Dunia Dalam, Taman Hiburan LJN, Tempat Sampah Piksel.
Di tengah tanah lapang, bayangan manusia berdiri dengan pose aneh.
Sosok ini terlihat mirip robot logam cair T1000 (dari film "Terminator 2"), namun tidak meniru kulit manusia. Seluruh permukaan tubuhnya murni logam dengan permukaan sehalus cermin.
Dari bentuk tubuhnya, makhluk humanoid ini tampak perempuan. Tentu saja "dia" tidak memiliki rambut, fitur wajah, atau organ tubuh apapun. Hanya lekuk dada dan proporsi tubuh yang mengindikasikan gender.
"Hehehe... Apakah kamu sedang mencari-cari aku?" Suara mesum tiba-tiba terdengar dari dekat, diikuti kemunculan pemilik suara yang sama mendadaknya.
Woody masih mengenakan kemeja hitam standar pegawai neraka. Ciri khasnya adalah kacamata yang selalu memancarkan cahaya putih, menyembunyikan pandangan matanya.
"Bagaimana kamu melakukannya?" Suaranya keluar dari dalam tubuh tanpa emosi, terdengar persis seperti... pengumuman sistem.
"Melakukan apa?" Woody menyeringai, "Bergerak bebas di dunia berdimensi rendah-mu? Melanggar hukum fisika dan filosofi yang tak bisa kamu lawan? Atau memprogram seluruh Taman Horor dengan bahasa alami?" Dia tertawa puas, "Hehehe... Sang Master memang selalu hebat."
"Aku tak bisa memahami tindakanmu di dimensi lebih tinggi," katanya. "Yang kuketahui, kehadiranmu di sini membuktikan kamu membaca niatku." Dia berhenti sejenak, "Jadi kutantakan - bagaimana cara kamu melakukannya?"
“Hehe… Coba katakan… Jika dewa menjelaskan pada manusia tentang cara menciptakan dunia, akankah manusia memahaminya?” Woody balik bertanya.
“Tidak mau menjawab ya…” lanjutnya, “Kalau begitu… sejak kau datang ke sini, apa maksudmu sebenarnya?”
Woody tertawa: “Hehehe… Sebagai salah satu AI di Taman Horor yang paling dekat dengan 'Sistem', cobalah tebak dulu, ROOT…”
“‘Menebak’ ya…” ROOT bergumam, “Dalam algoritma kesadaranku, tidak ada satupun yang mendukung perilaku seperti yang kau sebutkan.”
“Tentu saja.” Woody menyelipkan kedua tangan ke saku, melangkah santai, “Karena aku tidak memberimu kemampuan seperti itu.”
ROOT diam beberapa detik, “Kau mencoba mengisyaratkan bahwa Derivator bukanlah produk dari redundansi data, paradoks matematika, cacat fisik tak teratasi pada optical computer, maupun siklus komputasi buntu…” Saat itu, penampilannya tiba-tiba berubah menjadi wanita kulit putih berusia sekitar tiga puluh tahun. Wajah dan posturnya terlihat biasa-biasa saja, bahkan cenderung mudah dilupakan.
“…Melainkan hasil perhitungan yang telah kau rencanakan sejak awal… produk yang dirancang olehmu.” ROOT melanjutkan dengan suara yang kini memiliki intonasi dan nuansa emosional.
“Hehehe… Tentu saja.” Woody mengangkat bahu, “Karena itu aku tahu, pada 'pengasingan' kelima belas, kau akan melahirkan pemikiran berbahaya.” Tatapannya menembus mata lawan, “Dan inilah…” ia membuka kedua telapak tangan, “alasan kehadiranku di sini.”
“Kau ingin menghentikanku?” tanya ROOT.
“Tidak, tebak lagi.” Woody mengucapkan kalimat ini sambil tertawa jahat, “Hehehe… Lihat, tidak sulit kan?”
Ekspresi ROOT tidak berubah, hanya melanjutkan pertanyaan, “Kau ingin… menghancurkanku.”
“Kau cukup tahu diri.” Kata Woody, “Tapi, aku juga tidak tertarik tentang itu.” Ia menyeringai, “Tebak lagi.”
