Feng Bujue membaca catatan item sambil berkata: "Meski terkesan masih agak absurd, tapi ini bisa dianggap sebagai petunjuk." Ia mengusap hidungnya, "Kunci merah disembunyikan di tempat merah, berarti kuning, biru, hitam, putih, dan abu-abu pasti disembunyikan di tempat dengan warna yang sesuai masing-masing?"
Ia menyimpan kunci itu sambil muncul pertanyaan pertama di benaknya: "Jangan-jangan yang kuning disembunyikan di tai?" Dengan pertanyaan itu, ia meninggalkan dapur menuju kamar ketiga.
Kamar itu berada di seberang koridor, hanya memiliki jendela kecil yang dipaku dengan beberapa papan. Meski jendela di kamar lain juga tak bisa menembuskan cahaya, ruangan ini terasa lebih suram.
Bau busuk menyengat memenuhi ruangan. Lantai kayu lebar tertutup debu tebal. Feng Bujue telah mengaktifkan tampilan sarung tangan, menggunakan satu tangan untuk menutupi hidung dan mulut guna menahan efek ganda debu dan bau busuk.
Ruangan kosong dihadapannya hanya menyisakan bekas-bekas furnitur di sudut dinding dan lantai. Sangat sulit membayangkan wujud asli ruangan ini.
Feng Bujue menduga, saat pemilik rumah besar itu memulai perbuatan jahatnya, mungkin belum menyiapkan sel khusus. Oleh karena itu, kamar ini kemungkinan besar pernah digunakan sebagai penjara sementara. Tentu saja, sekarang dia sudah memiliki fasilitas dua lantai bawah tanah, bisa dibilang telah memajukan bisnis kriminalnya ke tingkat yang lebih profesional.
"Kunci hitam atau abu-abu pasti ada di sini." Pikir Feng Bujue.
Dengan membawa lampu minyak, dia mulai melakukan pemeriksaan menyeluruh. Ruangan kosong seperti ini justru lebih mudah dicari - dinding, langit-langit, lantai, semuanya terlihat jelas. Setelah berkeliling, Feng Bujue segera menemukan sepetak papan lantai yang sangat terkikis tepat di bawah jendela yang dipaku tertutup.
Dia berjongkok dan mengetuk papan itu dengan kepalan tangan. Kreek! Papan itu langsung patah. Tangannya meraba-raba ke dalam lubang hitam di bawah lantai, dan segera menemukan sebuah item:
【Nama: Kunci Hitam】
【Tipe: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Membuka kunci permanen pintu besi hitam, menghilang setelah digunakan】
【Dapat dibawa keluar quest: Tidak】
【Catatan: Disembunyikan di tempat yang gelap gulita】
"Kunci dalam tugas ini kok rasanya disembunyikan asal-asalan ya..." Gumam Feng Bujue. "Dibandingkan dengan teka-teki menyebalkan di bawah tanah, ini cuma ujian kesabaran dan ketelitian saja."
Ruang keempat yang ia datangi adalah ruang depan. Sebenarnya, itu tidak bisa dianggap sebagai ruangan karena terhubung dengan koridor dan tidak memiliki pintu dalam. Sedangkan pintu keluar, yaitu pintu utama mansion yang 【tidak bisa dibuka】.
Perabotan di ruang depan juga tersisa sedikit, berantakan berserakan di lantai. Di dinding terdapat jam dinding yang tampaknya sudah rusak, karena saat Feng Bujue lewat sebelumnya, posisi jarum jam dan jarum menitnya tidak berubah.
Ia berdiri lama di depan jam itu, tiba-tiba bergumam, "Mungkinkah ini... hanya terlihat seperti jam, tapi sebenarnya mencatat tanggal..."
Feng Bujue kembali terobsesi dengan settingan dunia ini. Jam dinding itu jelas menggunakan sistem 12 jam seperti di dunia nyata, tapi ia nekat berandai-andai... bahwa dua belas angka dengan dua jarum ini mewakili kalender.
Setelah mengobrak-abrik ruang depan, ia tidak menemukan kunci, tapi menemukan item cerita lain:
【Nama: Topi Kulit Berhias Bulu】
【Tipe: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Tidak diketahui】
【Bisa dibawa keluar Quest: Ya】
【Catatan: Topi kulit dengan kualitas buruk, bahkan hiasan bulu mencolok pun tak bisa menutupi kekurangannya】
"Ini sudah item cerita keempat yang bisa dibawa keluar Quest." kata Feng Bujue, "Sabun, gigi palsu, parfum, topi kulit berhias bulu... Apa maksud semua ini..."
