Feng Bujue cepat-cepat kembali ke Sel Nol, langsung menuju ember plastik di sudut, lalu mengulurkan magnet yang terikat di ujung tali untuk "memancing" kunci atau petunjuk lain.
Tapi yang mengejutkan, tidak ada yang terpancing...
“Apa-apaan ini? Belum cukup dekat?” Feng Bujue berpikir dalam hati, karena ia tidak membiarkan tali kain atau magnet menyentuh langsung benda di dalam ember, hanya menggantungkannya di udara untuk memancing.
“Tunggu... Tidak... Barangnya tidak di sini.” Tiba-tiba ia tersadar akan sesuatu, cepat-cepat menarik tali kain dan mengambil potongan magnet ke tangannya, “Jika Sistem menempatkan petunjuk yang kubutuhkan sekarang di Sel Nol, bagaimana jika kutemukan sebelum keluar dari ruangan... Maka dalam proses permainan, gigi palsu dan magnet bisa menjadi petunjuk yang bisa dilewati.”
Ia membaca kembali deskripsi item magnet:
【Nama: Jeruji Besi yang Dipotong】
【Jenis: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Menghasilkan medan magnet】
【Bisa dibawa keluar Quest: Tidak】
【Catatan: Potongan jeruji besi ini terbuat dari batu magnet alami.】
“Gigi palsu adalah item yang bisa dibawa keluar Quest dan berubah menjadi Kartu Puzzle, secara teori mungkin tidak berguna. Tapi magnet ini adalah item cerita yang tidak bisa dibawa keluar Quest, pasti akan berguna di suatu tempat.” Feng Bujue bergumam: “Hmm... Karena magnet wajib ada, maka petunjuk untuk langkah selanjutnya mustahil disembunyikan di sini. Karena tanpa magnet pun aku bisa mencari barang yang disembunyikan di ember kotoran, hanya tingkat jijiknya lebih tinggi...”
Ia memegang magnet dan mulai mempertimbangkan kembali: “Apa sebenarnya... harus...”
“Mungkinkah……” Feng Bujue segera membuat dugaan baru. Ia berlari kecil kembali ke pintu sel nomor empat, menatap pintu besi itu, “Sebenarnya seperti inikah……” Ia terkekeh kering, berjinjit dan memasukkan tangannya melalui celah jendela besi kecil di bagian atas.
Celah jendela kecil ini dengan lima jeruji besi yang utuh hanya memungkinkan lengan bawah melewati. Namun setelah satu jeruji dicabut, seluruh lengan bisa masuk.
Feng Bujue menyandarkan tubuhnya ke pintu, memasukkan lengan ke jendela, meraba-raba ke atas. Tak lama kemudian, ia meraih kunci yang digantung tepat di belakang pintu sel nomor empat.
【Nama: Kunci Sel Nomor Satu】
【Tipe: Terkait Alur Cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Akan menghilang setelah digunakan. Pintu Sel Nomor Satu dapat dibuka/tutup secara bebas setelahnya】
【Bisa Dibawa Keluar Quest: Tidak】
【Catatan: Digantung dengan benang tipis di belakang pintu sel nomor empat】
“Catatan ini omong kosong! Barang ini sudah dipegang Laozi, masih perlu kau kasih tahu?” gerutu Feng Bujue kesal.
Tempat persembunyian kunci ini sangat licik. Posisinya sedikit lebih tinggi dari bingkai pintu, nyaris menempel ke dinding. Dari luar pintu, tak terlihat dari sudut mana pun. Bahkan jika pemain bisa melihat posisinya melalui dinding, tangan tetap tak bisa mencapainya sebelum satu jeruji besi dicabut.
Satu-satunya cara adalah mencabut jeruji besi tersebut, lalu memasukkan tangan lebih dalam. Hanya dengan menyelipkan siku ke dalam, kunci bisa diambil.
"Sial..." Feng Bujue mengumpat sambil menuju ke Sel Nomor Satu: "Haruskah setiap langkah dibuat serumit ini? Lebih baik langsung sembunyikan di kotoran! Simpel dan jelas!"
