Mengikuti petunjuk Manusia Serigala, keempatnya segera menemukan loteng dan memanjat tangga di luar jendela atap.
Koridor di luar ruangan memang memiliki percabangan, mungkin ada jalan menuju bagian tengah kastil. Tapi Jue Ge dan kawan-kawan tidak menjelajahinya karena petunjuk Manusia Serigala menyatakan: Pertama, Little Red Riding Hood sangat kuat dan tidak ramah; Kedua, dia bisa kembali ke kastil kapan saja.
"Dari sudut pandang game, NPC telah memberi dua informasi yang jelas. Jika tindakanmu bertentangan dengan itu, pasti akan menghadapi risiko besar, bahkan memicu alur cerita kematian instan. Jadi mereka memutuskan tidak berlama-lama."
Keempat orang memanjat tangga selama lima menit lebih. Setelah melewati awan yang diam, mereka melihat ujung tangga. Di sana ada lubang hitam bundar, puncak tangga bertumpu di tepinya.
Lubang ini "tergambar" di langit, seperti lubang dalam kartun Warner yang bisa dimasuki setelah digambar.
Dari dekat terlihat, ukuran lubang ini sebenarnya cukup luas. Siapa pun dengan postur tidak terlalu gemuk bisa melewatinya.
Tentu saja Manusia Serigala tak bisa lewat. Karena struktur leher, badan membesar, dan posisi memanjat, dia terpaksa terjebak di ruang bawah lantai lima.
"Hmm... lantai gelap lagi," ujar Feng Bujue yang pertama menginjak lantai lima, sambil mengambil sapu (yang dia lempar ke atas untuk memastikan jalan aman saat memanjat).
Honghu, Angin Musim Gugur, dan Jichang menyusul masuk ke lantai lima.
"Kini kita tahu gedung ini... jika masih bisa disebut gedung, hanya memiliki tujuh lantai," kata Honghu. "Artinya... progres quest ini sudah 4/7 selesai."
"Pendapatmu keliru." Ji Chang adalah pria yang sangat sabar dan rasional, ia menjawab: "Seperti pepatah... Perjalanan seratus li, separuhnya di sembilan puluh li terakhir. Semakin dekat ke akhir, semakin tidak boleh terburu-buru. Seperti masa injury time dalam pertandingan sepakbola, jika seluruh tim berpikir 'sebentar lagi selesai', risiko kebobolan akan meningkat drastis."
"Aku setuju." Kata Feng Bujue: "Banyak film horor dimana karakter yang selamat menjadi ceroboh di menit-menit terakhir, berakhir dengan semua tewas."
Sambil bicara, Jue Ge kembali mengeluarkan senter dan menyalakannya.
Senter yang sebelumnya diberikan kepada Honghu tidak diminta kembali. Setelah sampai di lantai empat, barang itu tetap berada padanya. Maka Honghu pun mengeluarkan senter dari sakunya dan menyalakan.
Hal pertama yang dilakukan keduanya sama: menyapu area sekitar dengan cahaya, lalu segera mengarahkan ke atas.
Langit-langit dan lantai di lantai ini telah kembali seperti kondisi lantai satu. Lantai berupa ubin, tinggi langit-langit hanya lebih dari empat meter. Dengan cahaya senter, masih belum terlihat letak dinding-dindingnya, rupanya ini juga ruang yang sangat luas.
"Bagaimana kalau... seperti biasa, aku saja yang menjelajah dulu..." Feng Bujue belum selesai bicara ketika suara dari kegelapan memotongnya.
"Tuan-tuan." Suara kekanak-kanakan yang lembut terdengar.
Kalimat ini membuat ketiga pemain merinding, nilai ketakutan mereka langsung melonjak di atas 50%. Meski Feng Bujue tidak merasa takut, dia sadar situasi memburuk. Dalam hati dia bertanya: Apakah Little Red Riding Hood menunggu kita di sini?
Kreek—
Suara lembut terdengar, nyala api kecil tiba-tiba muncul dalam kegelapan.
Cahaya yang awalnya hanya sebesar butiran beras itu entah bagaimana membesar dengan cepat dalam hitungan detik, hingga menerangi seluruh lantai...