Setelah meninggalkan ruang depan, ia menuju ke ruangan terakhir di lantai satu yang belum dikunjungi - kamar mandi.
Entah karena pohon teknologi dunia ini sendiri yang agak menyimpang, atau batasan sistem yang menyebabkan lampu neon ada di lantai bawah namun hanya lampu minyak di lantai atas; dapur punya kompor gas tapi ventilasinya menggunakan cerobong asap; sedangkan toilet di depan mata ini memiliki kloset duduk namun bahkan tidak ada bohlam lampu. Di samping pintu terdapat meja kecil dengan piring kosong yang masih menyisakan bekas lilin.
"Pergi ke toilet tengah malam harus nyalain lilin, serem banget..." Feng Bujue menutup tutup toilet lalu berdiri di atasnya, mencoba membuka jendela kecil toilet, "Oh iya, di sini kan tidak ada cermin, jadi tidak terlalu menyeramkan." Ia mengetuk kaca buram itu yang ternyata sangat kokoh dan ukurannya terlalu kecil untuk dilewati.
"Baiklah, kunci putih dan kuning, yang mana ya." Feng Bujue sudah memeriksa bagian dalam toilet yang hanya berisi air bersih, sambil bergumam ia membuka tangki toilet.
Brak! Pintu di belakangnya menutup lagi.
"Lagi? Buka tangki toilet bisa memicu apa?" Feng Bujue berbalik cepat untuk membuka pintu, tapi sekuat apapun ia memutar gagangnya, tetap tidak bisa bergerak sedikit pun seolah ada yang menarik gagang pintu dari luar. Kali ini tidak ada peringatan sistem yang muncul.
"Saat ini bahkan peringatan kematian pun tidak ada, ini mau bagaimana lagi..." Feng Bujue sangat paham betapa menjebaknya tingkat kesulitan Mimpi Buruk, FLAG kematian instan sudah biasa terjadi. Bahkan salah ucap saat berinteraksi dengan NPC pun berisiko terbunuh seketika.
Sarafnya yang awalnya relaks kini kembali tegang, siap siaga menggunakan skill untuk menghadapi potensi bahaya. Nilai kelangsungan hidupnya yang telah pulih secara alami kini mencapai di atas 40%, namun efektivitas darah segini di quest tingkat Mimpi Buruk masih dipertanyakan.
Langkah demi langkah, Feng Bujue mendekati toilet dengan penuh kewaspadaan. Di benaknya telah terbayang berbagai skenario horor: toilet tiba-tiba berubah jadi monster yang menganga siap menggigit, atau... monster itu menyemburkan sesuatu dari "mulutnya" hingga membanjiri seluruh kamar mandi. Semua skenario itu layak menyandang predikat "horor".
Tentu saja, imajinasi berbeda dengan kenyataan. Kondisi aktualnya... selain pintu terkunci, tidak ada kejadian aneh lainnya.
Ia mendekat dan memeriksa tangki air. Di dasar tangki, benar-benar ada kunci:
【Nama: Kunci Biru】
【Tipe: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Membuka kunci permanen pintu besi biru, menghilang setelah digunakan】
【Dapat dibawa keluar quest: Tidak】
【Catatan: Tersembunyi di dalam air】
"Ini melanggar aturan kan... Kalau mengikuti logika ini, apakah kunci merah harus disembunyikan di dalam api?" Bujue bergumam sambil menyimpan kunci tersebut.
“Pikirannya tidak berhenti sejenak, dia segera menyadari mengapa pintu tertutup, \"Aku mengerti... total ada enam kunci, tiga di lantai satu, tiga di lantai dua. Ketika aku menemukan kunci terakhir di lantai satu, alur cerita terpicu. Selanjutnya pasti akan terjadi sesuatu, lalu aku bisa naik ke lantai dua.\""
\"Ruang depan terhubung dengan koridor, jadi tidak ada kunci di sana. Sedangkan dapur, ruang kosong, dan toilet adalah ruangan berpintu. Di manapun aku berada saat menemukan kunci ketiga, pasti akan terkunci di dalam.\" Dia melanjutkan analisisnya: \"Pertanyaannya adalah... apa yang akan terjadi... Apakah gumpalan daging di tangga lantai dua akan bergerak atau menghilang sendiri setelah beberapa saat aku terkunci?\""
Tuk... tuk... Suara aneh mulai terdengar dari koridor.
