"Eh... Profesor X?" tanya Feng Bujue.
"Ya," jawab Profesor X dengan suara hangatnya yang khas, "Selamat datang."
"Tunggu……" Xiao Tan bereaksi cukup cepat, dia mendekat ke telinga Jue Ge dan berbisik: "Ini tidak benar, orang ini bisa membaca pikiran orang lain kan……kalau dia membaca pikiran Nabi……"
"Profesor, saya ingin bertanya, apa kekuatan super Anda?" Feng Bujue mengabaikan Xiao Tan, sengaja bertanya pada profesor itu.
Tak disangka, Profesor Lego X ini menjawab: "Aku tidak punya kekuatan super."
"Ha?" Xiao Tan terkejut, "Tidak mungkin?"
"Ini hal yang jelas." Feng Bujue memiringkan kepala dan berbisik pada rekan tim: "Mainan tidak mungkin memiliki kemampuan mental seperti 'membaca ingatan' atau 'mengontrol pikiran'." Dia mengangkat bahu, "Kalau benar ada……maka ucapanmu tadi yang dibisikkan sama sekali tidak berguna, karena dia sudah tahu sebelum kamu mengatakannya."
"Oh……" Xiao Tan mengangguk, beberapa detik kemudian bertanya lagi, "Eh? Lalu Profesor, bukankah Anda sama sekali tidak punya kemampuan bertarung?"
"Haha……Pengetahuan adalah kekuatan. Meski tanpa kekuatan super, aku tetap bisa melakukan banyak hal." Profesor X tersenyum, "Tentu saja, kamu juga bisa menganggapku sebagai pria botak berkursi roda biasa."
"Tidak-tidak, aku tidak bermaksud begitu." Xiao Tan yang baik hati segera menggelengkan tangan menyangkal.
"Hmm, bagus." Profesor X tetap menjaga senyumnya yang damai, "Karena kalau berani menyebut kata 'kursi roda' atau 'botak', akan kusuruh murid-muridku menindihmu ke tanah lalu menghancurkan tengkorakmu dengan roda kursi ini."
“Halo... Ini benar-benar terkontaminasi ya... Jelas-jelas sangat kesal dengan fakta dirinya tidak punya kekuatan super... Lagipula dia sudah mengucapkan dua kata itu masing-masing dua kali.” Gumam Xiao Tan pelan.
Feng Bujue maju selangkah mengalihkan topik: "Hmm... Profesor, kalau kamu tidak bisa menggunakan telepati, lalu bagaimana kamu tahu 'mereka sudah datang'?"
"Aku cuma membantu Nabi mengantar pesan." Jawab Profesor X. Tiba-tiba dia menambahkan: "Apa! Katamu aku tidak punya kaki untuk berlari?" Lalu mengeluarkan pistol dari saku jaketnya, "Matilah, kalian dua bocah tak tahu sopan santun!"
Setelah berkata demikian, dia melompat dari kursi rodanya dan mulai menembak sembarangan.
Jue Ge dan Xiao Tan langsung kaget, berguling-guling ke kedua sisi sambil berlarian panik sambil menutupi kepala.
Untungnya "akurasi tembakan Profesor X" ini sangat buruk, tidak satupun peluru mengenai sasaran. Selain itu, pistol yang digunakannya dan peluru yang ditembakkan semuanya adalah potongan Lego yang sangat kecil, tidak menimbulkan kerusakan berarti di sekitar.
Tiba-tiba terdengar suara 'swoosh' - bayangan merah melesat secepat kilat merebut pistol dari tangan "Profesor X" sambil berkata: "Hei! Sudah-sudah! Lex Luthor (musuh bebuyutan Superman, salah satu penjahat klasik), waktunya minum obat!"
"Sambil berbicara, Lego Flash langsung mendorong Luthor kembali ke kursi rodanya dan menekan sebuah tombol di belakang kursi roda. Beberapa balok Lego langsung meluncur dari kedua sisi kursi roda, mengikat si botak yang sedang mengamuk itu hingga tidak bisa bergerak."
