Omongan seperti ini bahkan tidak bisa disebut gertak sambal. Tentu saja, Feng Bujue juga tidak berharap lawannya percaya, sekadar mengoceh belaka.
Shiva hanya tersenyum menanggapi omong kosong ini, mendengarnya sebagai candaan, "Dalam situasi buru-buru seperti ini kau masih sempat menunjukkan selera humor... Heh... Ini memang kelebihanmu."
"Tidak, dari sudut pandang psikologi, aku sedang membangun pertahanan mental," jawab Feng Bujue sambil melepaskan pulsa Beku ke belakang.
"Oh begitu? Ini baru pertama kali kudengar." Shiva masih dengan mudah menghindar.
“Karena itu cuma karanganku.” Feng Bujue melanjutkan: “Cukup tambahkan kata 'psikologi', langsung terkesan canggih dan misterius. 'Tidak mengerti tapi merasa keren', kan?”
“Hmph... Cukup sudah leluconnya.” Shiva berkata sementara sorot matanya berubah halus.
Sesaat kemudian, enam cakram batu dari Tianwu Hourglass muncul berurutan, mengejar dari belakang dengan cepat dan menyebar mengelilingi Feng Bujue, bergerak searah dengannya.
Senjata psionik ini memiliki satu kelemahan lagi yang tidak teramati oleh Feng Bujue. Saat cakram-cakram ini keluar dari jangkauan penglihatan pengguna, responsnya menjadi kurang akurat. Karena dalam pengejaran ini Shiva harus terus memusatkan perhatian ke depan, kelompok cakram baru bisa menyusul sekarang.
Meski agak terlambat, mereka akhirnya berhasil menyusul. Kehadiran cakram-cakram ini hampir mengisyaratkan akhir dari pengejaran ini.
Feng Bujue juga menyadari, terus berlari sudah tidak ada gunanya. Mustahil baginya melampaui kecepatan benda terbang ini. Satu-satunya jalan adalah mengambil risiko dengan berbalik dan bertarung.
Namun sekarang, tanpa perlindungan [Cold Blood Armor], teknik Spiritual Awareness Body Convergence Technique juga tidak bisa dipertahankan lama. Bagaimana mungkin melawan pemain peringkat kedua dalam daftar peringkat kekuatan tempur?
Pertanyaan itu pun tidak sempat dipikirkannya lagi, karena serangan sinar gelombang pertama sudah menyambar.
Pada detik itu, Feng Bujue menghentikan langkahnya dengan kedua kaki menapak kuat, menekuk lutut lalu mendorong tubuhnya melesat mundur secara berlawanan arah. Dalam posisi membelakangi Shiva, sikutnya menghunjam tajam ke arah lawan.
"Langkah Feng Bujue ini juga menerapkan prinsip menang dengan kejutan. Biasanya dalam situasi seperti ini, orang yang dikejar lebih mungkin menghindar ke samping atau diagonal. Namun Feng Bujue justru memilih melakukan serangan mendadak ke arah belakang tepat, berubah dari bertahan ke menyerang, mengubah posisi dari tamu menjadi tuan rumah."
Tapi Shiva siapa? Sinar dari tombak pulsa beku saja bisa dihindarinya, masa serangan jarak dekat tidak bisa diantisipasi?
Setelah satu tarikan napas, terdengar suara "krak", lengan Feng Bujue patah.
Shiva memilih menangkis siku lawan dengan tinjunya. Tapi di luar perkiraannya, bahkan tinjunya sendiri juga retak.
"Sepertinya kemampuan bertarungmu tidak seburuk yang kukira..." Shiva dengan tenang menarik tangannya, memiringkan badan, kemudian menyusul dengan tendangan berputar.
Setelah terkena sentuhan dan terhambat, tubuh Feng Bujue berhenti mendadak di udara, tapi momentum gerakan sebelumnya belum sepenuhnya hilang. Melihat serangan lanjutan Shiva, dia segera bereaksi. Memanfaatkan tenaga pukulan lawan yang mengenai sikunya, dia memutar tubuh secara paksa di udara, menyusur sisa momentum yang ada mengikuti arah tendangan lawan.
Shiva benar-benar tidak menyangka Feng Bujue bisa melakukan gerakan seperti ini...
Dengan gaya menghindar yang sangat aneh ini, Jue Ge berpapasan dengan Shiva dan mendarat di belakang lawannya.
“Kalau tidak melihat ada yang melakukannya, aku tidak akan menyangka tendangan putar bisa dihindari seperti ini.” Shiva tertawa: “Menarik, semakin seru...” Shiva tiba-tiba menyadari, teknik bertarung Feng Bujue juga tidak terlalu buruk. Tampaknya sebelumnya saat bertarung dengan Todd, dia tidak bisa leluasa bergerak karena tubuhnya diikat bom.
