Setelah meneguk secangkir kopi ini, Feng Bujue mendapati staminanya pulih secara signifikan. Ternyata beberapa "makanan" dalam Quest memiliki fungsi pemulihan tersembunyi.
“Dari sini terlihat... makanan ringan yang dijual di toko game juga bukan sepenuhnya untuk memenuhi keinginan pemain yang suka ngemil atau sekadar gaya-gayaan.” Feng Bujue melihat statusnya di menu permainan sambil bergumam, "Tapi item makanan ringan semuanya tidak memiliki deskripsi teks. Jenis makanan apa yang menyimpan atribut non-eksplisit tertentu, harus diuji sendiri dalam quest..."
Sambil berbicara, dia mengeluarkan sebungkus dendeng sapi dari saku. Barang ini dibeli Feng Bujue di minimarket dekat gedung tes bersama peralatan kecil lainnya. Saat menghitung barang bawaan di kamar mandi, dia bahkan tidak memasukkan ini ke dalam hitungan.
Awalnya membeli camilan ini hanya untuk kebutuhan berpura-pura bodoh. Karena saat itu sifat high-level player Jue Ge belum terungkap, dia tidak ingin memberitahu rekan tim bahwa dia membeli banyak alat praktis, jadi membeli camilan sebagai kamuflase.
Mungkin karena aturan tertentu dalam quest, meskipun telah melewati pembaptisan air terjun, semua barang yang tidak dimasukkan ke tas ini tetap utuh. Saat Feng Bujue bangkit dari bak mandi, semua barang masih tersimpan rapi di saku jasnya.
"Apakah status sial yang menyelimutiku akan membuatku tersedak saat makan camilan ini..." Baru setelah membuka kemasan, Feng Bujue teringat masalah ini. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya, hanya mengangkat bahu dan memasukkan dendeng sapi ke mulutnya.
Dia mengunyah makanan ringan sambil berpikir tentang konten di halaman 599-602: "Ini adalah ruang memoriku, selain teka-teki yang ditambahkan sistem, setiap benda di sini seharusnya merupakan simulasi dari ingatanku. Artinya... tulisan di buku ini, termasuk konten buku astronomi yang baru saja kuperiksa, sebenarnya sudah ada di otakku..."
Feng Bujue kembali mengarahkan pandangannya ke rak buku, berpikir dalam hati: "Ingatanku cukup baik, hal-hal yang pernah kulihat pasti meninggalkan kesan. Di ruang ini, bahkan informasi yang hanya ada di tingkat bawah sadar pun seharusnya bisa direkonstruksi..."
Saat ini, Feng Bujue sudah melahap makanan dendeng sapi dalam kemasan. Dia melirik menu permainan—ternyata nilai kelangsungan hidupnya naik 5%. Meski jumlahnya kecil, ini adalah pemulihan ekstra di luar recovery alami. Dengan koreksi selama periode ini, stamina Feng Bujue telah mencapai 42%, secara umum sudah keluar dari zona risiko.
Melihat ini, dia langsung menenggak sisa dendeng sapi dalam kemasan dengan kasar. Kemudian berdiri dan berjalan menuju dapur.
Dia membuang kemasan ke tong sampah, mencuci tangan, lalu mengeringkannya dengan handuk.
Setelah itu, barulah dia mendekati rak buku dan memilih satu judul. Ini adalah buku tentang botani yang jarang dibacanya.
"Hmph... seperti dugaan." Feng Bujue langsung membuka bagian belakang buku. Hasilnya, tulisan yang muncul dihadapannya samar-samar dan sulit dibaca.
Ia kembali membalik halaman buku ke bagian awal, daftar isi terlihat normal dan semua bisa dibaca jelas. Namun saat membuka bab resmi, banyak sub-bab hanya menampilkan potongan kalimat samar-samar dengan sebagian besar teks tidak terbaca.