"Aaa—lepaskan aku! Aku Professor X! Mereka mendiskriminasi penyandang disabilitas! Aaa—" Luthor menghentakkan kakinya, tangannya berjuang mati-matian, sementara Flash mendorongnya pergi.
"Maaf." Sosok biru lain muncul di samping Feng Bujue dan Wang Tanzhi dengan kecepatan yang tidak kalah dari kilat, dialah Lego Quicksilver (Quicksilver, putra Magneto, pada dasarnya versi Marvel dari Flash), "Begitu obatnya habis, dia mulai menunjukkan gejala skizo. Minggu lalu dia bahkan bertelanjang dada, mengecat tubuhnya untuk menyamar sebagai Kratos, tapi kemudian dihantam Hulk sampai gepeng."
"Ngapain juga cari orang seperti ini buat ngirim pesan…" gumam Xiao Tan.
"Intinya… Menurut intel dari Prophet, dua anggota Novel nekat mengabaikan patroli keamanan dan sedang mendekati Rumah Lego, dan akan segera tiba." Quicksilver melanjutkan, "Maksud Prophet, kalian diminta menyelesaikan mereka di luar."
"Oh? Datang sendiri ya." Feng Bujue menyeringai dingin, "Hmph… cukup berani juga kalian, anggota Survey Corps…"
“Lelucon kostum ini sampai kapan kau mau pakai...” Xiao Tan berkata lemas. Jelas terlihat, dalam dua minggu antara berakhirnya "Perdebatan Pedang Cang Ling" hingga "Aku Penulis", Feng Bujue tak henti-hentinya meledek kostum Siyu.
"Baiklah, kita berangkat sekarang juga." Bujue melompat ke atas "LEGO Fugu Gladiator" sambil membuka tutup kokpit.
Bentuk mecha ini mirip ikan buntal berkaki panjang. Seluruh tubuhnya hanya terdiri dari dua bagian: badan (lagipula ikan tidak punya pembagian bagian tubuh dan kepala) serta dua kaki (berbentuk kerucut, tidak bisa diluruskan, dengan struktur tulang aneh).
Selain itu, LEGO Fugu Gladiator (selanjutnya disebut Fugu Gladiator) hanya punya kaki tanpa tangan. Dari ucapan Musashi Koganei "Sudah selesai" bisa disimpulkan, tangan sengaja tidak dibuat bukan karena kehabisan waktu, tapi semata-mata untuk membuat mecha terlihat aneh...
Kokpitnya mirip pesawat bersayap ganda, dengan kursi depan-belakang hanya untuk dua orang. Yang membingungkan: Bagaimana cara mesin ini bertarung? Dan... untuk apa dua pilot di robot tanpa tangan? Apa masing-masing mengontrol satu kaki?
"Oh, kontrolnya sederhana dan jelas ya." Setelah melompat masuk ke kokpit utama di depan, Feng Bujue menemukan hanya ada dua tuas kontrol dan satu tombol putar. Di sebelah kiri tombol tertulis "OFF", kanan "ON". Dua tuas itu jelas untuk mengayunkan kaki kiri-kanan robot. Di depan panel operasi tertulis enam karakter berlebihan - Sistem Kontrol Gerakan.
Xiao Tan menyusul masuk ke kokpit belakang. Begitu duduk, dia terkejut: "Lho! Kok ada banyak sekali tombol di sini!"
"Apa?" Feng Bujue tak percaya. Di kokpit depannya cuma ada tiga komponen kontrol, rasanya memang tak perlu yang keempat. Apa lagi yang ada di belakang?
"Aku lihat dulu." Feng Bujue merangkak keluar, melangkahi dua "sirip ekor" robot untuk mengintip ke kokpit belakang.
Tak disangka, begitu melihat langsung ingin pipis... Di kokpit Xiao Tan ada ratusan tombol di depan dan samping, plus tuas geser, tombol putar, saklar sentuh, berbagai meteran, lampu indikator, dll. Yang paling aneh adalah tombol berkaca pelindung dengan logo peringatan nuklir kuning-hitam...
Di atas panel operasi kokpit belakang tertulis empat karakter - Sistem Senjata.
