Waktu mundur sedikit...
Pada detik Shiva pertama kali membidik dan menembakkan RPG-nya, Feng Bujue yang sedang melayang di udara sama sekali tidak tahu bahwa Todd akan menggunakan batarang untuk menahan serangan itu. Dari perspektif Jue Ge, serangan itu jelas-jelas akan merenggut nyawanya dalam sekejap.
Karenanya, Feng Bujue segera membuka helm dan kait penghubung di punggung armor, lalu melompat keluar dengan cepat.
Rencananya adalah bersembunyi di belakang armor alih-alih di dalamnya saat menerima serangan. Dengan begitu, saat armor hancur dan meledak, dia bisa mengaktifkan efek [Perisai]. Perlindungan ganda dari armor dan skill akan meminimalkan kerusakan, sekaligus memanfaatkan dampak ledakan untuk terlontar menjauh dari pusat ledakan.
Strategi ini cukup brilian, tapi tak disangka Todd berhasil mencegat roket pertama dengan batarang.
Cahaya dan asap ledakan sejenak menutupi penglihatan Shiva, perhatian Todd juga tidak tertuju pada Feng Bujue. Lagipula ini malam hari, jalanan lebih terang daripada langit. Jadi tak ada yang menyadari armor Cold Blood telah kosong, sementara Feng Bujue bersembunyi di belakang armor.
……
Waktu kembali ke sekarang...
Kedatangan pahlawan Divine Net mengganggu Shiva tak lama, malah memberi hadiah besar dengan menjual Bupa. Tapi kematiannya wajar: jika bukan bertemu pahlawan Alam Semesta DC yang jarang membunuh, mungkin langsung tewas saat dikejar kekuatan NPC di quest lain, tanpa instruksi "jangan dibunuh".
Namun episode kecil ini menghabiskan durasi skill 【Weightless Contact】. Feng Bujue yang semula melayang tanpa daya sambil memegang armor, kini kembali merasakan gravitasi bumi dan jatuh bersama armor.
Tepat saat itu, roket ketiga Shiva menyembur melintasi angkasa.
Dalam kilatan listrik dan percikan api, bayangan manusia merah menyanggah armor lalu mendorongnya ke arah roket, sementara dirinya sendiri melesat seperti anak panah.
Satu ledakan "boom", api menyala tiba-tiba.
Armor Dingin Darah dan senjata pulsa beku hancur bersamaan di udara, serpihan terbakar berhamburan ke tanah. Meski gelombang ledakannya kuat, Feng Bujue tidak terkena dampak, mendarat dengan aman di atas bangunan berjarak puluhan meter.
Konsumsi energi Spiritual Awareness Body Convergence Technique, kerusakan akibat jatuh, ditambah kehilangan health point selama pertarungan dengan Todd dan Shiva, memaksa Feng Bujue meneguk sebotol suplemen health point.
Untungnya ini kali pertama dia meminum botol darah sejak masuk quest, efek 50% terserap sempurna sehingga health point-nya pulih sekitar 80%.
Tapi adegan Feng Bujue melompat dari armor tidak luput dari pengamatan Shiva. Status di menu permainan juga membuktikan dia masih hidup.
Maka pengejaran Shiva belum berakhir... Dengan gesit dia menyimpan RPG, menghentak tanah hingga melompat setinggi tiga lantai. Memanjat pipa air di tembok bangunan dengan satu tangan, mendorong tubuhnya naik ke atap lantai enam dalam hitungan detik.
Dari ketinggian, sosok Feng Bujue masih terlihat dalam jangkauan penglihatannya.
Shiva menyeringai dingin. Tanpa basa-basi, dia berlari kencang melintasi atap-atap kota bak berjalan di tanah datar. Jam Pasir Tarian Langit digunakan untuk menghalau pengejar, tembakan piringan batu api-nya berhasil menjauhkan para pahlawan super yang mencoba mendaki atap.
“Mau lari ke mana? Hah?” Shiva berseru dengan penuh semangat, menunjukkan kegembiraan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Dalam pertempuran ini, dia merasakan sesuatu yang sudah lama tidak dialaminya—kenikmatan bertarung.
Sudah cukup lama Shiva menjadi pemain Top-Tier. Dia mulai terjun ke industri ini sejak remaja, dan telah lebih dari sepuluh tahun berkecimpung di lingkaran profesional. Di industri ini, ketika kekuatan mencapai level tertentu, kenikmatan bertarung akan berkurang secara alami.