"Informasi yang benar-benar kulupakan, atau belum pernah kubaca sama sekali, tidak bisa direproduksi." Feng Bujue menutup buku itu lalu menoleh ke set《The Complete Sherlock Holmes》di meja teh, "Konten Sherlock Holmes bisa kuingat dengan detail, jadi seluruh buku berhasil direproduksi." Ia berbisik, "Mengingat ini informasi yang sudah kuketahui, petunjuk game untuk melihat tulisan halaman 599-602 sebenarnya bukan memintaku membaca isi buku, melainkan..."
Ia kembali ke sofa dan membuka buku tebal itu lagi, "Saat menggeledah rumah, aku memperlakukan rumah sendiri sebagai lingkungan asing untuk mendapatkan terobosan. Maka sekarang... aku juga harus berhenti memandang buku ini sebagai novel detektif yang pernah kubaca, tapi sebagai objek petunjuk game murni."
Setelah mengubah pola pikir, Feng Bujue mengangkat buku itu dan menyorotkan cahaya senter ke kertas halaman 599-600, "Hmm... tulisan tidak berubah saat diterawang." Ia mencoba memutar buku terbalik dan miring, tetap tidak menemukan keanehan.
"Merendam air atau membakar dengan api adalah metode uji yang tidak reversibel." Gumamnya, "Kertas ini tidak terlalu tebal, kemungkinan ada lapisan tersembunyi di tengahnya kecil."
Ketika teka-teki mentok, yang terbaik adalah menarik mundur pola pikir untuk memeriksa informasi yang terlewat atau mencari jalur baru.
Maka, Feng Bujue kembali menyusun benda-benda yang diperoleh setelah masuk quest namun belum digunakan: "Yang didapat di ruang gedung tes tapi belum terpakai sampai sekarang adalah... pisau lipat, korek api, Nokia dan... korek api kayu mungkin..."
Sambil berpikir, ia mengeluarkan batang korek api itu dan mengamatinya: "Kombinasi Nokia dan pisau kecil sebenarnya juga bisa menyalakan api (menggunakan baterai lithium ponsel)... Tapi secara kasat mata, dua item dengan fungsi yang jelas tumpang tindih adalah korek api dan korek api kayu."
Feng Bujue lalu mengambil korek api dan mengetuk roda giginya, nyala api langsung muncul: "Hmm... masih bisa menyala." Ini sudah diduga karena sebelumnya di kamar mandi ia pernah menyimpan dan mengambil kembali item ini. Meski sempat rusak karena terendam air, sekarang sudah tidak masalah lagi.
"Di ruangan ini, banyak cara menyalakan api. Ada kompor gas, banyak kabel listrik, atau menggunakan bahan kimia dari makanan di kulkas." Pikir Feng Bujue: "Di sini, korek api kehilangan 'keunikannya' dalam hal fungsi. Tapi... bagaimana dengan korek api kayu..." Pandangannya tertuju pada korek api kayu, "Selain untuk menyalakan api, sepertinya terkait dengan 'teka-teki korek api'..." Yang ia maksud adalah puzzle matematika seperti "Geser satu batang korek api untuk membuat persamaan menjadi benar".
"Hmm... sepertinya tidak berhubungan dengan teka-teki di depan mata." Saat hendak meletakkan korek api, tiba-tiba terpikir: "Tunggu... ini kan korek api yang dipegang Gadis Penjual Korek Api, jangan-jangan...
Seperti yang diketahui semua orang, dalam dongeng itu, setiap kali gadis kecil menyalakan sebatang korek api, dia bisa melihat ilusi indah yang terkait dengan pemandangan di sekitarnya..."
Sebuah hipotesis baru muncul di benak Feng Bujue. Ia segera bangkit, mematikan lampu ruang tamu, lalu kembali duduk di sofa. Buku itu dibukanya hingga halaman 600. Setelah menarik napas dalam, dengan korek api di tangan, ia bergumam: "Semoga tidak sia-sia..."
Krek—
Feng Bujue menggesekkan korek api di permukaan kasar sisi meja teh, menyalakan item cerita ini.
Saat nyala api muncul, halaman buku yang terbuka itu segera memproyeksikan gambar tiga dimensi nyata bak pemandangan sebenarnya. Feng Bujue bagai penonton yang larut dalam adegan, di telinganya bergema deru air terjun yang mengguntur...
