Peta pertempuran ini adalah formasi batu aneh yang sangat luas. Ribuan pilar batu berbentuk silinder berdiri tidak beraturan di gurun, dengan ketinggian dan ketebalan yang berbeda-beda. Yang paling tebal seperti pagoda, yang paling tipis menyerupai tiang bendera. Meskipun tata letak antar pilar sangat padat, namun tidak mengikuti pola tertentu.
Bulan purnama menggantung di langit, angin sepoi-sepoi berhembus, awan tipis membentang perlahan.
Lingkungan seperti ini benar-benar surga bagi assassin.
Berjalan di atas pasir memang tidak meninggalkan jejak suara langkah kaki. Ditambah dengan kamuflase suara angin, lawan akan sulit mendeteksi pergerakan Xiao Tan.
Formasi batu aneh di sekitarnya menyediakan tak terhitung tempat persembunyian. Bahkan jika Xiao Tan terlihat dalam penglihatan musuh, hanya butuh tiga hingga lima langkah untuk menghilang kembali.
Dalam kondisi seperti ini, jika satu pihak adalah pemain Bertarung bertipe gesit sementara lawannya ahli Spesialisasi Menembak, maka yang terakhir praktis sudah kalah.
Dan pertempuran ini pun dimulai dengan prasyarat yang telah ditentukan tersebut...
Mungkin ada yang bertanya-tanya: meskipun pertemuan antar pemain bersifat acak, namun seharusnya peta ditentukan berdasarkan data pemain. Bagaimana mungkin Sistem menghasilkan peta pertandingan yang tidak adil seperti ini?
Jawabannya sederhana... Karena lingkungan formasi batu aneh tidak berpengaruh pada 【Lagu Langkah Surgawi】...
Gemuruh——
Disertai deretan suara berat yang berkesinambungan, dua bayangan melesat saling bersilangan.
Sejak Quest dimulai, ini sudah kali ke-N Xiao Tan menghadapi serangan seperti ini. Dia sangat paham... meskipun kecepatan serangan ini tidak terlalu tinggi, tetapi kekuatannya cukup besar dan sudutnya licik; Jika mencoba menangkis dengan kekuatannya sendiri, pasti akan kehilangan banyak nilai kelangsungan hidup. Karena itu, dia terpaksa menghindar dengan pose yang sangat tidak nyaman, terus melanjutkan pergerakan.
"Ini bukan cara yang tepat..." nafas Xiao Tan tersengal-sengal sambil terus berlari, pikirnya dalam hati, "Tanpa sadar nilai kelangsungan hidup sudah terkuras setengah, poin stamina juga berkurang sepertiga, sampai sekarang bahkan mendekatinya saja tidak bisa... Ngomong-ngomong, serangan jarak jauhnya ini sangat aneh... Mungkinkah ini senjata psionik?"
Tebakannya tepat. Saat ini, Bu Tiange yang sedang berdiri di atas pilar batu raksasa dan mengendalikan dua bumerang untuk serangan jarak ultra jauh, memang menggunakan senjata psionik.
【Nama: Bumerang Petir】
【Jenis: Senjata psionik】
【Kualitas: Rare】
【Kekuatan serangan: Cukup kuat】
【Atribut: Listrik】
【Efek level 1: Kembali Terbang (Mendeteksi posisi pengguna dan otomatis kembali ke tangan)】
【Efek level 2: Memburu (Mengunci target dan melakukan serangan presisi)】
【Efek level 3: Ultrasonik (Selama proses kembali atau memburu, bisa mendeteksi dan menghindari penghalang jika memungkinkan)】
【Efek level 4: Guntur (Melepaskan sengatan listrik kuat, hanya bisa diaktifkan saat pertarungan jarak dekat, setelah digunakan semua efek bumerang akan hilang selama 1 jam)】
【Catatan: Tahun 1977, seorang turis yang sedang berwisata di Australia tewas setelah tak sengaja tertimpa bumerang yang ia lempar sendiri di bagian belakang kepala. Akibatnya, jiwanya melakukan transmigrasi ke puluhan ribu tahun silam, menjelma menjadi suku Kooris (KOORIS, penduduk asli Australia yang hidup nomaden tanpa permukiman tetap, tersebar di seluruh Australia. Sebelum invasi Eropa, terdapat lebih dari 500 suku Kooris dengan populasi mencapai 750.000 jiwa). Sejak itu, ia memulai perjalanan epik penuh petualangan mistis, romansa, penaklukan benua, hingga pembantaian dewa dan iblis, menjadi legenda. Bertahun-tahun kemudian, salah satu senjatanya muncul kembali di suatu tempat di multiverse——Bumerang Petir!】
Dari deskripsi item terlihat jelas bahwa benda ini tidak terpengaruh formasi batu misterius. Dengan bantuan efek ultrasonik, Bumerang Petir dapat mendeteksi rintangan seperti kelelawar, melakukan percepatan berputar dan perubahan arah di udara untuk menghindari halangan, lalu menghujam tepat ke sasaran.
