Sejak lebih dari dua puluh tahun lalu, di era optical computer generasi kedua, teknologi koneksi saraf sudah bisa membaca ingatan pengguna. Sejujurnya... pada masa itu, gerakan perlindungan privasi dan penolakan terhadap teknologi koneksi saraf memang marak di berbagai negara.
Tapi akhirnya... manusia berkompromi dengan teknologi. Karena teknologi tidak hanya mengubah dunia, tapi juga gaya hidup dan ideologi manusia.
Keraguan dan penolakan masyarakat terhadap hal-hal baru selalu ada, namun selalu ada yang bertahan sementara lainnya tersingkir.
Penyebaran telepon rumah, kejayaan sesaat pager, kemunculan dan kemunduran ponsel, hadirnya smartphone...
Komputer pribadi masuk ke rumah-rumah, bangkitnya internet, perebutan pasar oleh software fungsional, datangnya era e-commerce...
Contoh yang bisa disebut tak terhitung... manusia jauh lebih plin-plan dan pelupa dari yang disangka, sehingga gelombang zaman takkan pernah berhenti.
“Ambil contoh beberapa tahun terakhir ini, kita secara bertahap terbiasa dengan SMS iklan dan panggilan penipuan, terbiasa dengan iklan game pop-up dan berbagai pemasaran vulgar, juga terbiasa berulang kali mengisi informasi pribadi di berbagai formulir atau mempublikasikannya di internet...”
Oleh karena itu, sebagai seorang pemuda yang hidup di tahun 2055, Feng Bujue menganggap situasi yang terjadi di depan matanya sepenuhnya bisa dipahami. Ia dengan natural menerima settingan ini.
“Baiklah... Ruang Memori.” Feng Bujue bergumam: “Apa susahnya? Masak aku bisa terjebak di rumah sendiri?”
Ia membuka lemari, mengambil handuk besar dan berusaha mengeringkan pakaiannya sebisa mungkin. Meski tak membantu permainan, setidaknya sensasi tubuhnya menjadi lebih nyaman.
Tiba-tiba, Feng Bujue teringat sesuatu. Ia cepat-cepat meletakkan handuk, mendekati wastafel, dan mengeluarkan kotak obat dari kabinet kayu kecil di atas wastafel.
“Oh... Benar-benar mirip dengan rumahku.” Sambil berkata demikian, ia membuka kotak itu. Melalui menu permainan, ia memeriksa item satu per satu, mencari benda yang bisa menyembuhkan status patah tulang.
Sayangnya... tidak ada.
Kotak medis Jue Ge hanya berisi perlengkapan standar: perban, obat merah, alkohol, pinset, gunting, dll. Untuk menangani patah tulang, dibutuhkan gips atau paling tidak dua papan kayu untuk fiksasi.
“Setelah mengobrak-abrik, Feng Bujue bergumam kesal: ‘Ternyata tindakan pertolongan pertama di rumahku sangat buruk. Jika aku terpeleset di bak mandi dan patah lengan atau kaki, aku tidak bisa menanganinya sendiri.’”
Dengan terpaksa, dia mengambil handuk lagi untuk mengeringkan diri. Setelah tubuhnya agak kering, dia menggunakan pengering rambut sebentar, lalu membalut bagian lutut dan betis kaki kirinya dengan segumpal perban secara asal-asalan.
“Baiklah… mari kita lihat apa yang kumiliki…” sambil berkata demikian, Feng Bujue mengeluarkan barang-barang dari sakunya satu per satu ke dalam tas, lalu mengeluarkannya kembali. Dengan cara ini, item yang basah akan kembali ke keadaan kering semula.
“Satu batang korek api, sebuah pisau lipat, ponsel Nokia… hmm, meski terendam air masih bisa menyala.” Melihat layar ponsel masih berfungsi, dia tak bisa menahan komentar: “Sebuah buku catatan kecil, pulpen, korek api, senter lengkap dengan baterai… ditambah barang-barang yang sudah ada di dalam tas.”
Dia meletakkan semua barang di lantai, lalu duduk di tepi bak mandi. Kepalanya sedikit menunduk, tangan kiri menopang siku tangan kanan. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya diletakkan di dahinya, kemudian meluncur perlahan sepanjang batang hidung.