Dengan suara klik, pintu Sel Nomor Satu terbuka.
Feng Bujue mendorong pintu masuk, berdiri di ambang pintu selama satu menit mengamati. Setelah memastikan tidak ada kejadian aneh yang terpicu, barulah ia melanjutkan dengan tenang.
Di dalam sel ini juga terdapat lemari kayu kecil. Tak perlu banyak bicara, langsung buka laci...
Di laci paling atas terdapat guntingan koran sebesar telapak tangan. Tulisan di atasnya mirip bahasa Inggris tapi tidak persis, Feng Bujue pun tak bisa mengenali bahasa negara mana ini. Tentu saja, Sistem Taman Horor memiliki fitur terjemahan bawaan, sehingga tidak mengganggu pembacaan.
Begitu melihat benda ini, Feng Bujue langsung bereaksi seperti pecandu yang melihat obat. Tanpa ragu ia menyambar dan mulai membaca.
Artikel berjudul "Iblis Masih Aktif" ini menulis: "Sejak Bulan Tarantula, jumlah orang hilang di kota ini telah melebihi 40 orang. Asosiasi Penyihir Nasional dan gereja telah menyatakan tak berdaya. Juru bicara resmi menyatakan semua segel di kota masih utuh, tanpa bukti jelas keberadaan iblis. Keluarga korban dan bangsawan lokal telah menawarkan hadiah besar - 20.000 Sati untuk siapapun yang bisa menyelesaikan kasus atau memberikan bantuan.
Baru-baru ini, koran ini mendapatkan informasi terpercaya dari seorang pemburu hadiah: Dalang di balik kasus hilangnya orang-orang ini adalah keturunan terakhir 'Klan Hukuman'. Pelakunya..."
Tulisan terhenti tiba-tiba di sini, konten selanjutnya tidak diketahui keberadaannya.
"Apa yang terjadi... Ini berita atau fiksi?" Feng Bujue membalik guntingan koran di tangannya, mencoba mengonfirmasi melalui informasi di sisi sebaliknya. Sayangnya tulisan di baliknya kabur tak terbaca. Namun dari tekstur kertas, jelas ini adalah koran.
"Hmm... Ternyata quest ini menggunakan settingan fiksi. Worldview-nya ada Asosiasi Penyihir, Iblis, Pemburu Hadiah... Sati mungkin mata uang, tapi daya beli 20.000 tidak jelas. Sistem penanggalan juga ambigu, meski ada konsep bulan, tak diketahui berapa hari per bulan, jam per hari, bahkan frekuensi makan..." Pikiran Feng Bujue mulai menganalisis: "Kertas ini jelas penjelasan alur cerita. Tempatku sekarang pasti sel tahanan para korban hilang. Pria bertubuh kecil di CG pembuka adalah dalang penculikan, keturunan terakhir 'Xingzu' yang disebut koran."
Feng Bujue tanpa sadar duduk di lantai, mulai berpikir penuh minat: "Kalau settingannya seperti ini, wajar saja dia bisa menyeretku dengan satu tangan. Mungkin suku Xing punya kekuatan alami yang lebih besar dari orang biasa, atau mungkin 'orang biasa' di dunia ini juga punya kekuatan seperti ini." Ia mengusap dagunya: "Hmm... sebenarnya sulit mengatakan seperti apa wujud 'manusia' di dunia ini. Bisa saja mereka bertiga mata, pria-wanita berjanggut, atau wajahnya penuh bulu..."
Pikiran orang normal pada saat seperti ini seharusnya berpikir: Ini mungkin Quest dengan peradaban sihir Barat yang digabung teknologi pasca revolusi industri?
Tapi pikiran Feng Bujue yang melampaui batas justru menganalisis hal lain... Sejauh ini dia hanya melihat satu orang di CG pembuka, itupun tanpa wajah. Secara ilmiah, satu individu tak bisa jadi dasar teori. Dia perlu melihat setidaknya 100 penduduk dunia ini baru bisa menarik kesimpulan awal tentang kriteria "orang biasa". Sebelum itu, Feng Bujue bisa membuat hipotesis apapun tentang hal yang belum pernah dilihatnya.