Sebenarnya... bahkan Feng Bujue sendiri tidak tahu bagaimana caranya dia melakukan gerakan tadi. Kilatan inspirasi yang kebetulan berhasil ini, jika disuruh mengulang pasti gagal.
“Kalau seru lanjutkan!” Kata Feng Bujue sambil mengaktifkan skill 【Lihat jurus!】 yang baru saja selesai cooldown, tetap memilih Spesialisasi Bertarung.
Setelah mengukur kemampuan fisik Shiva lewat benturan kekuatan tadi, Feng Bujue memperkirakan setidaknya level bela diri lawannya 30% lebih tinggi dari dirinya yang sedang mengaktifkan Spiritual Awareness Body Convergence Technique... Dengan perbedaan sebesar ini ditambah senjata psionik kuat milik lawan, mematikan status BUFF sama dengan bunuh diri. Maka Feng Bujue memulai skill terlebih dahulu untuk sementara mengendalikan lawan, setidaknya memberi celah untuk meminum botol darah guna mempertahankan teknik Spiritual Awareness Body Convergence.
Tentu saja, dalam benturan tadi Shiva juga menanggung konsekuensi tertentu.
Siku kiri Feng Bujue patah, sedangkan kepalan tangan kanan Shiva juga tidak baik-baik saja. Bagaimanapun tulang siku lebih tebal dari tulang kepalan. Setelah benturan itu, kelima jari, pergelangan, dan tulang telapak tangan kanan Shiva mengalami kerusakan - mulai dari fraktur hingga retak.
Meski ini hanyalah game dan sensasi nyeri sudah dikurangi, naluri manusia untuk melindungi tubuh sendiri sulit diatasi. Seperti ketika kulit melepuh akibat terbakar, semua tahu harus dipecahkan, tapi saat benar-benar melakukannya, sulit bertindak tegas.
Sebanyak apapun pengalaman pertarungan virtual Shiva, belum mencapai tingkat "Tak gentar akan hidup-mati, Bukan iblis bukan dewa, bagai kegilaan berwujud". Jadi, nalurinya membantu membuat pilihan. Ia menggunakan tangan kiri yang relatif lebih lemah, menangkis telapak tangan Feng Bujue dengan tinju.
Dalam sekejap ini, Shiva menyisipkan kewaspadaan. Diam-diam ia menambahkan sebuah skill pada tinjunya. Skill ini sendiri lemah, diperolehnya saat level rendah sebagai konsumabel multi-pakai yang masih tersisa sekali penggunaan di slot skill. Efeknya hanya meningkatkan kekuatan pukulan 20%.
Secara permukaan, penggunaan skill ini tampak tidak signifikan. Tapi intuisi memberitahu Shiva, telapak tangan Feng Bujue mungkin menyimpan konspirasi. Sebelumnya, Todd yang berada dalam situasi serupa mengira keunggulan kekuatan sudah cukup untuk menangkis, akhirnya malah dirugikan.
Shiva tidak ingin mengulangi kesalahan. Ia lebih memilih menambahkan bobot yang tampak sepele ini sebagai antisipasi.
Di sinilah perbedaan top player dengan pemain biasa. Di semua bidang, detail menentukan kemenangan. Ribuan faktor kecil terakumulasi menjadi jurang kualitas. Untuk menjadi Top-Tier, harus sempurna tanpa celah.
Bang——
Pertarungan tinju dan telapak tangan mengeluarkan suara gemuruh seperti tabrakan dua ekor binatang buas.
Dua detik kemudian, ekspresi dingin Shiva yang setengah tertutupi rambut panjangnya berubah menjadi panik.
Dia bisa merasakan dengan jelas kekuatan dahsyat yang merasuk ke lengan kirinya, tulangnya remuk bagian demi bagian... Skill yang dia tambahkan seperti perahu kecil yang ditelan ombak besar di hadapan kekuatan ini.
"Bagaimana mungkin?" Shiva terkejut.
Feng Bujue tidak bisa menjawabnya, karena Jue Ge sendiri pun tidak tahu skill apa ini... Jika dia tahu, pasti akan berseru bahwa keberuntungannya sedang beruntung, mendapatkan skill aktif kelas tinggi sekali pakai di momen krusial ini.
