"Hei, tidakkah kau merasa ada yang aneh?" Paman Fei Chai tetap terlihat tenang selama pertarungan, bergumam dengan santai sambil menghantamkan telapak tangan untuk memukul mundur Corpse Blade Raja.
"Haa... haa..." Napas Corpse Blade Raja sudah terengah-engah. Dalam jeda pertarungan ini, dia bahkan tak sempat mengatur napas, apalagi menjawab pertanyaan lawannya.
Pertarungan mereka telah berlangsung puluhan menit. Corpse Blade Raja sudah menggunakan semua trik cadangan dan poin stamina-nya hampir habis, tapi Paman Fei Chai masih terlihat segar bugar - situasi yang benar-benar mengerikan.
"Sepertinya sejak ledakan keras tadi..." lanjut Paman Fei Chai sendiri karena lawannya tak merespons, "Komentar pertandingan tiba-tiba menghilang."
"Mengapa..." Saat ini Corpse Blade Raja sama sekali tidak menghiraukan hal lain, yang menjadi perhatiannya hanyalah kemenangan di depan mata. "Mengapa! Setelah menerima begitu banyak Skill Level A spesialisasi bertarung, mustahil kau tidak mengalami kerusakan..." Matanya hampir melotot hingga keluar darah, "Bagaimana mungkin kau melakukannya!"
"Ha?" Paman Fei Chai memalingkan wajahnya kembali, menatap Corpse Blade Raja sambil tertawa dingin. "Hehe... Informasi seperti ini tidak ada alasan untuk kuberitahukan, bukan?" Dia mengusap janggut di dagunya, "Tapi... dirimu hari ini benar-benar berbeda dengan sebelumnya."
"Hmph... Karena inilah kekuatan sejatiku!" Corpse Blade Raja menyambung.
"Oh..." Paman Fei Chai sepertinya memahami sesuatu. "Begitu rupanya... Kau tidak minum obat, ya?" Dia tersenyum, "Apakah kau ingin membuktikan sesuatu?"
"Aku hanya ingin menang, menang dengan martabat!" suara Corpse Blade Raja berat.
"Argumen yang menggelikan." Meski begitu, Paman Fei Chai tidak tertawa dan wajahnya serius. "Kau pikir... dengan berhenti curang di pertandingan ini, kau bisa mendapatkan kembali martabat? Level, peralatan, skill-mu semuanya didapatkan dalam kondisi mengonsumsi obat. Fakta ini tak bisa diubah. Kau seperti atlet yang mengandalkan stimulan sampai ke babak final, lalu berpikir berhenti minum obat sebelum pertarungan terakhir akan membuatmu setara dengan yang lain? Hmph... Sadarlah."
Mendengar ini, urat leher Corpse Blade Raja langsung menegang, tapi dia tidak bisa membantah.
Paman Fei Chai melanjutkan, "Sebenarnya kamu adalah pemain yang sangat kuat. Jika tidak pernah menggunakan obat, kamu akan lebih hebat lagi. Sayangnya... saat ini, kamu sudah terbiasa bermain dalam kondisi mengonsumsi obat. Tiba-tiba berhenti, sistem sarafmu pasti tidak bisa beradaptasi." Dia menggelengkan kepala dan mendesah, "Jika boleh diibaratkan... bakat alami mu seperti mobil sport manual high-end, sedangkan obat dari studio itu seperti mobil bekas matic. Sekarang kamu ganti mobil mendadak, kira-kira... berapa persenkah kemampuan mengemudi mu yang sudah karatan itu bisa dioptimalkan?"
"Meski semua yang kau katakan benar..." Corpse Blade Raja mengangkat tombaknya dengan gerakan meledak, melompat ke angkasa, jurus maut sudah siap dilancarkan, "Aku tetap akan bertarung sampai akhir!"
"Hmph..." Paman Fei Chai tertawa getir, "Aku bukan tipe lawan yang bisa dikalahkan hanya dengan ketekunan..." Saat telapak tangannya berputar, angin kencang tiba-tiba menyapu terbentuk dinding angin ganas di depannya.
Kemenangan antara kedua orang ini akan ditentukan setelah jurus ini.
Namun, di detik penentuan itu, tamu tak diundang tiba-tiba muncul.
"Tunggu dulu!" Teriakan menggelegar, dua bayangan kilat.
