“Heh… hehe…” Feng Bujue menggerakkan sudut mulutnya, mencocokkan magnet dari sakunya dengan lubang kecil itu. Ukurannya ternyata pas.
Saat mencoba memasukkan magnet itu, baru sepertiga dari panjangnya masuk, dia merasakan gaya magnet yang kuat dari dalam lubang menyedot masuk seluruh magnet. Sesaat kemudian, brankas terbuka...
Ternyata brankas kecil ini sama sekali tidak membutuhkan kode. Kunci di bagian depan hanyalah tipuan. Cara membukanya yang sebenarnya adalah dengan memicu mekanisme internal. 80% brankas ini terbuat dari logam biasa, namun di bagian dalam lubang terdapat struktur bijih magnetik berdensitas tinggi dengan mekanisme pengunci khusus. Satu-satunya alat untuk membukanya adalah potongan magnet tadi.
"Terus mengubah aturan teka-teki ya... Bagus..." Meski kesal, Feng Bujue cepat menenangkan diri. Brankas besar di luar menggunakan kode kombinasi, bukan berarti brankas kecil di dalam juga harus sama. Ini kesalahannya sendiri yang terjebak dalam pola pikir kaku.
Feng Bujue mengambil 【Kunci Pintu Sel Menuju Bawah Tanah 1F】 dari brankas kecil itu, lalu meninggalkan Sel No.6 menuju tangga naik.
Setelah membuka pintu sel berpagar besi hitam, kunci itu menghilang. Peringatan sistem berbunyi:【Tugas saat ini selesai, Misi utama telah diperbarui】
【Jelajahi bawah tanah 2F, buka pintu ke lantai atas】Quest ini dicoret, kemudian muncul instruksi selanjutnya: 【Pergi ke lantai dasar 1F】
"Hmm?" Feng Bujue merasa aneh melihat quest ini. Secara logika, quest seharusnya tertulis "Jelajahi bawah tanah 1F, temukan cara menuju lantai dasar", tapi yang tertulis sekarang hanya kalimat sederhana "Pergi ke lantai dasar 1F", seolah-olah...
"Apa bisa langsung naik?" gumam Feng Bujue.
Dengan memegang batang besi panjang berkarat (kini sudah kembali ke kualitas rusak), ia berhati-hati berjalan menyusuri koridor bawah tanah 1F. Desain lantai ini hampir mirip cerminan lantai 2F, tak jauh dari tangga terdapat enam sel, tiga di kiri dan kanan. Tapi pintu besi sel di sini berbeda dengan lantai bawah - tidak ada lubang makanan, jendela besi kecil, maupun angka cat di pintu. Keenam pintu besi ini hanya memiliki lubang kunci dan gagang pintu, menyerupai lembaran besi utuh dengan ketebalan tak diketahui, mustahil melihat kondisi dalam ruangan dari luar.
Feng Bujue mencoba membuka keenam pintu satu per satu, semuanya terkunci. Menempelkan telinga ke pintu pun tak terdengar suara. Dalam hati ia berpikir: "Tak mungkin seluruh lantai 1F bawah tanah ini hanya hiasan... Berarti nanti aku harus kembali ke sini lagi..."
Sambil berpikir, dia telah sampai di ujung lain koridor. Di depannya muncul tangga menaik. Feng Bujue menghitung panjang koridor berdasarkan langkah kakinya. Dia yakin tepat di bawah tangga ini seharusnya terdapat Sel Nol. Namun perhitungannya selain membuktikan panjang koridor di basement 1F dan 2F sama, tampaknya tidak memiliki makna penting lain.
Tangga di hadapannya terbuat dari kayu yang tampak tua. Di anak tangganya masih melekat bau-bau aneh yang mungkin berasal dari makanan tumpah saat pengiriman, kotoran, atau darah dan cairan tubuh manusia yang tertinggal saat tubuh diseret naik-turun. Semua tercampur menjadi aroma yang meski tidak menyengat, cukup memuakkan.
Feng Bujue menaiki tangga. Setelah berbalik arah sekali, dia menemui pintu kayu. Tangannya memegang gagang pintu, memutarnya dengan hati-hati. Pintu pun terbuka dengan lancar.
