"Tak kusangka kau cukup kuat saat serius..." Beiling tetap memberikan pujian pada Xiao Tan yang baru kembali.
"Iya, apalagi tindakan impulsif di akhir tadi yang mengorbankan keuntungan untuk serangan penentu. Membuat seseorang menunjukkan ekspresi jantung berdebar-debar." Feng Bujue tersenyum licik, menunjuk Beiling dengan jarinya, "Tampil keren lebih penting daripada kemenangan, itu hukum alam."
"Ketua guild... Jangan mengarang skenario fiktif yang bisa menimbulkan kesalahpahaman." Beiling menyipitkan mata, melirik Jue Ge.
"Aku juga melihat lho." Siyu tanpa ragu mengkhianati sepupunya...
“Kakak sepupu！”Beiling seketika pipinya memerah, berkata dengan nada kesal.
Xiao Tan hanya tersenyum canggung di samping, tidak menyambut omongan. Dia orang yang baik hati, biasanya tidak melakukan hal yang keterlaluan.
Feng Bujue juga tahu kapan harus berhenti, dia segera mengalihkan topik, "Kalau begitu... sejak masuk ke grup pemenang, kecuali ada kejadian tak terduga, dua hari ke depan kamu tidak ada pertandingan lagi. Ditambah shift lembur berturut-turutmu sudah selesai, seharusnya bisa memanfaatkan hari libur untuk meningkatkan level."
"Hmm... aku juga berharap begitu," sambung Xiao Tan, "Tapi... kemenangan tadi belum tentu menjaminku lolos ke babak kedua. Bagaimana jika peringkatku di grup pemenang termasuk 120 terbawah? Bukankah harus ikut play-off lagi?"
"Percaya dirilah, kamu sudah menang 42 pertandingan," Beiling menyemangati, "Grup pemenang ada 1.500 orang, yang harus ikut play-off cuma 8% saja. Kamu selalu menganggap performa orang lain terlalu bagus, padahal sebagian besar baru lolos setelah main 50 pertandingan. Yang menang di atas 45 pertandingan bisa dihitung jari. Jadi skormu jelas di atas rata-rata."
"Ben... benarkah..." Xiao Tan menggaruk kepalanya.
"Tentu saja benar," Feng Bujue menyambung, "Dari nada bicaranya, pasti dia sudah menyelidiki. Mungkin melihat banyak thread di forum dan menganalisis daftar lolos." Dia berhenti sejenak, "Menurut intuisi dan EXP detektif ini, perhatian khusus Xiao Gutou pada seseorang pasti ada udang di balik batu..."
"Bukannya kamu seniman, sastrawan besar?" Beiling memotong dengan nada kesal, "Sekarang pindah profesi lagi ya!"
"Hmph... Saat diperlukan, aku bisa menjadi berbagai macam orang, melakukan berbagai hal." Feng Bujue menjawab dengan aura kekanak-kanakan, "Identitas rahasiaku sebanyak bulu kerbau. Beberapa jam lalu, aku baru menyelamatkan bumi dari cengkeraman orang Mars."
"Kamu cuma makan takoyaki habis makan malam..." Xiao Tan yang paling mengerti langsung membongkar, "Jelas-jelas lelucon ini sudah dipakai Jue Ge berkali-kali."
"Hmm..." Feng Bujue menjilat bibirnya setelah ketahuan, lalu mengalihkan topik, "Udah... waktunya juga mepet. Ayo kita mainkan dungeon tim. Kalau mau bertahan lebih lama di Peak Battle, level ilmu spiritual Xiao Tan harus cepat ditingkatkan."
"Sial... Padahal urusan Xiao Tan juga kamu perhatiin, malah suka ngejek aku... Ngomong nggak jelas..." gumam Beiling pelan.
Xiao Tan yang berdiri paling dekat mendengarnya. Ia segera membisik di telinganya, "Sebenarnya... mungkin ada sih."
Beiling melotot, "Ada apaan?"
"Hehe..." Xiao Tan hanya tertawa tanpa menjawab.
"Percaya nggak kalau aku sekarang logout, dalam 15 menit nyetir ke rumahmu, gedor pintu, tarik kamu keluar dari kapsul game, lalu bantal kamu sampai mati." Beiling menyelesaikan kalimatnya tanpa jeda.
"Iya iya, nggak ada kok." Xiao Tan mengalah, "Aku takut sama kamu deh..."
……
Sementara itu, di toko game.
Di layar utama, dua komentator baru saja menyelesaikan siaran pertarungan penting——【Xiao Wen Cang Tian】VS【Vishnu】
Ini adalah duel langsung antara peringkat keenam dan ketujuh dalam Peringkat Kekuatan Tempur.
Akhirnya, Xiao Wen Cang Tian yang dijuluki "Tuan Tertawa" berhasil mengalahkan petinggi kedua Para Dewa, mengirim Vishnu ke babak play-off.
Saat para penonton masih membahas pertarungan sengit itu, siaran pertandingan lain tiba-tiba dipindahkan ke layar utama.
"Selamat datang kembali, para penonton." kata Komentator A, "Saya Pan Feng si komentator."
Komentator B menyambung: "Saya Hua Xiong si komentator."