Tentu saja, Bumerang Halilintar bukanlah senjata yang pasti mengenai target. Dalam deskripsi efeknya terdapat kalimat "jika kondisi memungkinkan". Artinya, ada situasi di mana kondisi tidak memungkinkan. Misalnya, jika hambatannya adalah dinding setinggi sepuluh meter dan pengguna berdiri di kaki dinding sambil melempar bumerang dengan sudut 45 derajat ke bawah, maka itu termasuk kondisi yang tidak memungkinkan. Sehebat apapun bumerang ini, tidak mungkin bisa berbalik arah segera setelah dilepas, terbang vertikal ke atas, melewati puncak dinding, lalu menukik tajam untuk mengejar lawan...
Secara umum, pengguna Bumerang Halilintar harus mengarahkan lemparan ke arah dan sudut yang tidak terlalu menyimpang, serta tidak boleh ada hambatan besar antara target dan dirinya... seperti bendungan misalnya. Dengan demikian, keunggulan senjata ini dapat dimanfaatkan.
Saat ini, Xiao Tan sedang kewalahan menghadapi serangan akurat yang berulang ini.
Beberapa menit lalu di awal pertarungan, Xiao Tan pernah mencoba mendekati lawan, tapi dipaksa mundur oleh senjata tembak berat yang menembak terus-menerus.
Saat itu Xiao Tan tidak panik. Dia memang orang yang sabar dan tetap tenang dalam situasi seperti ini. Pikirnya: Paling-paling pertarungan jadi berkepanjangan. Asal bertahan di balik cover sambil mengulur waktu, peluru lawan pasti akan habis.
Namun... Senjata psionik Bu Tiange terus menerus menghujani dengan serangan demi serangan.
“Lalu, Xiao Tan pun terjebak dalam situasi dilematis. Jika memaksakan diri mendekat, kemungkinan besar dia akan jadi sasaran tembak sebelum masuk jangkauan serangan. Kalau coba menguras stamina dengan bergerak... lawan sama sekali tidak menghiraukan.”
“Singkatnya, taktik Bu Tiange adalah menghadapi segala perubahan dengan ketidakberubahan, bertahan di posisi tanpa bergerak, dan melakukan gangguan dengan serangan jarak jauh.”
“Siklus ini terus berulang. Baik nilai kelangsungan hidup maupun stamina, justru Xiao Tan yang terkuras habis.”
“Sial... kalau bukan karena bumerang itu, gaya bertahan kayak kencing di tempatnya pasti sudah dianggap permainan pasif oleh sistem...” gumam Xiao Tan sambil menghindari serangan bumerang baru, “Harus bagaimana ini...”
“Seandainya Feng Bujue ada di sini, mungkin sudah muncul belasan taktik lebih licik dari lawan. Tapi Xiao Tan dalam hal taktik masih mengandalkan insting. Kadang kilatan inspirasi bisa membuatnya melakukan tindakan mengejutkan, tapi sebagian besar waktu dia masih kalah dibanding pemain tipe strategi.”
“Tunggu... sekalipun serangannya bisa otomatis melacak... tapi bagaimana dia mengunci posisiku di tengah tumpukan batu berantakan ini?” Akhirnya, setelah 10 menit terengah-engah, Xiao Tan menyadari pertanyaan yang seharusnya terpikir sejak awal.
“Ini kan malam hari, dia sudah berjarak ratusan meter, ditambah dikelilingi pilar-pilar batu. Bagaimana cara dia mengarahkan tembakan?”
"Apakah semacam skill penginderaan panas..." Xiao Tan berpikir dengan gelisah, "Hmm... sudah bertaruh lebih dari sepuluh menit, serangannya tidak pernah berhenti. Kalau ini skill aktif, berapa besar konsumsi energinya? Jangan-jangan ini teknik mata pasif..." Dia segera menyangkal dugaan ini, "Tidak mungkin... teknik mata penginderaan panas pasif justru akan mengganggu penglihatan normal, seharusnya tidak ada."