Karena belum melihat wajah siapapun di Quest ini, dia bisa berasumsi penduduknya berwajah apa saja; Karena belum melihat penghitungan matematika dasar, dia bisa menduga mereka menggunakan sistem duodesimal; Karena belum melihat bentuk mata uang Satis, mungkin itu terbuat dari lidah hewan...
Singkatnya, dunia terbatas, imajinasi tak terbatas. Yang membelenggu pikiran manusia hanyalah pikiran itu sendiri. Dalam pandangan Feng Bujue, "worldview" semacam ini bisa dibuat sesuka hati. Banyak novel tentang perjalanan lintas dunia menggambarkan para pelintas pergi ke dunia lain dengan manusia sebagai subjek utama, hanya berbeda peradaban atau sejarah. Tapi di mata orang seperti Feng Bujue, jika manusia bisa melakukan perjalanan ke alam semesta paralel, justru lebih normal kalau sampai di tempat yang dikuasai kera atau manusia badak.
Ia duduk di lantai cukup lama, mengolah informasi terbatas dari koran dan pengalaman setelah masuk quest, merapikan kembali pikirannya.
Barang-barang kebutuhan sehari-hari, ukuran tempat tidur, ukuran pintu, ukuran ember plastik... semuanya menjadi dasar perhitungannya.
"Hmm... tetap belum ada petunjuk." Setelah lebih dari sepuluh menit, Feng Bujue mengangkat bahu dengan senyum: "Menarik."
Ia menyimpan potongan koran kecil itu, mengeluarkan laci pertama dari kabinet kayu kecil. Setelah memeriksa 360 derajat dan memastikan tidak ada tulisan atau ukiran di mana pun, barulah ia membuka laci kedua.
Barang-barang di dalamnya bisa membuat seseorang menangis bahagia.
【Nama: Kunci Sel Nomor Dua】
【Tipe: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Akan menghilang setelah digunakan, kemudian pintu Sel Nomor Dua bisa dibuka/tutup secara bebas.】
【Bisa dibawa keluar quest: Tidak】
【Catatan: Kunci yang sangat mudah diperoleh.】
"Sepertinya catatan ini sama sekali tidak memberi petunjuk, hanya mengejek pemain..." gumam Feng Bujue. Ia meletakkan kunci dengan rapi, lalu memeriksa laci kedua dengan cermat seperti sudah terbiasa, kemudian membuka laci paling bawah.
Laci ini kosong, namun di dalamnya tertulis dua angka Arab dengan darah: 38.
"Menurut logika teka-teki biasa... ini mungkin bagian dari suatu kode sandi." Ucap Feng Bujue sambil mengeluarkan laci tersebut untuk diperiksa. Setelah memastikan hanya ada petunjuk ini, ia berdiri dan menggeledah seluruh ruangan lagi.
Sebelum meninggalkan ruangan, ia menemukan petunjuk baru: di bagian dalam pintu besi yang menghadap ke dalam ruangan, terdapat gambar panah. Panah dan angka di luar pintu sama-sama dilukis dengan cat.
Garis panah ini tidak lurus, melainkan berbentuk lengkung yang menonjol ke atas, dengan arah panah mengarah ke kanan.
"Oh... Begitu rupanya, sepertinya aku sudah mengerti." Kata Feng Bujue sambil tersenyum melihat petunjuk itu.
Setelah itu, ia memasuki sel nomor dua. Lemari kayu kecil yang sama, di laci paling atas terdapat guntingan koran lain yang isinya tidak berkesinambungan dengan yang ada di sel nomor satu.
“Dengan tewasnya Pak Sheriff Carl dalam pengejaran, rumor tentang 'Xingzu' semakin dikonfirmasi. Pasukan Penyihir Kerajaan akhirnya bertindak, mengirimkan tiga alkimiawan bersenjata dan lima perwira pasukan mekanik ke kota ini. Hadiah masyarakat telah mencapai rekor seratus ribu sati, menurut sumber, pemburu bayaran misterius yang menggunakan sihir hitam——Kong Que, juga telah muncul di kota.”