Setelah melakukan kebiasaan berpikir ini, Feng Bujue telah mengatur semua informasi yang diketahui saat ini di pikirannya. Ia menjentikkan jarinya sambil tersenyum dan berkata: "Tidak ada tempat di dunia yang bisa menyaingi rumah sendiri..." Ia mengulang pesan pertama yang ditemukan di gedung tes: "Apakah ini yang dimaksud dengan situasi di depan mata..."
"Begitu rupanya, game baru benar-benar dimulai sekarang." Feng Bujue mengemas semua barang yang berserakan di lantai dan meminum sebotol suplemen health point. Dengan tambahan pemulihan otomatis selama periode ini, nilai kelangsungan hidupnya nyaris kembali ke 60%.
Kemudian, dia berdiri dan mencoba berjalan beberapa langkah. Rasa sakit di kaki kirinya sekarang hampir hilang sepenuhnya. Selama tidak melakukan gerakan besar, sisa nyeri ringan hampir bisa diabaikan. Berjalan pincang masih bisa dilakukannya.
Feng Bujue sangat sensitif terhadap pintu dalam game. Daripada terburu-buru menjelajahi kamar mandi rumahnya, dia lebih dulu mendekati pintu kamar mandi dan memeriksa kondisi kunci.
Pintu kamar mandi secara alami tidak dilengkapi lubang kunci dan kunci. Dari luar, hanya ada gagang pintu. Di bagian dalam kamar mandi, di bawah gagang pintu terdapat kunci putar sederhana dan tambahan kunci geser.
Artinya, pintu ini hanya bisa dikunci dari dalam. Orang yang berada di dalam kamar mandi tidak mungkin tidak bisa membuka pintu.
Feng Bujue mengulurkan tangannya dan mencoba memutar gagang pintu. Di saat yang sama, Peringatan sistem tiba-tiba terdengar di telinganya: 【Aura dendam mengerikan bersemayam di luar pintu. Apakah Anda yakin ingin membukanya?】
"Hah?" Feng Bujue berbicara sendiri: "Sial... game ini benar-benar tidak takit meninggalkan trauma psikologis bagi pemain, ini kan rumahku sendiri."
Meski begitu, bagaimanapun juga dia pasti tidak akan mengalami trauma psikologis...
"Sejak masuk quest sama sekali tidak ada petunjuk, sekarang coba pegang gagang pintu malah dapat respons seperti ini." Feng Bujue melepas gagang pintu sambil bergumam: "Itu pasti 100% FLAG kematian instan... Buka pintu pasti mati." Dia mundur beberapa langkah, berpikir: "Kalau begitu... sudah pasti di kamar mandi ada teka-teki yang harus dipecahkan..."
Memikirkan hal ini, dia malah maju dan mengunci tuas pintu sampai rapat, lalu memasang palang. Berbalik badan, fokusnya kini tertuju ke dalam kamar mandi.
Feng Bujue bukan orang yang jorok, tapi juga tidak obsesif bersih. Rumahnya... bisa dibilang, terlihat sangat "maskulin", berada di antara kotor-berantakan dan rapi-terawat, bisa disebut berantakan tapi teratur. Bagaimanapun, setiap barang di setiap ruangan, di mana tempatnya, dia bisa ingat setelah berpikir sebentar.
Karena itu, proses pencariannya sangat efisien.
Sekitar lima menit, Feng Bujue telah memeriksa seluruh kamar mandi yang dibangun berdasarkan memoranya ini. Secara keseluruhan, tempat ini hampir tidak ada bedanya dengan kamar mandi aslinya di realitas. Semua barang berada di tempat seharusnya, sabun, sampo, pembersih toilet, sisir, aspirin, penyedot WC... semuanya ditampilkan sebagai perkakas atau consumable, tidak ada satupun item bertipe "item cerita" sebagai petunjuk.
Tapi... Feng Bujue tetap menemukan satu keanehan.
Di atas bak mandi, pola tirai plastik kamar mandi ini sepertinya berbeda dengan yang ada dalam ingatannya...