“Ini benar-benar sinting!” Bahkan Feng Bujue tak bisa menahan diri untuk tidak berteriak keras, "Sistem geraknya lebih primitif dari mobil bumper, tapi sistem senjatanya dibuat seperti General Unilateral Neuro-Link Dispersive Autonomic Maneuver yang canggih!"
“Entah kenapa… rasanya kalau duduk di sini sambil menggelindingkan wajah di keyboard bisa menghancurkan dunia…” Xiao Tan berkata dengan tatapan kosong.
“Hmm… tidak, kalau dipikir dingin… senjata yang dibuat cuma dalam dua puluh menit dengan kurang dari satu kotak Lego, mustahil terlalu hebat.” Feng Bujue bergumam: “Mungkin… tombol-tombol yang banyak itu kebanyakan perangkat tidak berguna. Misalnya… segudang tombol cuma untuk mengatur suhu dan kelembaban kokpit, cuma satu dua yang senjata asli.”
“Hehe… silakan coba sendiri…” Xiao Tan membuka penutup kokpit co-pilot, berdiri dan memanjat ke kokpit utama di depannya, “Aku yang mengontrol pergerakan.”
Feng Bujue tidak mempermasalahkan. Ia melompat dari atas "ekor ikan" dan masuk ke kokpit co-pilot penuh panel kontrol, “Terserah… mari berangkat.”
Mendengar itu, Xiao Tan memutar kenop ON lalu menarik tuas kontrol, menggerakkan Puffer Fighter maju perlahan.
“Halo…Mendorong dan menarik hanya bisa melangkah satu langkah sekali…” Xiao Tan menyadari masalah serius ini setelah robotnya berjalan kurang dari sepuluh langkah,“Dan kecepatan langkah kaki, frekuensinya sepenuhnya sinkron dengan kecepatan tangan saya menarik tuas kontrol.”
“Lalu kenapa?” Feng Bujue bertanya.
“Metode penggerak dengan terus-menerus mendorong dan menarik tuas ini konsumsi stamina-nya hampir sama dengan saya berjalan dengan tangan terbalik…” Xiao Tan menjawab.
“Hmph…” Feng Bujue mendengus merendahkan sambil mengangkat tangan kanannya,“Itu karena kekuatanmu kurang. Kalau aku, dengan satu tangan saja bisa…”
“Hey!” Xiao Tan memotong dengan keras,“Percaya diri menjijikkan macam apa yang kau pamerkan ini!”
……
Bersamaan, di atas rak tertentu di luar Lego House.
Dalam bayangan, sorot mata tajam telah membidik satu-satunya pintu keluar Lego House melalui teropong senapan runduk.
Ini titik tembak yang nyaris sempurna: posisi tinggi, tanpa angin dari segala sisi, jarak ideal. Area keluar Lego House bahkan tak memiliki perlindungan, benar-benar terbuka.
Dengan bantuan kacamata night vision, Beiling bisa mengawasi situasi di sana dengan jelas. Seekor lalat (tentu saja, ukuran lalat sekarang mungkin sebesar tikus) pun takkan bisa lolos.
“Sekarang yang harus dilakukan adalah menunggu...” Siyu memegang teropong penglihatan malam sambil berjongkok di samping Beiling. Kombinasi penembak jitu dan pengamat mereka telah memiliki chemistry yang sempurna, setiap gerakan di luar jangkauan penglihatan Beiling akan menjadi tanggung jawab Siyu tanpa celah.
“Sebenarnya, mungkin mereka sudah meninggalkan Rumah Lego dan kembali ke wilayah pendudukan Classic.” Beiling tetap mempertahankan posisi bidikannya tanpa bergerak sama sekali saat berbicara.
Siyu melanjutkan, “Laporan dari Pengawal Pribadi kami terima pada pukul 1:53, sementara Bujue dan Xiao Tan masuk ke Rumah Lego sekitar pukul 1:40. Jika tujuan mereka masuk untuk menyelesaikan quest atau memicu alur cerita, seharusnya tidak akan cepat keluar.”
“Bagaimana jika mereka seperti kita, mengabaikan penjaga malam dan berani beraktivitas di luar setelah pukul 1:55?” Beiling bertanya, “Maka mereka punya celah waktu sekitar sepuluh menit untuk kabur sebelum kita tiba.”