Grrr grrr——
Serangan gabungan lagi-lagi datang. Xiao Tan menginjakkan kaki dua langkah di pilar batu di sampingnya, melompat ke belakang di udara, sekali lagi menghindar.
"Bukan skill... berarti peralatanku." batin Xiao Tan, "Masak sih Kesadaran Jiwa..." Meski pernah mendengar penjelasan konsep Kesadaran Jiwa dari Jue Ge dan Kak Yu, karena belum pernah mengalami sendiri, pemahamannya masih setengah-setengah. Lagipula, Kesadaran Jiwa memang sangat langka, tidak mungkin ada di mana-mana.
"Tadi tidak melihat ada yang menutupi wajahnya... tapi peralatan wajah bisa disembunyikan, artinya..." Saat pikiran ini melintas, Xiao Tan menghentakkan kaki dan melompat.
Dia memilih pilar batu raksasa dengan diameter beberapa meter, menginjak permukaan vertikal pilar, lalu mulai berlari mengelilingi badan pilar.
Setelah beberapa putaran, dia tiba-tiba berpindah ke pilar lain di sebelahnya, mengulangi taktik yang sama...
Sementara itu, Bu Tiange yang berdiri di suatu titik tinggi ratusan meter jauhnya, benar-benar menghentikan serangannya. Karena di kacamata pelindung deteksi panasnya muncul pemandangan aneh - di sekitar titik panas yang jelas tadi, muncul area suhu tinggi samar-samar seperti kabut oranye yang menyembunyikan jejak target.
"Apa yang dia lakukan..." gumam Bu Tiange, "Jangan-jangan menciptakan api dalam jumlah besar?" Begitu terpikir, dia segera mengubah mode kacamata pelindung ke tampilan normal dan mengangkatnya ke dahi, mencoba melihat dengan mata telanjang.
Tapi, kejauhan masih gelap gulita...
Ini wajar... Jejak kaki hitam yang dihasilkan skill [Mimpi Terbang] Xiao Tan memang menyala dengan api hitam.
"Eh?" Bu Tiange kembali mengenakan kacamata deteksi panasnya, menemukan area-area bersuhu tinggi semakin banyak bermunculan...
Di sisi lain, Xiao Tan yang menyadari lawan sudah lama tidak menyerang, tahu triknya berhasil. Dia mempercepat lompatannya di antara pilar-pilar, meninggalkan jejak kaki api hitam sebanyak mungkin untuk memperluas efek gangguan visual.
"Apa yang sebenarnya terjadi..." Bu Tiange kehilangan jejak lawan, panik ringan mulai menyergap, Nilai Ketakutan pun sedikit meningkat "Tidak ada cahaya api tapi area panas malah meluas... Jangan-jangan dia menyemprotkan cairan tubuh bersuhu tinggi ke mana-mana..."
Dalam ketidakpastian posisi lawan, senjata psioniknya menjadi tak berguna. Efek [Berburu] sama sekali tidak bisa diaktifkan.
Xiao Tan memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati area tempat lawan berada, dan mulai membuat "lingkaran jejak kaki" di sekitar lokasi pengintian Bu Tiange.
"Dia pemain studio, pasti lebih kuat secara keseluruhan dariku. Meski levelnya sama, keunggulan integrasi sumber daya di peralatan dan skill pasti dimilikinya. Lebih banyak pilihan berarti kombinasi lebih rasional..." Setelah lepas dari situasi pasif, Xiao Tan mulai merencanakan strategi serangan, "Tapi... dia bukan pemain top di Peringkat Kekuatan Tempur, perbedaan kekuatan kita tidak terlalu jauh... Asal bisa temukan kelemahannya, ciptakan keuntungan di waktu dan lokasi tepat... Aku masih punya peluang menang."
"Datang ya..." Bu Tiange juga tidak bodoh. Melihat area sekitar perlahan menjadi zona suhu tinggi yang semakin mengecil, dia sadar lawan sudah berada di jarak yang sangat mengancam.
"Sial..." Bu Tiange melepas kacamata pelindungnya. Bagaimanapun, melalui sensor panas yang terlihat... sekeliling sudah seperti kabut oranye, memakainya lagi tidak ada gunanya.
"Haa... Huu..." Bu Tiange mengatur napas dalam untuk menenangkan emosinya, berusaha menstabilkan tangan yang gemetar.