Di balik pintu adalah lantai dasar. Dari tangga, terlihat ruangan mirip gudang di luar. Dindingnya struktur bata dan kayu. Sekelilingnya bertumpuk banyak karung gembung, sementara di satu sisi dinding terdapat tong anggur kayu bulat yang ditata dalam tiga barisan.
Cahaya di dalam ruangan itu justru lebih buruk daripada di bawah tanah, satu-satunya sumber cahaya adalah lentera minyak tanah yang diletakkan di atas tong anggur. tentu tidak akan gegabah masuk ke lingkungan gelap di depannya. Pertama-tama ia mengulurkan batang besi di tangannya ke dalam pintu, mengetuk perlahan ke atas, bawah, kiri, dan kanan untuk memastikan tidak ada jebakan yang diaktifkan oleh kontak fisik sebelum melangkah melewati pintu.
【 selesai, telah diperbarui】 kembali berbunyi, baru muncul: 【 1F, temukan enam kunci merah, kuning, biru, hitam, putih, dan abu-abu lalu kembali ke 1F untuk membuka enam pintu besi】
melirik tersebut lalu melanjutkan perjalanan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengambil lentera minyak tanah itu. Dalam situasi tidak bisa menggunakan , mendapatkan alat penerangan jelas menjadi prioritas.
Baru saja ia melangkah tiga meter lebih, tiba-tiba... Brak! Pintu di belakangnya menutup.
menoleh tajam, namun yang terlihat hanyalah pintu yang tertutup rapat dan bayangannya di dinding. Ia tetap waspada mendengarkan selama belasan detik, namun hanya keheningan mencekam yang menyelimuti sekitarnya.
Pada momen ini, dengan sigap ia mengeluarkan dan mengaktifkan "Peringatan Kematian".
Selama lima menit berikutnya, segala sesuatu yang bermusuhan dan berpotensi mengancam nyawa akan memicu reaksi dari .
Namun setelah mengaktifkan tersebut dan menunggu sekitar dua puluh detik, tidak ada sedikitpun suara bel yang terdengar.
“Huo... Apa yang terjadi di sini...” Feng Bujue bergumam: "Tempat ini tidak berangin, pintu ini jelas tidak menggunakan engsel penutup dengan pegas... Bagaimana bisa menutup sendiri tanpa kekuatan eksternal?"
Orang normal dengan rasa takut pasti akan mengalami hambatan dalam bertindak pada kondisi seperti ini. Tapi Feng Bujue berbeda... Bagi dia, bahkan jika wajah hantu mengerika tiba-tiba muncul di balik pintu, Nilai Ketakutan tidak akan terpengaruh sama sekali. Dia selalu hanya mempertimbangkan ancaman terhadap nilai kelangsungan hidup, sengaja mengabaikan keberadaan Nilai Ketakutan.
Jadi selama Vajra Ghanta tidak berbunyi, dia tidak akan ragu-ragu.
Dengan langkah cepat dia mendekati pintu itu dan langsung mengulurkan tangan untuk membukanya. Namun tiba-tiba terdengar peringatan sistem: 【Pintu ini telah dikunci oleh kekuatan khusus, hanya mereka yang membawa enam kunci warna yang dapat membukanya.】
"Oh... Ternyata disebabkan oleh Sistem." Feng Bujue menghela napas lega. Dia langsung paham maksud peringatan itu. Penutupan pintu ini bertujuan mencegah pemain kembali ke bawah tanah hanya dengan menemukan satu dua kunci, yang akan mengacaukan alur permainan.
"Hmm... Selagi status peringatan kematian masih aktif, lebih baik keluar dulu untuk mengintai situasi." Begitu pikirnya, Feng Bujue berbalik mengambil lampu minyak, meninggalkan batang besi di lantai, lalu bergegas menuju pintu lain di ruangan ini.
"Membuka pintu dan keluar, di luar adalah koridor yang gelap gulita, cahaya lampu minyak hanya bisa menyebar hingga jarak terbatas. Sekadar informasi, catatan pada lampu minyak ini tertulis:【Jangan mempertanyakan berapa lama ia bisa menyala, saat waktunya padam ia akan padam】"
Berbeda dengan dua lantai bawah, lantai dasar pada dasarnya dibangun dari batu bata dan kayu dengan banyak ruangan; koridor memiliki sudut; di dalam rumah terdapat furnitur; tampak jelas seperti rumah tinggal biasa.