Di pandangan mereka muncul sosok kecil bertudung cokelat. Pipinya merah padam, pakaiannya lusuh dan tipis, dengan kaki telanjang.
Saat ini, gadis kecil itu membawa keranjang di tangan kiri, sementara di tangan kanannya... mengangkat korek api yang sedang menyala.
"Ini sepertinya bukan Little Red Riding Hood, melainkan..." Angin Musim Gugur menurunkan suaranya, hendak menyampaikan kesimpulannya.
"Ah... Sudah jelas." Feng Bujue menyela. Dari tatapan dia, Swan, dan Strategist, mereka jelas sudah tahu ini siapa.
"Maukah kalian membeli korek api?" Gadis kecil itu mendekati para pemain sambil bertanya.
Keempat pemain saling pandang, bingung harus menjawab apa.
"Tolong belilah satu kotak korek apiku." Dia mengulangi permintaannya dengan nada memohon.
Tiba-tiba Angin Musim Gugur seperti teringat sesuatu. Dia maju dan mengeluarkan sepatu ajaib dari sakunya: "Bolehkah aku menukar sepatu ini dengan satu kotak korek api?"
"Gadis kecil itu memandangi sepatu ajaib perak yang diulurkan lawannya, ragu sejenak: 'Benarkah? Tuan, sepatu ini terlihat sangat berharga.' Tampaknya dia anak yang jujur.
"Tak apa, kurasa ini transaksi yang adil," balas Angin Musim Gugur.
"Kalau begitu, terima kasih, Tuan," sahut gadis kecil itu.
Tepat saat itu, korek api di tangannya padam, seluruh lantai kembali diselimuti kegelapan.
Di depan mata Angin Musim Gugur tiba-tiba gelap gulita. Untungnya rekan tim segera berlari menghampiri. Senter menerangi area sekitar Angin Musim Gugur, namun gadis kecil itu sudah lenyap, sepatu di tangan Angin Musim Gugur pun raib.
"Di sebelah sana!" Feng Bujue yang paling awas dengan cepat menemukan petunjuk.
Di tempat awal kemunculan gadis kecil itu, tergeletak sekotak korek api. Pada ubin tersebut, tersisa tulisan seolah terbakar asap yang ternyata aksara Latin, terjemahan Sistem berbunyi: 【Perbuatan mulia yang tulus, tak mengharap imbalan.】
Setelah membaca, Strategos berkata: "Begitu rupanya... sepatu ajaib digunakan di sini, awalnya kukira akan muncul alur cerita seperti 'Cinderella'."
Angin Musim Gugur memungut korek api di lantai, "Aku juga baru dapat ide ketika melihat kakinya tak beralas sepatu."
"Gadis kecil dan fetish pergelangan kaki ya..." Feng Bujue mengusap dagunya.
"Mengapa semua hal bisa kau putarbalikkan sampai harga diri terkikis habis..." protes Angin Musim Gugur.
"Selama beberapa detik ketika semua area terang tadi, apakah kalian sempat mengamati lingkungan sekitar?" Honghu mengembalikan pembicaraan ke topik utama.
Jichang berkata: "Ah, sudah, seluruh lantai ini kosong, hanya di sebelah sana…" Ia mengangkat tangan menunjuk suatu arah: "Ada sebuah pintu."
"Hmm… Sama dengan hasil pengamatanku." Honghu menjawab: "Kalau begitu… Apakah kita langsung menuju ke sana?"
"Bagaimana jika aku menyalakan korek api, kita lihat sekali lagi?" Angin Musim Gugur membuka kotak korek api sambil berkata.
Tak disangka, di dalamnya hanya ada empat batang korek api…
"Ha! Tidak perlu dijelaskan, kita ambil masing-masing satu batang." Feng Bujue langsung berkata setelah melirik isi kotak korek.
Ketiga orang lainnya memang tidak berkomentar. Mereka semua paham arti jumlah item cerita yang sama dengan jumlah pemain.