Pertama, lawan yang dihadapinya biasanya orang-orang yang itu-itu saja. Lingkaran pemain Top-Tier sangat terbatas. Misalnya di masa kejayaan WAR3, berbagai turnamen besar saat memasuki 16 besar, daftar pesertanya dipenuhi teman-teman seperjuangan. Mereka sudah sering bertarung di berbagai ajang, bahkan beberapa adalah rekan tim satu klub.
Kedua, para ahli biasanya sudah bisa memprediksi hasil pertarungan sejak awal. Dalam PK game yang memiliki perbedaan kelas, cukup dengan mengamati ras, kelas, bakat, dan peralatan lawan saat pertama bertemu, mereka langsung tahu siapa yang lebih unggul. Jika lawannya adalah rival lama, apakah masih ada kejutan dalam hasil pertarungan?
Ambil contoh pertarungan antara Shiva dan Wushi Canxuan, pertarungan itu sama sekali tidak menampilkan gairah. Keduanya adalah profesional yang sudah sering bentrok di berbagai permainan Neural Connection lainnya. Mereka memiliki penilaian objektif tentang gaya bertarung dan level permainan masing-masing. Sebagai petarung top-tier, tentu mereka tidak bisa berharap pada faktor seperti "keberuntungan, kebetulan, atau kesalahan non-teknis" yang termasuk dalam kategori mentalitas untung-untungan. Mentalitas seperti "karakterku dapat critical strike setiap pukulan, sementara lawan tidak sengaja menumpahkan mie instan di keyboard" adalah kemewahan yang hanya dimiliki player casual. Profesional yang sering berpikir seperti ini sudah dekat dengan titik bunuh diri.
Karena itu, meski Wushi Canxuan merasa tidak puas setelah pertarungan berakhir, dia sebenarnya sudah mempersiapkan mental untuk menerima kekalahan. Yang tidak dia sangka adalah... di dalam permainan Taman Horor ini, jarak antara dirinya dan Shiva justru semakin melebar.
Di sisi Shiva, dia juga tidak menunjukkan emosi bahagia yang berlebihan karena kemenangan sudah seharusnya terjadi sesuai kekuatan yang dimiliki. Seperti pertandingan tenis, unggulan teratas yang mengalahkan unggulan kelima di babak eliminasi juga tidak akan menunjukkan euforia berlebihan. Mental Shiva kurang lebih seperti itu - meski biaya yang dikeluarkan selama pertarungan melebihi perkiraan, semuanya masih dalam batas toleransi.
Justru saat ini, pemain tidak dikenal bernama 【Feng Bujue】 ini memberikan sensasi segar yang sudah lama tidak dirasakan Shiva. Karena dalam duel dengan anak muda ini, dia sama sekali tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya...
"Dia jelas lemah, sangat lemah... Level rendah sudah jelas, kemampuan fisik dan peralatannya hanya kelas menengah atas, keterampilannya biasa-biasa saja, jauh dari level pemain profesional. Sampai sekarang, dia hanya menggunakan dua skill: satu skill bertahan fisik yang konsumtif, mungkin karena itu dia selalu mengaktifkannya sesaat lalu berhenti; satunya lagi pukulan ke lengan Todd yang kekuatannya juga biasa-biasa... Ditambah dia memasang bom di tubuhnya sendiri, kalau bukan karena armor Mr. Freeze, dia sudah hancur..." Shiva bergumam dalam hati: "Tapi kenapa... kenapa instingku bilang... dia masih punya peluang menang?"
Insting tempur Shiva yang luar biasa telah hampir menembus semua trik Feng Bujue setelah observasi singkat dan pertarungan, tapi justru ini memperdalam kebingungannya: "Bahkan dengan bertarung lepas tanpa takut memicu bom, aku tetap tak 'melihat' sedikit pun tanda kemenangan... Keunggulanku jelas sangat dominan. Andai aku di posisinya, belum tentu bisa bertahan sampai sekarang..." Pikirnya: "Hmm, sepertinya aku mulai paham. Tidak heran jika Shadow King Zhen benar-benar dikalahkan anak ini."
Huuu——
Tiba-tiba, seberkas cahaya putih melesat dari depan menuju wajahnya. Dengan refleks luar biasa, Shiva menghindar dengan memiringkan kepala sambil tetap melaju.
"Oh? Tidak cuma satu?"... Dia menyentuh pipi kirinya, kulit yang terkena sapuan sinar itu meninggalkan bekas es tipis.
Feng Bujue tentu tidak hanya memiliki satu Senapan Pulsa Beku. Di tasnya masih ada versi daya rendah yang ukurannya mendekati pistol dengan desain bergaya kartun.