“Heh... Semakin menarik nih.” komentar Feng Bujue.
Mirip dengan sel nomor satu, di lemari kayu kecil sel nomor dua ini, laci tengah berisi kunci sel nomor 3, sementara laci bawah bertuliskan angka Arab 69. Di bagian dalam pintu besi sel ini juga terdapat gambar panah mengarah ke kiri dengan garis melengkung ke atas membentuk setengah lingkaran.
Sel nomor tiga, empat, dan lima berikutnya memiliki desain serupa.
Tiga kliping koran sebagai berikut...
“Jasad Kong Que dan tiga alkimiawan bersenjata ditemukan di pinggiran kota. Pihak berwenang menolak berkomentar, kepanikan mulai menyebar. Pagi ini, sheriff baru mengumumkan pengerahan pasukan darurat dari kota tetangga dan Ksatria Iron Blade, sekaligus memberlakukan jam malam. Siapapun yang berkeliaran di jalan pada malam hari akan ditangkap, dan kekuatan boleh digunakan jika melawan.”
"Jam malam telah diberlakukan selama dua minggu, situasi berhasil dikendalikan secara efektif. Menurut pengumuman resmi terbaru, angka orang hilang bertahan di 67 tanpa peningkatan lebih lanjut. Namun pelonggaran jam malam setidaknya tidak mungkin dilakukan sebelum bulan Luwak-Burung tiba."
Kliping ketiga juga memiliki judul: "Pemburu Manusia Suku Xing, Sudah Mati?"
"Kemarin, jam malam yang panjang akhirnya dicabut. Pasukan Ksatria Pedang Besi telah menarik diri dari kota ini, pasukan kota tetangga juga sedang ditarik bertahap. Tim investigasi Penyihir Kerajaan telah dikirim ke sini. Berbagai indikasi menunjukkan kasus ini telah terungkap, namun pihak resmi tetap bungkam. Bayang-bayang mengerikan yang menghantui kota ini selama hampir satu musim bulan-bintang sepertinya telah sirna, tapi tidak ada korban hilang yang kembali, juga tidak ada laporan penemuan mayat. Dalang dari Suku Xing ini, apakah sudah ditangkap? Atau sementara bersembunyi dalam kegelapan?"
Feng Bujue menyusun kliping-kliping yang ditemukan secara berurutan dan menyimpannya di saku. Adapun angka-angka dan tanda panah itu, semuanya telah diingatnya.
Ia membawa kunci sel nomor enam dan masuk. Seperti dugaan, sel ini tidak memiliki lemari kayu kecil melainkan sebuah brankas berukuran besar.
"Hmm... kompas mekanis dengan 80 skala... kunci otomatis hancur setelah terbuka, tidak meninggalkan jejak, ukuran kecil, struktur full mekanis tanpa butuh listrik, bisa beradaptasi di berbagai lokasi ekstrim... Klasik memang selalu klasik." Feng Bujue berjongkok di depannya bergumam: "Sayangnya aku tahu sandinya..."
“Kalau begitu…pertama searah jarum jam, 38, lalu…berlawanan arah jarum jam…” Katanya sambil mulai mengoperasikan pembukaan kunci.
Setelah melihat petunjuk di sel nomor satu, dia langsung menebak pola teka-teki ini. Panah melengkung dan angka menunjukkan arah rotasi dan skala, sedangkan nomor ruangan merepresentasikan langkah-langkahnya.
Setelah dimainkan beberapa kali, kunci brankas pun terbuka. Orang bodoh pun bisa menebak, pastinya di dalam ada kunci untuk pintu sel di basement 1F.
Tapi tak disangka…
“Apa-apaan ini…” Feng Bujue memandang benda di depannya, merasakan sensasi sedang dipermainkan.
Ternyata, di dalam brankas besar itu tersimpan sebuah brankas kecil…
Brankas kecil ini ukurannya hanya separuh dari yang besar di luar. Di atasnya terdapat botol kaca kecil. Feng Bujue mengambil botol itu dan membaca deskripsi item:
【Nama: Parfum】
【Tipe: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Tidak diketahui】
【Bisa dibawa keluar Quest: Ya】
【Catatan: Aroma harum semerbak, wanginya tahan lama.】
“Apa ini… Aroma abadi, satu botol untuk selamanya?” Feng Bujue bergumam: “Hmm… Tapi ini sudah barang ketiga yang bisa dibawa keluar quest, sabun, gigi palsu, parfum… Ada apa? Next kali sikat gigi?”