Mengingat situasi seperti ini, mereka tidak akan menyia-nyiakan item terbatas untuk menerangi sekitar. Berpandukan cahaya senter, keempatnya berjalan menuju arah yang ditunjuk Jichang, dan tak lama kemudian tiba di depan pintu tersebut.
"Lift ya…" Jichang berkata sambil menatap pintu logam itu.
Secara visual, pintu ini identik dengan pintu lift di ruang login. Di sampingnya hanya ada satu tombol, fungsinya sudah jelas.
Ding——
Setelah Honghu menekan tombol, pintu lift terbuka ke kedua sisi.
Keempatnya masuk berurutan. Setelah berada di dalam, baru mereka sadar tidak ada panel operasi sama sekali di lift ini.
Setelah menunggu lima enam detik, pintu menutup secara otomatis. Kemudian, lift ini mulai bergerak ke atas. Entah dikendalikan dari jarak jauh atau beroperasi otomatis berdasarkan berat muatan. Yang jelas, dalam quest fantasi ini, bahkan jika lift memiliki kesadaran sendiri pun tak aneh.
Tidak lama beroperasi, mungkin sekitar ketinggian satu lantai, lift berhenti. Pintu kembali terbuka otomatis.
Para pemain dengan aman memasuki area lantai enam.
"Ngomong-ngomong... Dugaan awalku tentang sistem penomoran lantai ganjil-genap ternyata salah besar ya..." kata Honghu sambil keluar dari lift.
"Iya, tapi..." Angin Musim Gugur menyambung, "Dari lantai satu sampai sini, tingkat kesulitan terlihat sangat rendah. Selain SCP-233, tidak ada teka-teki yang benar-benar sulit. Dari sisi pertarungan malah tidak ada sama sekali."
"Tidak juga." Feng Bujue membantah, "Kita mungkin sudah menemui beberapa jebakan 'kematian instan', hanya saja tidak terpicu, jadi kalian merasa mudah." Katanya, "Selain SCP, manusia serigala tadi jelas monster yang bisa menyebabkan dihabisi bersama. Lalu... Sekarang kita tahu harus memberikan sepatu ke gadis kecil penjual korek api. Tapi... Bagaimana jika waktu itu kita melakukan kesalahan? Misal memberikan barang yang salah, atau tidak merespons permohonannya sebelum korek api habis..."
"Masuk akal..." Jichang menjawab, "Dalam proses quest yang terlihat hampir tanpa risiko, mungkin tersembunyi banyak settingan yang bisa membunuh seluruh tim dalam sekejap. Ke depannya kita tidak boleh lengah..."
Sambil berbincang, keempat orang telah menyelesaikan pengamatan menyeluruh terhadap lantai enam.
Settingan lantai ini mirip dengan lantai empat, namun lingkungannya sangat berbeda.
Lantai enam memiliki dasar berupa rawa berlumpur dengan area berpijak yang terbatas. Di dinding-dindingnya terpampang lukisan hutan hitam dan bayangan pegunungan bertumpuk. Sementara langit-langit tepat di atas menggambarkan langit malam yang dihiasi awan tipis memanjang dan taburan bintang-bintang.
Di sudut pertemuan langit-langit dengan dua dinding, tergantung bulan purnama dari kertas yang memancarkan cahaya bulan pucat ke seluruh area rawa.
Jalur menuju lantai atas di bagian ini cukup jelas, terletak di dinding seberang lift. Terdapat tangga batu berkelok-kelok ke atas yang dilukiskan di sana, dengan lima atau enam anak tangga terbawah yang mencuat dari dinding dan menyambung dengan ruang tiga dimensi.
Di lantai ini, area yang bisa dilalui para pemain sangat terbatas. Hanya beberapa titik pijakan yang relatif kering yang bisa digunakan untuk menuju tangga batu di sisi dinding seberang.
"Perhatikan kaki kalian," Hong Hu yang berjalan di depan mengingatkan, "Kita tidak punya item sekarang. Kalau sampai terjatuh ke area tengah rawa, akan sulit menarik kalian keluar."
"Hei... kalian dengar tidak?" tiba-tiba Feng Bujue berseru sambil mendongakkan kepalanya.