【Nama: Senapan Pulsa Beku (Daya Rendah)】
【Tipe: Senjata】
【Kualitas: Rare】
【Kekuatan serangan: Tidak ada】
【Atribut: Beku】
【Efek: Membekukan target】
【Syarat peralatan: Spesialisasi Menembak E】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Dalam mode tembakan tunggal hanya bisa membekukan objek seukuran bola basket. Saat menembak terus-menerus, efek beku akan menyebar dari titik dampak. Perlu diisi ulang setelah energi habis.】
Semua senjata, peralatan, dan consumable yang didapat dari Mr. Freeze tidak bisa dibawa keluar quest. Feng Bujue juga mencoba beberapa barang dari Two-Face, baik persenjataan, ramuan, maupun pakaian - semuanya tidak bisa dibawa keluar. Sebelum pergi, dia bertanya: "Bisakah kau memberiku koin yang selalu kau lempar itu sebagai kenang-kenangan?" Kali ini Two-Face tidak perlu melempar koin untuk memutuskan menyemprotnya dengan senapan serbu.
Singkatnya, Feng Bujue menyimpulkan bahwa dalam quest ini, semua item yang didapat dari karakter utama atau terkait dengan mereka tidak bisa dibawa kembali ke ruang login.
Masuk akal juga. Setelan Batman di toko game harganya sampai dua juta. Jika semua barang di quest ini bisa dibawa keluar, lebih baik enam pemain itu tidak perlu bertarung - mereka bisa merampas Batcave lalu keluar paksa bersama-sama.
“Jangan memaksaku terlalu jauh! Laozi ini memang membawa bom sungguhan!” Melihat lawan semakin mendekat, Feng Bujue mulai panik. Dalam kondisi Spiritual Awareness Body Convergence Technique pun ia tak bisa memperlebar jarak. Pertarungan ini mustahil dimenangkan.
“Kau pikir aku masih peduli akan hal itu sekarang?” Shiva tertawa.
“Kau memang kejam...” Feng Bujue menghela napas, sambil terus berlari ia mulai melepas bom.
Untungnya ia tidak mengenakan rompi bom (kostum tidak bisa dilepas), bom terutama digantungkan pada sabuk sehingga mudah dilepas. Detonator sejak awal sudah disimpan di tas tanpa dikeluarkan. Kini Feng Bujue memasukkan bodi bom ke dalam tas juga.
“Hmph... Tampaknya yang sebenarnya takut mati bersama... adalah kau.” Sorot mata Shiva menjadi tajam: “Orang biasa yang masuk quest ini, melihat nama-nama seperti aku, Wusishenxuan, Qisha... 80% akan langsung menganggap peluang menang tipis.” Ia berhenti sejenak: “Tapi kau... sejak awal tidak pernah mempertimbangkan 'kekalahan'... Kau sama sekali tidak 'gentar' menghadapi orang-orang besar seperti kami. Kau sadar kekuatanmu lemah, tapi secara mental selalu menempatkan diri setara dengan kami... dan berusaha menang."
Saat mereka berbicara, jarak antara mereka telah menyusut menjadi sekitar 15 meter.
“Ini disebut mengabaikan musuh secara strategis, tapi memperhatikan secara taktis.” Kata Feng Bujue sambil menembak dua kali ke belakang.
Karena jarak semakin dekat, ruang dan waktu reaksi Shiva berkurang, dua tembakan tombak ini berhasil memaksanya mundur sekitar lima meter.
"Hmph... Penundaan sia-sia, berapa lama lagi skill bertahanmu bisa bertahan? Lima menit? Sepuluh menit?" Shiva berkata, "Poin Staminaku masih banyak..."
Feng Bujue melirik menu, memang tak bisa bertahan lama lagi. Ia sudah berlari lebih dari dua menit, darahnya terkikis 2% setiap lima detik. Nilai kelangsungan hidupnya yang awalnya tidak penuh kini sudah jatuh di bawah 30%, dalam satu menit lagi akan turun ke angka single digit. Saat itu tiba, risiko tersandung dan tewas terjatuh akan mengintai.
"Ha! Jangan bercanda..." Feng Bujue membual dengan yakin, "Dalam kondisi ini, marathon pun bisa kulalui! Hahaha!" Tertawa gila-gilaan, "Aku bahkan bisa lari menyelesaikan Iditarod Trail Sled Dog Race dengan kaki! 1600 km bagiku cuma sejauh dari kamar tidur ke kamar mandi!"