Tun Tian Gui Xiao dan Shiva turun dari langit. Yang pertama merentangkan tubuh menghadapi telapak tangan ahli bela diri Paman Fei Chai; Yang kedua mengendalikan cakram batu Jam Pasir Tarian Surgawi, mengaktifkan efek khusus 'Bulan' [Yue Leng], menghalangi jurus pamungkas Corpse Blade Raja.
……
Di saat yang sama, di bagian lain kota...
“Jadi... kamu ingin bersekutu sementara denganku?” Mo Cha Su berkata kepada Feng Bujue.
Jue Ge saat ini sudah melepaskan lawannya, tapi dia tidak pernah menjauh lebih dari dua meter dari Mo Cha Su, niat mengancamnya sudah jelas: “Benar, apakah kamu tertarik?”
“Bagaimana jika saya bilang tidak tertarik?” Mo Cha Su bertanya sambil tersenyum.
“Saya akan membujukmu.” Feng Bujue menjawab.
“Oh? Heh...” Mo Cha Su terlihat ingin menyaksikan kejadian menarik, “Saya ingin mendengarnya.”
“Xiao Tan, kemarilah sebentar.” Jue Ge tiba-tiba menoleh ke Xiao Tan.
“Oh, ada apa?” Xiao Tan mendekat beberapa langkah.
“Asalkan kamu setuju bersekutu dengan kami, setelah urusan selesai, poinnya akan menjadi milikmu. Mau dibunuh atau disiksa, terserah.” Feng Bujue menunjuk Xiao Tan sambil berkata tanpa perubahan ekspresi.
“Hei!” Xiao Tan langsung kaget, “Apa orang normal akan mengucapkan ini di depan orang yang dikhianati?!”
“Begitulah caraku bersikap terbuka.” Feng Bujue menjawab tanpa malu.
Xiao Tan memandang dengan tatapan kosong, lalu menoleh ke Mo Cha Su: “Nona, mari kita bunuh dia bersama. Orang ini punya tiga poin.”
“Usul yang cukup menarik.” Mo Cha Su juga tidak serius, hanya menjawab asal. Meski terlihat santai, dalam hatinya dia terus berpikir cara melarikan diri.
Feng Bujue sebenarnya tahu semua ini, tapi dia tidak akan mengungkitnya.
"Ngomong-ngomong." Jue Ge melanjutkan ke Mo Cha Su, "Aku dan anggota guildmu Qiufeng Se adalah teman dekat. Dia pasti pernah menyebutkanku, kan?"
"Hmm... Pernah." Mo Cha Su memandang Jue Ge dengan mata sipit.
"Makanya dari tadi kamu memandangnya dengan tatapan campuran antara jijik dan takut." Xiao Tan menyela dari samping.
Jue Ge mengabaikan celaan Xiao Tan, tetap berbicara ke Mo Cha Su: "Kalau begitu kan jelas, temannya teman juga teman. Ini sudah jadi dasar membangun kepercayaan."
"Qiufeng tidak bilang kamu temannya..." Mo Cha Su menatap Jue Ge.
"Masa~ sih~" Feng Bujue menarik-narik nada bicara saat mengucapkan empat kata ini, "Aku dan dia langsung akrab seperti saudara..." Kemampuannya mengarang cerita sungguh luar biasa, "Hubungan kami sudah sedemikian erat sampai saling memanggil julukan... Ngomong-ngomong, julukannya Pikachu, sementara julukanku adalah Pelatih Misterius Feng Bujue yang enggan membocorkan identitas dengan 18 karakter ini."
"Hei... Julukan sepanjang 18 karakter yang kontradiktif dan sama sekali tidak misterius ini..." Xiao Tan berkomentar, "Jelas-jelas dibuat dadakan... Lagian bikin julukan tetap aja mau cari untung..."
“Hmph... Kita semua orang pintar, kalian berdua tak perlu berakting seperti komedian di depanku.” Mo Cha Su menyembunyikan senyum manisnya, menatap Feng Bujue, “Permintaan bantuanmu pasti punya alasan khusus. Dalam quest ini semua peserta jagoan, kalau ada keunikan diriku yang kau incar... ya tentu kemampuan spesialisasiku di bidang Peralatan.” Dia berhenti sejenak, “Langsung saja, apa yang ingin kau minta? Apa imbalannya? Kalau memuaskan, kerja sama sementara masih mungkin.”