“Hmm... Hipotesis ini punya dua prasyarat... Pertama, mereka menyelesaikan urusan di Rumah Lego dengan kecepatan luar biasa; Kedua, mereka belum ingin bertarung dengan kita.” Siyu berkata sambil berpikir: “Mengikuti gaya Bujue...”
“Untuk misi sampingan atau quest tersembunyi, Ketua guild mungkin sementara menghindari kita.” Beiling menambahkan, “Dan penghindaran seperti ini juga tidak akan dianggap sistem sebagai 'permainan pasif', hanya strategi taktis.”
“Jika mereka benar-benar sudah kembali ke wilayah Classic, posisi kita di sini akan sangat berisiko.” Siyu menyimpulkan.
Beiling menghela napas panjang: "Aku sudah memikirkannya, patroli keamanan selesai pada pukul 2:15 dini hari. Dari saat itu, kita tunggu 15 menit lagi. Jika sampai pukul 2:30 belum ada orang yang datang, atau selama itu ditemukan oleh mainan yang memusuhi kita, kita mundur dulu. Setelah itu manfaatkan pasukan militer untuk bertahan."
Saat kedua anggota tim perempuan ini menganalisis dan merundingkan berbagai strategi yang masuk akal, kedua pria yang mengendarai mecha mesum itu sudah mendekati pintu keluar Lego House.
Tap-tap-tap-tap... Puffer Warrior berlari dengan langkah lebar.
Xiao Tan di kokpit utama kelelahan seperti kakek-kakek... Sementara Feng Bujue di kursi penumpang menyangga dagu dengan satu tangan sambil menguap.
"Ngomong-ngomong, bukankah seharusnya kita minta Musashi Koganei membuat kendaraan terbang? Mendekati musuh dari udara pasti lebih cepat dan aman." Xiao Tan menggerutu sambil terengah-engah.
"Kalau menurutmu begitu... Bukankah lebih praktis kita langsung mendekati markas musuh dari atas rak barang, atau aku bawa kamu terbang lebih tinggi dengan Geppou?" sahut Feng Bujue.
"Eh? Benar juga!" sambung Xiao Tan.
"Tentu saja semua skenario itu sudah kupikirkan," kata Feng Bujue. "Tapi kalau begitu, yang akan menjulurkan lidah kelelahan jadi aku, kan?"
"Ha?" Xiao Tan marah. "Ini jelas-jelas kamu menjebak rekan tim!"
"Bukan begitu." Feng Bujue menyandarkan tangan di belakang kepala sambil bersandar di kursi, "Jangan lupa...kamulah yang merangkak masuk ke kokpit utama..."
Satu detik kemudian, terdengar suara "pak" dari depan, mungkin suara Xiao Tan menampar dirinya sendiri.
"Ada...sesuatu yang keluar..." Beiling tiba-tiba berkata.
Siyu yang melihatnya tidak menembak langsung menyadari situasi aneh, segera mengarahkan teropong ke area depan rumah Lego. Saat melihat objek dalam penglihatan, ia menurunkan teropong...menggosok mata lalu mengangkatnya kembali.
"Aku bertaruh lima koin, Bujue ada di dalam." Siyu berbicara dengan nada datar yang dingin.
"Monster Lego ini pasti hasil rakitan dua idiot itu sendiri..." Beiling menjawab dengan nada sedih seperti "mereka sudah tak tertolong lagi".
"Jika ini mainan yang memang ada dalam Quest..." Siyu menyambung, "pasti tidak akan pernah laku terjual."
"Lagipula mainan-mainan tidak mungkin berkeliaran saat patroli satpam." Beiling mengisi senapan runduknya dengan peluru khusus sambil berkata, "Ini jadi menarik...apa mereka bisa selamat jika kendaraannya tiba-tiba meledak..." Senyum licik mengembang di bibirnya saat lubang laras senapan mengarah ke bagian tubuh River Pea Warrior.
Bang——
Saat Beiling menekan pelatuk, dentuman keras seperti guntur membelah langit. Sebutir peluru berpendar hijau melesat deras.