Ekspresi Feng Bujue berubah sedikit. Dia mendekat dan menempelkan telinganya ke panel pintu.
Tuk-tuk... tuk-tuk... Tampaknya ada sesuatu yang bergerak cepat di lantai kayu.
Suara aneh itu semakin sering dan padat, segerombolan tikus sebesar kucing yang berlemak sedang membanjiri koridor.
\"Apa ini benar...\" Feng Bujue menelan ludah, membayangkan gumpalan-gumpalan daging yang menyatu itu bergerak seperti makhluk hidup dan berdesakan melewati koridor, \"Orang dengan fobia kerumunan mungkin akan merinding karena sugesti psikologis seperti ini.\" Katanya santai: \"Tapi settingan seperti ini bagiku adalah...\""
Dor... dor... dor——
"Hei! Kau benar-benar mengetuk pintu!" Feng Bujue belum selesai bicara ketika papan pintu toilet tiba-tiba ditabrak tiga kali, dan titik benturan berada di bagian atas papan pintu. "Tunggu... pintu ini sama sekali tidak dikunci..."
Memang benar, pintu toilet ini tidak memiliki lubang kunci, cukup putar gagang pintu untuk membuka. Namun di bagian dalam toilet terdapat kunci geser, orang di dalam bisa menguncinya dengan cara ini, tapi saat ini kunci geser itu sama sekali tidak terpasang.
"Oh... aku mengerti, makhluk di luar sana tidak punya jari untuk memegang gagang pintu." Feng Bujue bergumam sambil memasang kunci geser tersebut. "Ha... sekarang kau tak bisa berbuat apa-apa."
Braak! Braak! Braak! Braak——
Makhluk di luar kembali menabrak pintu dengan panik, mengeluarkan suara parau: "Hgh... hgh... ugh..."
"Hah? Apakah dia ingin berkomunikasi agar kubuka pintu?" kata Feng Bujue. "Hmm... tidak, mungkin hanya suara geraman dari tenggorokan monster."
Suara ketukan berirama kembali terdengar di luar pintu. Dari suaranya, makhluk itu bergerak memutar di dalam ruangan, lalu menuju pintu utama, tapi tampaknya juga gagal membukanya. Dua menit kemudian, ia kembali ke depan pintu toilet dan menabraknya lagi.
Kali ini suara parau itu terdengar aneh. Feng Bujue samar-samar merasakan isakan tangis dan permohonan dalam suara tersebut.
"Sepertinya ada yang tidak beres," pikir Feng Bujue dalam hati.
Saat itu, suara lain muncul, yakni langkah kaki manusia yang sangat jelas. Suara langkah kaki itu datang dari tangga lantai dua, lalu mendekat sepanjang koridor ke arah sini.
Suara benturan pintu semakin menjadi-jadi, suara makhluk di luar pintu berubah menjadi raungan.
Kreek, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.
Dibuka oleh Feng Bujue.
Dalam satu menit terakhir, Feng Bujue tentu sudah menyadari gagang pintu bisa diputar normal kembali. Maka dia membuat kesimpulan: Di sini pasti ada pilihan, pilihan yang mungkin memengaruhi akhir quest.
Makhluk di pintu, bagian atas tubuhnya masih seperti manusia, tapi tanpa rambut, jari, lidah, dan dagu. Bagian bawah tubuhnya lebih aneh: dari pinggang ke bawah tersambung dengan lebih dari seratus "kaki", setiap kaki terdiri dari ruas jari manusia, sekitar sepuluh ruas membentuk satu kaki (panjang sekitar tiga jari).
Melihat makhluk ini, Feng Bujue tidak bicara. Diam-diam dia menyamping, ingin melihat reaksinya. Hasilnya, makhluk itu melesat melewati sisi Feng Bujue, kabur ke sudut kamar mandi sambil gemetaran.
"Ternyata sedang lari menyelamatkan diri ya..." Feng Bujue memegang lampu minyak, menjulurkan kepala ingin memastikan sumber langkah kaki yang mendekat di koridor. "Lalu... seperti apa sebenarnya wujud monster yang sesungguhnya..."