"Barang ini tidak tepat disimpan di saku, jadi dia memasukkannya ke dalam tas. Sekarang Jue Ge sudah memiliki tas 15 slot, jauh lebih nyaman dibandingkan saat hanya memiliki tas 10 slot yang serba terbatas."
"Baiklah, mari coba buka yang kecil ini..." Feng Bujue langsung mencoba kode brankas besar, gagal.
"Ha! Sudah diduga." Katanya sambil mengembalikan kunci ke posisi semula, mencoba kode yang sama secara terbalik, tetap gagal.
"Aku tidak boleh meremehkanmu..." Dia membagi semua skala menjadi dua, mencoba lagi, tetap gagal.
"Aaaah!!!" Feng Bujue mulai iri dengan pemain tipe Bertarung murni. Mengepal tinjunya sebesar kantong pasir, menatap brankas kecil: "Ilmu bela diri di dunia ini... Tak ada yang tak bisa dihancurkan..." Detik berikutnya, dengan Spesialisasi Bertarung, dia mengaktifkan Kemampuan Gelar 【Lihat jurus!】.
Tinjunya menghantam brankas kecil, gelombang kejut mengembang, suara boom bergemuruh dengan kekuatan dahsyat.
Tiga detik kemudian, efeknya hilang. Brankas itu sama sekali tidak rusak, sementara nilai kelangsungan hidup Feng Bujue turun 3%, permukaan tinjunya perih.
"Baiklah, aku hanya ingin mengucapkan dialog itu saja." Feng Bujue menyindir dirinya sendiri.
Setelah menghela napas, dia tetap melanjutkan metode pembukaan kunci... Tapi seperti yang dia katakan sendiri, desain kunci ini sangat klasik dengan jutaan kemungkinan kombinasi - mungkinkah dicoba satu per satu? Bahkan jika ini hanya kunci kombinasi 6 digit, secara teori ada hampir satu juta kombinasi. Dengan keberuntungan Feng Bujue, setidaknya perlu 500 ribu kali percobaan...
"Ah..." Api tanpa nama berkobar di hati Feng Bujue: "Quest macam apa ini... Memaksa orang menghancurkan telur sendiri sampai mati?"
Dia memutuskan berhenti mencoba, berdiri, dan kembali masuk ke mode deduksi. "Informasi apa lagi yang kulewatkan? Membalik angka... Penambahan pengurangan perkalian pembagian... Bilangan prima atau bukan..."
Setelah merenung dan mencoba berbagai kombinasi selama setengah jam, akhirnya dia menyimpulkan satu hal... Password brankas kecil ini sama sekali tidak terkait dengan brankas besar.
"Brengsek!" Feng Bujue menarik brankas kecil keluar dari yang besar dalam emosi. "Andai saja aku tidak bisa pakai granat..." Sebelum selesai bicara, brankas itu jatuh menimpa kakinya karena gaya inersia.
Feng Bujue tidak menyangka brankas ini jauh lebih berat dari tampilannya. Dengan kekuatan level 27-nya di game, mengangkat barbel 100kg saja mudah. Tapi sekarang malah kejadian angkat besi jatuhin kaki sendiri.
Insiden ini mengurangi 3% darahnya. Jangan remehkan persentase kecil ini - level 27-nya sekarang jauh lebih tinggi dibanding level saat siku bisa tembus dinding lapuk sampai darah berkurang.
"Gila... Berat banget..." gumam Feng Bujue. "Paduan timbal antimon?" Tiba-tiba cahaya pencerahan muncul di pikirannya. "Tunggu... Jangan-jangan..."
Dia duduk dan memeriksa brankas yang sudah ditelungkupkan. Benar saja, di bagian bawah ada lubang kecil berbentuk lingkaran...
