkan, detektif ulung sebagian besar juga bisa menjadi penjahat ulung. Meskipun aku sendiri lebih condong ke posisi seperti konsultan kriminal, tapi pembunuh bayaran... kenapa tidak?”
“Ya, cukup keren.” Nona Nancy tiba-tiba menyahut. Jelas, dia sudah mengerti apa yang sedang dilakukan Feng Bujue, jadi... kalau mau ngasal, mari kita ngasal bersama.
“Ha…” Feng Bujue tersenyum sinis padanya, melanjutkan, “Maka, sebagai pembunuh bayaran profesional, aku mulai bertindak. Aku menyelidiki pergerakan Daniel terlebih dahulu, bersembunyi di pegunungan, di jalur yang pasti dilewatinya.
Menurut kalian, ‘meletakkan penghalang di tengah jalan, lalu menerjang dengan mengenakan masker dan menembak saat dia berhenti’ – bagaimana rencana itu? Tidak! Aku takkan melakukannya. Aku memutuskan menyamar sebagai korban kecelakaan, mendekatinya lalu menyerang.
Lalu menurut kalian apa yang harus kulakukan? Memakai kumis palsu atau menyembunyikan pistol di saku, lalu menembaknya langsung di jalan saat dia turun dari mobil untuk berbicara denganku? Itu terlalu kacangan, menghina reputasiku sebagai profesional!
Aku harus mengikutinya ke vila ini… di tempat ramai ini, membuat sebanyak mungkin orang melihat wajahku, mengingat namaku, lalu mencari momen tak terduga untuk…”
“Cukup!” Koleston memotong, “Argumenmu sudah jelas, tak perlu dilanjutkan.”
“Kalian yang memotong, kalian juga yang tak tahan mendengar.” Feng Bujue melirik jahat ke Jack, “Awalnya mungkin bisa kuselesaikan sebelum salad rocket dengan raspberry vinaigrette dan chicken roulade dengan bacon & fig puree datang. Tapi sekarang… ha… mungkin sampai dessert pun belum selesai.”
Secara permukaan, Jue Ge terlihat arogan melawan ayah-anak itu. Tapi sebenarnya, di dalam hati ia sangat berterima kasih pada mereka berdua.
“Ternyata… manusia memang tidak bisa hidup tanpa beberapa musuh… Terima kasih telah membantuku bertahan satu bab lagi.” Batinnya bergumam.