【Nama: Meng Huo Tui Shan (Gerakan Kelima Telapak Besi)】
【Atribut kartu skill: Skill aktif, hilang setelah sekali pakai】
【Kategori skill: Bertarung】
【Efek: Melukai target dengan tenaga telapak tangan yang menghancurkan】
【Konsumsi: 50% batas maksimal Poin Stamina】
【Syarat belajar: Spesialisasi Bertarung D】
【Catatan: Telapak Besi berasal dari Geng Xi Tie Zhang Bang, kekuatannya tak terbatas, tak tertandingi di dunia persilatan. Korban yang terkena biasanya meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit karena organ dalam hancur. Gerakan kelima Meng Huo Tui Shan - Saat memulai, berdiri alami, kumpulkan energi di dantian, angkat lengan ringan di depan dada, telapak tangan menyerang ke bawah dengan hentakan keras sambil mengeluarkan suara "hai" untuk menambah tenaga, tenaga telapak tangan ditarik kembali segera setelah dilepas, bayangkan telapak tangan berubah menjadi ribuan lapisan, menembus punggung musuh, lapisan demi lapisan bertumpuk, merasuk ke tubuh musuh dan menembus keluar.】
"Hahaha! Takut kan!" Ekspresi sombong Feng Bujue terpancar jelas: "Ini Jurus Gelombang kedua, Menghancurkan Gunung dan Mengguncang Laut." Meski bicara besar, dia cukup cerdik untuk mundur tepat waktu. Tak peduli reaksi lawan, dia langsung melompat mundur menjaga jarak, "Masih ada Jurus Laut Bergelora, Ombak Mengamuk, Arus Bawah Permukaan, Lautan Menampung Seribu Sungai, Ombak Putih Menjulang, Ombak Besar Menyaring Pasir, Arus Tersembunyi, Mengguncang Sungai dan Lautan, Gemuruh Gunung dan Deru Lautan, Gelombang Menggema ke Sembilan Langit, Permukaan Tenang, Lautan Mengering dan Batu Retak, Cinta Berdarah di Lautan, Langit dan Laut Menyatu..." Dia melafalkan semuanya tanpa jeda seperti pertunjukan kuntulan xiangsheng: "Kalau masih hidup setelah jurus ini, gue masih punya jurus pamungkas Delapan Belas Naga..."
"Udah, udah, udah..." Shiva mengulang tiga kali cepat-cepat. Dia segera menelan sebotol suplemen health point (besar), sekalian menggunakan 【Pemulihan Serbaguna】(item ini dari toko Taman Horor, efeknya persis sama dengan item bernama sama di Pokémon), "Jangan ngibul lagi. Kita berdua tahu meski kadang bisa keluarkan serangan kayak gini, kamu tetap tidak bisa menang." Dia berhenti sebentar: "Aku usul, kamu menyerah saja sekarang biar aku hemat obat. Setelah quest selesai, kalau berkenan, aku akan kasih Saudara Feng posisi main player utama di studio Para Dewa. Gimana?"
"Apa?!" Reaksi Feng Bujue justru menunjukkan wajah kesal. Dia langsung mengeluarkan 【Moxxi Nyonya Kecerobohan】 dan pistol pulsa beku daya rendah (yang dimasukkan kembali ke tas sebelum menyikut), memegang satu di setiap tangan dengan posisi horizontal. "Kau pikir aku tipe orang yang mau tunduk di bawah orang lain?"
"Dasar kau 【——】!" Shiva juga naik darah, suaranya menggelegar.
"Ada, Sindrom chuunibyou." Feng Bujue menyeringai dengan sebelah sudut bibir terangkat.
Shiva tertegun mendengarnya, dalam hati bergumam: "Aduh... Bagaimana dia tahu kalau kata yang diblokir sistem untukku adalah 'sakit'..."
"Huu..." Shiva menarik napas dalam-dalam lalu berkata dengan suara berat: "Jangan kira aku takut padamu..."
"Tentu kau tidak takut. Kau hanya merasa ini mulai merepotkan." Feng Bujue sudah membaca pikiran lawannya. "Jika terus begini, mungkin tak ada sisa tenaga untuk menghadapi Qisha, begitukan?"
"Aku sarankan kau berhenti mengganggu..."
Trak-trak-trak, ciu-ciu...
Sebelum Shiva selesai bicara, Feng Bujue sudah melepaskan tembakan ganda dari kedua pistolnya.
"Wahahahaha..." Feng Bujue kembali tertawa gila-gilaan. "Mulut bilang tidak, tapi tubuh sangat jujur! Wahahaha!"
"Gila..." Shiva sambil berguling mencari perlindungan dan menghindari tembakan, berkomentar dari hati: "Bahasa vulgar seperti ini tidak diblokir sistem?!"