Pan Feng berkata, "Pertarungan tadi benar-benar epik dan meninggalkan kesan mendalam."
Hua Xiong menambahkan: "Tapi siaran malam ini belum berakhir. Masih banyak pertandingan yang belum selesai. Sekarang, mari kita tenangkan emosi dan beralih ke pertarungan lain yang sedang berlangsung."
Kedua administrator game ini tidak muncul di layar, para pemain hanya bisa mendengar suara mereka.
Sementara itu, pemandangan di layar utama toko game telah beralih ke peta quest.
Rekaman pertandingan secara alami ditangkap oleh Sistem, biasanya menggunakan sudut pandang dari ketinggian. Kamera terus zoom in/out bahkan bergetar; Efek pencahayaan meniru syuting nyata——cahaya terang, kegelapan, debu, percikan air, semuanya memengaruhi kualitas siaran.
Dalam hal suara, menggunakan sistem rekaman 360 derajat surround, tidak akan ada suara gemerisik dari mikrofon. Jika kedua pihak yang bertempur melakukan dialog, selama diucapkan dengan keras dan jelas, akan langsung disiarkan. Tentu saja, bisikan atau gumaman pelan tidak akan terekam.
"Di babak pertama, hanya dua pemain dalam daftar Peringkat Kekuatan Tempur dua puluh teratas yang saling berhadapan, yaitu [Xiao Wen Cang Tian] dan Vishnu tadi. Tampaknya keberuntungan kedua pemain ini kurang baik." Hua Xiong melanjutkan penjelasannya, "Pemain peringkat tinggi lainnya kini telah meraih kemenangan secara berturut-turut. Saat ini yang masih bertarung adalah peserta...【Meng Jingchan】."
Pan Feng menambahkan, "Untuk peserta Meng Jingchan, saya yakin para pemain sudah tidak asing lagi. Dia adalah salah satu dari Empat Jagoan 'Mabuk Hidup Mati' di studio Order, bintang pemain profesional." Ia berhenti sejenak, "Sedangkan lawannya mungkin kurang dikenal. Di sini akan dijelaskan secara singkat... peserta 【Long Aomin】 ini berasal dari guild 'Blade'; Levelnya sama dengan Meng Jingchan, yaitu Level 37; Gelarnya adalah...【Perisai Amuk】."
Hua Xiong melanjutkan: "Kami sama seperti penonton, baru saja melihat rekaman pertandingan. Dari situasi di lokasi saat ini, tampaknya Meng Jingchan sedang mendominasi dengan serangan gencar terhadap Long Aomin." Nada suaranya berubah, "Sepertinya pertandingan ini juga akan segera berakhir. Memang pihak dengan penilaian kekuatan tempur yang lebih tinggi..."
Pan Feng tiba-tiba menyela rekan: "Tunggu! Para penonton lihatlah! Tubuh peserta Long Aomin tiba-tiba diselimuti aura tempur keemasan, dia mulai melawan! Apakah ini pertarungan mati-matian dengan mengabaikan pertahanan?"
Hua Xiong menambahkan: "Peserta Meng Jingchan juga meluncurkan skill kuat untuk mengendalikan, lihat efeknya sudah tahu ini serangan luar biasa, pasti ini serangan Pasti Membunuh! Wah! Serangan ternyata tidak mempan! Posisi Long Aomin sekarang sangat menguntungkan!"
Kedua komentator ini berbicara sangat cepat, tapi dua pemain di layar bertarung lebih cepat lagi.
Denting clang, adalah konserto pedang dan perisai.
Dengung deru, adalah paduan suara kecepatan dan kekuatan.
Dalam quest, Long Ge yang berpendar cahaya emas telah mendesak ke depan Meng Jingchan. Saat ini, poin stamina yang terakhir telah mencapai nol, bagai domba potong.
Mungkin bagi orang awam, tadi terlihat seperti Meng Jingchan yang mendominasi Long Aomin. Tapi sebenarnya, Meng Jingchanlah yang pasif. Serangan bertubi-tubinya karena tak punya pilihan lain.
Sejak quest dimulai hingga kini, Meng Jingchan tak pernah berhasil memecah sistem pertahanan Long Aomin. Saat staminanya habis, Long Ge mengaktifkan Kemampuan Gelar-nya, dengan momentum tak terbendung melancarkan serangan balik penentu.
"Hehe... Tak menyangka kalah di sini..." Meng Jingchan yang melihat situasi sudah tak tertolong langsung duduk lemas, bergumam dengan senyum getir.
Long Aomin adalah orang yang lapang dada, dia tidak akan sengaja mempermalukan lawan: "Pedang cepatmu bertemu dengan perisai lambatku, ini hanya masalah kurangnya keberuntungan. Lagipula dengan kemampuanmu, babak tambahan seharusnya tidak bisa menghentikanmu..."
"Siapa yang tahu..." Meng Jingchan tertawa, "Jangan lihat penampilanku seperti ini, studio kita punya tuntutan performa untukku... Heh... Tekanannya akan besar nanti."
"Kalau begitu semoga beruntung." Long Aomin mengayunkan pukulan terakhir sambil berkata.
Meng Jingchan mengangkat bahu, "Sama-sama..."