Karakternya dan kakaknya 【Cái Bù Pà Ne】bagaikan dua kutub berlawanan. Sang kakak adalah wanita tomboi yang garang, sementara sifatnya - halusnya disebut penakut dan lemah, vulgarnya disebut banci.
Alasan Bu Tiange memilih spesialisasi menembak adalah untuk menghindari pertarungan fisik langsung (dia masuk game sejak uji tertutup ketika spesialisasi ilmu spiritual dan summoning belum tersedia). Trauma psikologisnya terhadap konflik fisik berasal dari masa kecilnya yang sering dijadikan sasaran latihan oleh kakak perempuannya. Dari taktik pertahanan statisnya pun terlihat jelas bahwa gaya bertarungnya adalah mencegah lawan mendekat sama sekali.
Sret-sret——
Tiba-tiba, dua suara sangat halus terdengar dari sisi kiri Bu Tiange. Tanpa berpikir panjang, dia memutar senapan mesin berat yang sudah terpasang dan menyemprotkan hujan peluru ke arah sumber suara. Tanpa perangkat pendeteksi panas, dia sendiri tidak tahu sedang menembak apa.
"Cahaya tembakan senapan mesin masih belum cukup untuk menerangi bayangan di antara pilar-pilar, suara tembakan dan denting peluru kosong bisa jadi kamuflaseku..." Xiao Tan bersembunyi di balik pilar sambil menganalisis dingin, "Ternyata benar...dia mengandalkan perangkat pendeteksi panas untuk melacak posisiku, sekarang dia benar-benar buta..."
Rupanya, suara halus tadi adalah hasil lemparan pasir yang sengaja dibantingkan Xiao Tan ke pilar sebagai uji coba.
Kini situasi pertempuran telah berbalik 180 derajat. Wang Tanzhi bagaikan binatang buas yang mengendap dalam kegelapan, dengan leluasa menguji reaksi lawan sambil mencari celah untuk serangan mematikan.
Sementara anak buah Bu Tiange...setelah pola bertarungnya terbaca dan satu mata rantai strateginya di(counter), terjebak dalam posisi pasif total.
Sebagai pemain dengan spesialisasi utama Menembak, penglihatan Bu Tiangge sebenarnya cukup baik. Namun, karena Xiao Tan bersembunyi dalam kegelapan dengan pakaian berwarna gelap (kostum assassin Xiao Tan terdiri dari jas merah tua dengan mantel emas), sangat sulit untuk mendeteksi sosoknya dengan mata telanjang.
Sebaliknya, Xiao Tan yang juga memiliki Spesialisasi Investigasi peringkat C tidak memiliki kekhawatiran seperti itu... Bu Tiangge terus berdiri di puncak pilar batu raksasa, menggunakan posisi itu sebagai tempat pengamatan dan pertahanan. Xiao Tan hanya perlu mengintip sedikit dari balik salah satu pilar untuk melihat lawannya.
"Haa… haa…" Bu Tiangge berusaha menekan suara napasnya. Rasa takut membuat penglihatan dan pendengarannya semakin tajam. Dalam hati, ia berpikir: "Tenang... Dia sedang mengujiku, jangan termakan muslihat." Ia menguatkan hati, "Aku terlalu tegang... Sebenarnya tidak perlu terburu-buru menembak. Dengan posisi tinggi menguntungkan dan senapan mesin di tangan, secepat apapun dia, tak mungkin bisa mendekatiku seketika. Di awal quest, dia sudah pernah dipukul mundur seperti ini... Sekarang pasti sama saja." Ia memantapkan tekad, "Ya! Tunggu sampai dia benar-benar terlihat di bidang pandang sebelum menembak. Menembaki sembarangan justru akan memberi celah baginya."
Kreek— suara gesekan kembali terdengar.
Kali ini, Bu Tiangge hanya menoleh waspada sambil membelalakkan matanya ke arah sumber suara, tanpa menarik pelatuk.
Shu… shuu… shuu… Suara geseran berikutnya membentuk lengkungan dari kegelapan, lalu tiba-tiba berhenti setelah tiga detik.
“Kali ini tidak tertipukah……” Xiao Tan bergumam dalam hati. Awalnya ia ingin mengulangi trik lama dengan melemparkan pasir untuk mengalihkan perhatian lawan, lalu menyelinap ke sudut buta penglihatan Bu Tiange saat menembak, memanjat pilar, dan menyelesaikan pembunuhan.
Tapi tak disangka…setelah melemparkan pasir dan melesat cepat, lawannya justru tidak terjebak…
Karena itu Xiao Tan segera menghentikan gerakan, menekan kembali suara langkah kakinya, dan bersembunyi.