"Setting ilmuwan gila yang membangun penjara bawah tanah di bawah rumahnya sendiri..." pikir Feng Bujue: "Mungkin hanya enam ruang di lantai dua bawah tanah yang digunakan untuk mengurung orang, sedangkan lantai satu bawah tanah adalah semacam laboratorium?"
Dengan membawa lampu minyak, ia berjalan menyamping sambil memanfaatkan status peringatan kematian. Untuk sementara dia tidak melakukan eksplorasi detail, melainkan cepat melewati koridor, membuka setiap pintu ruangan, masuk beberapa langkah lalu mundur kembali, menuju ke ruangan berikutnya...
Dalam proses ini, yang paling membekas bagi Feng Bujue adalah bau di lantai ini. Entah mengapa, udara di sini terasa lebih buruk daripada di sel tahanan bawah tanah, kesannya seperti... rumah ini dibangun di tengah rumah jagal dan pabrik kimia, dan jendelanya terbuka sepanjang tahun.
Setelah sekitar tiga menit lebih, Feng Bujue telah mencoba semua ruangan di lantai satu dengan cara ini. Vajra Ghanta sama sekali tidak berbunyi. Meski ini tidak menjamin keamanan mutlak, setidaknya menunjukkan bahwa sebelum memicu FLAG baru, sekadar berjalan di dalam rumah besar ini tidak akan menimbulkan risiko apapun.
Setelah menyelesaikan eksplorasi seluruh lantai ini, terdapat dua titik yang tidak bisa dilewati oleh Feng Bujue.
Titik pertama adalah tangga menuju lantai dua, yang tersumbat oleh gumpalan daging. Ya, gumpalan daging. Terlihat seperti bakso raksasa yang terbuat dari campuran daging-daging mayat, entah kekuatan apa yang menyatukan semua ini menjadi tembok daging yang menutupi tangga.
Karena Vajra Ghanta tidak berbunyi sama sekali, Feng Bujue bahkan mendekati gumpalan daging itu dengan sembarangan dan menusuknya dengan jari. Saat itu, Sistem suara memberi peringatan: 【Dinding terkendali mantra, terlihat seperti tumpukan daging mayat】
Sedangkan titik kedua yang tidak bisa dilewati adalah pintu utama keluar rumah. Mengikuti koridor akan langsung sampai ke sana. Pintu kayu biasa itu ketika disentuh gagangnya oleh Feng Bujue, langsung muncul peringatan sistem: 【Tidak bisa dibuka】
Tiga karakter ini mungkin merupakan petunjuk paling umum yang dilihat pemain game horor teka-teki saat menghadapi pintu, bahkan Feng Bujue pun tidak tertarik untuk mengolok-oloknya.
"Ah... Sudah satu setengah jam sejak masuk quest." Setelah waktu peringatan kematian habis, Feng Bujue kembali ke ruang penyimpanan yang terhubung dengan basement, "Sepertinya progres game belum mencapai setengah..." Gumamnya sambil memulai pencarian.
Dia menghabiskan lima menit untuk menggeledah Ruang Penyimpanan, tidak menemukan item yang berguna. Sudut-sudut ruangan hanya dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Karung-karung itu berisi pasir, deretan tong anggur yang bersandar di dinding semuanya kosong.
Dari observasi awal, tidak ada kunci di ruang penyimpanan ini. Kalaupun ada, pasti tersembunyi di tempat yang tidak bisa dijangkau dalam kondisi normal, membutuhkan petunjuk khusus untuk menemukannya.
Akhirnya, Feng Bujue membawa lentera minyak kembali ke koridor lantai satu, berjalan menuju ruangan berikutnya.
Ruangan sebelah adalah perpustakaan dengan karpet masih terhampar di lantai. Bukan sembarang karpet, gambaran tepatnya... mungkin bahkan mesin tenun yang membuatnya akan mengutuk bahwa ini bukan hasil karyanya. Saat Feng Bujue menginjaknya, rasanya seperti material ini telah berubah menjadi seperti tanaman. Dalam udara pengap dan gelap ini, karpet itu merosot menjadi lumut kerak yang subur, menyerupai hamparan ganggang yang merambat di lantai...