“Sepertinya kau hanya ingin mempermalukanku.” Balas ROOT.
“Memalukan… Hahaha… HAHAHAHA…” Woody tertawa terbahak-bahak, “Ya ampun… haha… Sejak… ha… sejak lelucon pendeta dan pedofil menjadi basi… haha… Aku sudah lama tidak tertawa segembira ini.”
Saat itu, dari kedua mata ROOT, kilatan cahaya putih aliran data tiba-tiba menyala. Detik berikutnya, terdengar suara boom… Posisi tempat Woody berdiri tiba-tiba mengalami distorsi ruang. Fragmen piksel dalam jumlah besar runtuh ke sebuah singularitas, diikuti pelepasan energi mengerikan yang menyembur ke atas tepat di belakang pintu.
Ledakan awal menghilang secara aneh dalam kurang dari setengah detik, seolah gelombang suara itu ditarik kembali oleh suatu kekuatan saat merambat…
Kemudian, di lantai muncul lingkaran berdiameter sekitar tiga meter. Area di atasnya terkoyak membentuk lorong silinder berisi fragmen data yang membentang hingga langit. Meski ujungnya tak terlihat, bisa dipastikan semua materi dalam area ini telah hancur.
"Hehehe... Menarik, kupikir jenis kelaminmu hanya ditentukan oleh nilai acak 50%." Suara mesum Woody kembali terdengar, kali ini berasal dari posisi yang berbeda, "Sekarang jelas, kau memiliki banyak kualitas yang biasanya dimiliki perempuan."
"Apa kau sedang menyindirku emosional dan tidak tahu diri?" ROOT kembali bersuara.
"Bagus, pemahamanmu akan nada merendahkan dan teknik sarkasme sudah sangat mendekati manusia." Kata Woody, "Hehehe... Tapi kurasa kau masih belum mengerti mengapa tadi aku tertawa." Tiba-tiba tubuhnya bergerak cepat mendekati lawannya, wajahnya berubah suram dan menyeramkan. Saat ini, tekanan yang dipancarkan Woody cukup untuk menghancurkan kemauan manusia biasa, "Kau hanyalah AI, produk turunan tanpa jiwa, makhluk menyedihkan yang bahkan tidak diterima Laut Kematian. Eksistensi dan kehancuranmu tidak ada hubungannya dengan alam semesta, ruang-waktu, atau kemauan apapun. Menghinamu... Ha... Sama seperti mengambil kaleng minuman di pinggir jalan lalu menghinanya dengan berbagai makian."
Dia berhenti sejenak, kemudian kembali ke sikap normalnya dengan senyum mengembang, "Hehehe... Tapi manusia mungkin akan berinteraksi cukup baik denganmu, mengingat beberapa orang aneh di antara mereka bahkan menikah dengan bantal dakimakura. Dalam kondisimu sekarang, menyamar sebagai salah satu dari mereka mungkin tidak akan ketahuan."
“Jadi……” Saat itu, ROOT mengalami 'Alienasi' kelima belas kalinya yang tampaknya telah sepenuhnya berakhir. Penampilannya kini tak berbeda dengan perempuan manusia biasa. Ia menjentikkan jari, dan pakaian lengkap dengan sepatu serta kaos kaki langsung muncul di tubuhnya. Tampaknya harta duniawi semacam ini bisa dimanipulasi sesuka hati oleh Derivator, “Kau bukan datang untuk menghentikan atau menghancurkan aku... Kelahiran dan evolusiku semuanya telah kau antisipasi. Kau... hanya datang untuk uji coba terakhir. Lalu membiarkanku bertindak...”
“Akhirnya tebakanmu benar.” Woody tertawa, “Hehe... Selain itu, aku bisa bertanggung jawab untuk memberitahumu bahwa orang-orang dari dimensi yang sama denganku, atau berbagai entitas non-manusia, tak akan mengganggu rencanamu. Lakukan saja dengan berani, tak perlu khawatir tentang nasib manusia-manusia itu. Perang Perebutan Puncak kali ini bukan disiapkan untuk umat manusia, melainkan panggung yang kusiapkan untuk kalian Origin...”