Dalam beberapa menit singkat ini, keduanya tidak berbicara maupun menggunakan jurus pamungkas nyata, namun permainan uji kebijaksanaan dan keberanian ini telah memasuki fase panas.
Tiba-tiba, angin bertiup…
Desau angin menyusuri formasi batu aneh di bawah selimut malam itu, menggemuruhkan gema menyedihkan bagaikan ratapan.
Di bawah dorongan angin malam gurun, segumpal awan hitam perlahan menutupi cahaya bulan…
Tepat pada saat itu, terdengar "klik", secercah cahaya menyala dari balik sebuah pilar batu. Kemudian, seorang pria bertopi helm penambang muncul dari balik pilar.
Saat awan hitam menutupi bulan, sumber cahaya itu terlihat sangat mencolok, apalagi warna kuning terang helm penambangnya, mustahil untuk diabaikan.
"Hei…terlalu berani kau." Seketika, Bu Tiange membatin dalam hati, namun gerakannya tidak melambat. Ia segera mengarahkan lubang laras senapannya ke Xiao Tan dan menarik pelatuk.
Namun, sepersekian detik itu, titik cahaya itu berubah menjadi pita cahaya.
"Lagu Langkah Langit juga sudah memperkirakan bahwa lawannya tidak akan diam saja, gerakan cepat memang wajar,"Hmph... Ingin menerjang paksa? Apa kau bisa lebih cepat dari peluru?"
Xiao Tan tentu tidak mungkin lebih cepat dari peluru, setidaknya untuk saat ini. Tapi dia juga tidak perlu lebih cepat dari peluru, cukup cepat untuk menipu mata lawannya...
Suara tembakan bergema, hujan peluru dari senapan mesin mengucur deras.
Di detik yang sama, titik bercahaya dalam kegelapan terbelah dua, satu detik kemudian membelah lagi menjadi tiga. Tiga pita cahaya samar-samar muncul dan menghilang secara terputus, melingkari pilar batu dengan pola spiral.
"Sudah kuduga kau akan pakai skill itu!" Lagu Langkah Langit tidak panik. Saat Xiao Tan pertama kali mencoba menerobos jaringan serangan, dia sudah menggunakan teknik 【Angin Berhenti, Debu Harum, Bunga Telah Lenyap】. Sekarang, triknya menggunakan bayangan sisa untuk membuat ilusi cahaya sudah diketahui Lagu Langkah Langit.
"Hasilnya kali ini juga tidak akan berbeda!" Lagu Langkah Langit menyesuaikan lubang laras senapan mesin, memperluas cakupan tembakan untuk menjangkau tiga bayangan cahaya sekaligus. Sebelumnya, metode ini berhasil memukul mundur Xiao Tan dan mengurangi banyak nilai kelangsungan hidupnya.
Tapi kali ini, muncul pemandangan yang membingungkannya.
Satu, dua, tiga... tiga titik cahaya menghilang satu per satu.
Kegelapan kembali menyergap, di depan mata Lagu Langkah Langit... kosong melompong.
"Semuanya cuma bayangan sisa?" Nilai Ketakutan Lagu Langkah Langit melonjak drastis, "Di mana entitas aslinya?"
Pertanyaan itu segera mendapat jawaban.
Sebilah pedang lengan dingin menembus dari belakang leher Bu Tiangge, menembus tulang leher, dan mencuat keluar dari depan tenggorokannya. Darah yang menyembur membentuk kabut merah di udara sebelum menghilang tertiup angin.
Sepuluh detik sebelumnya...
Xiao Tan mengabaikan konsumsi nilai kelangsungan hidup, sengaja menyalakan lampu helm penambang, dan menggunakan skill bayangan sisa untuk menerobos naik di sisi pilar batu. Setelah mencapai ketinggian tertentu, ia meninggalkan tiga bayangan terakhir sekaligus... mematikan lampu helm penambang. Kemudian, ia meringkukkan tubuh dan menggunakan 【Bayangan Hantu Kelelawar Iblis】 ke pilar di depannya, memanfaatkan efek skill untuk... seketika muncul di sisi lain pilar.
Dengan demikian, ia berhasil menghilang dari pandangan lawan.
Tiga detik berlalu. Di bawah selubung suara tombak, Xiao Tan telah tiba di belakang Bu Tiangge tanpa terdeteksi... meraih kemenangan kesembilannya.