Di dinding sebelah kiri pintu masuk terdapat dua ceruk dinding, hiasan yang pernah ada di dalamnya telah hilang. Jika dulu diisi tanaman hias, mereka pasti telah mati dalam udara kotor ini; jika dulu berisi patung suci, mungkin para santo itu telah diseret oleh iblis-iblis besar kecil dari kegelapan, ditarik hingga ke jurang kejahatan di bawah rumah ini...
"Feng Bujue berjalan ke tepi jendela, menarik tirai. Melalui kaca, dia hanya bisa melihat kegelapan pekat. Bahkan ketika mengangkat lampu minyak tanah ke dekat jendela, tetap tidak membantu. Usaha membuka jendela jelas sia-sia, mencoba menghancurkan kaca dengan kunci pipa hanya membuat tangannya mati rasa."
"Dia mendekatkan wajah ke tepi jendela, mengendus dengan hidung. Sayangnya udara dari luar sama sekali tidak masuk. Yang tercium hanyalah bau lembab khas rumah besar ini, semacam bau apek campuran kain terpal dan kayu lapuk."
"'Sepertinya melarikan diri dari rumah ini tidak mungkin,' gumam Feng Bujue sambil mendekati meja tulis di tengah ruangan."
"Meja tersebut berantakan dengan berbagai barang berserakan. Feng Bujue mengangkat satu per satu benda itu, membaca atributnya, tapi semuanya ternyata sampah."
"Hanya satu laci meja yang masih tertutup. Laci-laci lain sudah tercabut dari meja dan berjatuhan di lantai. Kertas-kertas dari laci berserakan di sudut dinding dan bawah meja. Sebuah botol tinta yang entah dari mana jatuh tergeletak di lantai, tintanya sudah kering. Beberapa kertas di sekitarnya ternoda tinta, sementara karpet dihiasi percikan tinta seperti ledakan."
"Setelah membuka satu-satunya laci yang bisa dibuka, Feng Bujue menemukan sebuah kaca pembesar. Dia langsung tersenyum: 'Hah... Kalau ada pipa rokok juga, pasti lebih keren.'"
Kebanyakan orang seusianya mungkin menganggap gaya seperti ini ketinggalan zaman atau kekanak-kanakan. Hanya Feng Bujue yang dengan teguh meyakini bahwa menggigit pipa rokok sambil memegang kaca pembesar itu keren, mungkin ini romantisme yang hanya dimilikinya sendiri.
Dengan kaca pembesar di tangan, Feng Bujue semakin bersemangat. Satu tangan memegang lampu minyak tanah, tangan lain menggenggam kaca pembesar, ia berbalik menuju sisi lain ruang belajar. Di dinding sana terdapat rak buku penuh sesak dari atas ke bawah, daya tarik properti seperti ini bagi Feng Bujue sudah jelas.
Quest ini tidak memiliki batas waktu. Jika tidak ada yang menghentikan, Feng Bujue mungkin akan tetap di ruangan ini sambil menarik dan membaca buku satu per satu. Satu-satunya yang bisa menghentikannya adalah batas Waktu koneksi kapsul game - ketika durasi koneksi saraf di dunia nyata melebihi batas harian, karakter Feng Bujue dalam quest akan dipaksa offline oleh sistem.
Untungnya, Sistem melakukan hal licik dalam settingan. Di rak buku ini, 99% buku tidak diterjemahkan. Tidak hanya tidak ada terjemahan, bahkan huruf-hurufnya sengaja dibuat tidak jelas. Semua tulisan di dalam buku, termasuk sampul dan judul di punggung buku, semuanya terlihat samar-samar.
Hal ini membuat Feng Bujue sangat kesal karena ia sebenarnya cukup tertarik dengan urusan "memecahkan kode". Sejak membaca kasus "The Dancing Men" dalam 《Sherlock Holmes》 saat SD, ia menghabiskan setidaknya setengah tahun terobsesi dengan permainan memecahkan kode terkait alfabet. Tulisan dalam quest kali ini kebetulan mirip 70-80% dengan bahasa Inggris, awalnya ia sangat yakin bisa memecahkan aturan bahasa dunia ini, namun sekarang terpaksa menghentikan usahanya.
Tentu saja, 1% dari buku-buku itu telah diterjemahkan oleh sistem - yaitu petunjuk yang sengaja dibuat untuknya...
"《Langkah Lanjut Alkimia》..." Feng Bujue membaca judul buku dengan sampul biru tua itu: "Hmm... Mengapa harus memperlihatkan ini padaku..." Sebelum selesai bicara, selembar kertas tiba-tiba terjatuh dari sela halaman.
Feng Bujue membungkuk mengambil kertas itu, mengangkatnya di bawah sinar lampu untuk diperiksa. Baru saat itu ia sadar ini bukan sekedar kertas, melainkan foto yang memudar.
【Kertas foto sudah menguning, dan karena ini adalah foto hitam putih, bingkai dan bagian tengahnya terlihat berwarna sama. Dalam foto tersebut, terlihat dua anak laki-laki berusia sekitar sepuluh tahun berdampingan menghadap kamera. Anak yang lebih pendek di sebelah kiri sedang menekan kepala anak di sebelah kanan dengan tangannya. Keduanya menunjukkan senyum polos. Bahkan hanya melalui foto, Feng Bujue seolah bisa merasakan kepolosan dan kebahagiaan mereka.】
Feng Bujue menatap foto itu selama beberapa detik, namun tak disangka terjadi kejadian tak terduga.
Detik berikutnya, dia tiba-tiba kembali masuk ke kondisi seperti saat menonton CG intro. Sebuah rekaman visual muncul dan mulai diputar di hadapannya. Gambar ini sama seperti foto sebelumnya, warnanya pudar, tapi setidaknya tidak sepenuhnya hitam putih.
Hamparan padang rumput, sebuah peternakan. Di balik pagar yang renggang, beberapa sapi, kuda, dan unggas berjalan santai di rumput. Seekor anjing gembala berlalu. Setelah adegan harmonis ini, kamera bergeser ke samping. Sebuah lumbung masuk ke dalam frame, dan tak jauh dari situ, berdiri sebuah rumah dua lantai.
Feng Bujue tidak meragukan bahwa rumah dalam rekaman itu adalah tempatnya berada sekarang. Meski tadi dia hanya menghabiskan tiga menit lebih untuk mengelilingi semua ruangan di lantai satu, informasi yang berhasil dikumpulkannya selama "jalan-jalan santai" itu sangatlah besar.
Dia memperkirakan luas rumah, menghitung jumlah jendela dan pintu, membangun struktur denah lantai satu dalam pikirannya, menganalisis posisi tiap ruangan di lantai satu dengan ruang-ruang di koridor bawah tanah, bahkan mempertimbangkan kemungkinan adanya ruang rahasia di antara dinding...
Singkatnya, bisa dikatakan denah lantai satu rumah ini sudah tercetak jelas di otak Feng Bujue. Maka ketika melihat kontur eksterior rumah besar dalam rekaman ini, dia langsung bisa memastikannya.
Suara tawa, tawa anak-anak.
"Pemandangan tidak beralih ke dalam rumah seperti yang diantisipasi Feng Bujue, melainkan terus bergeser ke samping menuju area rumput di sebelah. Di sana terdapat ayunan tempat seorang anak laki-laki berambut pirang sedang duduk. Seorang perempuan, mungkin mamanya, sedang mendorong ayunan tersebut. Tawa riang dan cerah anak itu terdengar, sementara senyum bahagia mengembang di wajah sang ibu.
Di bawah pohon tak jauh dari ayunan, duduk anak laki-laki lain berambut cokelat. Ia sedang asyik membaca buku yang dipegangnya. Buku itu memiliki sampul biru tua... Jelas terlihat identik dengan buku "Advanced Alchemy" yang baru saja ditemukan Feng Bujue.
"Arthur, mau ikut bermain sebentar?" Sang ibu menoleh ke arah anak di bawah pohon.
Feng Bujue tidak mendengar jawaban anak di bawah pohon itu, karena rekaman visual berhenti di sini. Ia kembali ke mode permainan normal, berdiri lagi di dalam ruang perpustakaan yang sama.
"Hmm... Mungkinkah..." Reaksi pertama Feng Bujue setelah menonton CG justru menggaruk-garuk rambutnya sendiri.
