Air terjun darah melingkar membumbung ke langit, nyaris menyentuh awan.
Aura pembunuhan yang tak tersamarkan bergulung-gulung bagai ombak dahsyat.
Empat kelompok pemain yang semula berkumpul di sekitar danau darah telah mundur ke jarak aman, mengawasi dengan penuh kewaspadaan.
Tak lama kemudian, air terjun darah raksasa itu mulai surut dan menyusut terkonsentrasi pada satu titik.
Mayat Darah raksasa itu... ternyata telah menghilang tanpa jejak.
Saat Si Pemarah Darah mengeluarkan jurusnya, Mayat Darah jelas masih berdiri di tengah lingkaran darah, tetapi hanya dalam puluhan detik, makhluk raksasa ini seperti item dalam trik sulap besar, menghilang tanpa jejak seiring dengan turunnya tirai darah.
"Ah..." Si Pemarah Darah berdiri di tepi danau darah, mengeluarkan erangan kepuasan.
Saat ini, ia sedang menggunakan "mulut" keduanya untuk menyerap air danau di depannya beserta sisa-sisa Mayat Darah yang tercabik.
Monster setengah manusia setengah ular ini sebenarnya tidak pernah menggunakan mulut di kepalanya untuk makan. Di perutnya, tepat di persambungan antara perut manusia dan ular, terdapat celah aneh yang ketika terbuka bisa melahap darah dan energi spiritual yang tak berdaya seperti lubang hitam.
"Heh... Kota ini benar-benar harta karun..." Si Pemarah Darah dengan cepat menghabiskan seluruh cairan di danau darah, tak tersisa setetes pun, "Setiap tetes darah di sini mengandung kekuatan kegelapan, dalam daging monster... kepadatan energi spiritualnya juga sangat tinggi..." Saat mengucapkan ini, cangkang serangga merah darah yang menutupi tubuhnya semakin bercahaya, "Jika aku bisa menyerap kekuatan seluruh kota, mungkin aku akan menjadi dewa..."
Mata Si Pemarah Darah memancarkan keserakahan dan kebengisan. Tapi... ekspresi ini hanya bertahan dua detik, kemudian berubah menjadi keheranan, dan... ketakutan.
"Bagaimana mungkin……Bagaimana mungkin dia muncul di sini!" Pupil mata ular milik Shixue Mo tiba-tiba menyempit menjadi dua garis hitam tipis. Ketika melihat sosok yang perlahan mendekat dari seberang danau darah, reaksi pertamanya adalah melarikan diri.
Shixue Mo segera berbalik dan kabur. Bagian atas tubuhnya hampir menyentuh tanah, sementara ekor ular di bagian bawahnya bergerak seperti pita berwarna-warni. Sebagai anggota tercepat di Sembilan Mayat Abadi, kecepatannya saat ini benar-benar luar biasa. Sosoknya berubah seperti peluru yang melesat kilat menuju pusat kota……
……
Barat daya kota, di jalan utama.
Sebuah mobil pemadam kebakaran berwarna oranye dengan berbagai senjata aneh dan unik terpasang di atasnya sedang melaju di jalanan.
Wang Tanzhi duduk di kursi pengemudi Golden Maggot Nomor Satu dengan hati-hati. Feng Bujue sambil menyilangkan tangan di belakang kepala dan mengangkat kedua kakinya dengan santai "berbaring" di kursi kopilot. Di belakang mereka berdua terdapat posisi penembak yang dipenuhi tuas kendali dan tombol, dijaga oleh Mo Cha Su.
"Jue Ge, lewat jalan utama kan mudah menarik perhatian orang..." Xiao Tan sambil menyetir terus menoleh-noleh melihat sekitar. "Objek oranye sebesar ini bergerak di jalan yang luas...meski pemain tidak melihat kita, NPC dan monster pasti akan tertarik." Dia berhenti sejenak, "Jangan-jangan kamu lupa tragedi Puffer Fighter Nomor Satu?"
“Aku bilang……apa itu ‘Puffer Fighter No.1’?” Feng Bujue belum sempat menjawab, Mo Cha Su yang duduk di belakang sudah tak tahan menyela.
“Dengar namanya saja sudah tahu ini robot tempur.” Feng Bujue membalas.
“Dengar namanya saja aku malas membayangkan bentuknya…” Mo Cha Su menghela napas, bertanya lagi, “Lalu tragedi yang dimaksud?”
“Bukan masalah besar…” Feng Bujue dengan santai mengalihkan topik, “Maksud Xiao Tan, berada dalam konstruksi mekanis jenis kendaraan seperti ini berisiko terkena serangan jarak jauh yang terkonsentrasi.”
“Dia benar kok.” Mo Cha Su menyipitkan mata, menatap punggung Feng Bujue, “Ini kelemahan paling jelas saat menggunakan kendaraan…”
“Sial… Jalan kaki juga ada kekurangannya. Menurutku, manfaat kendaraan lebih besar.” Feng Bujue membalas, “Sekarang kita tidak perlu menghabiskan Poin Stamina, dan bisa langsung menggunakan serangan Golden Maggot No.1 untuk membersihkan musuh kecil. Baik dari segi kecepatan maupun keamanan, jelas lebih unggul.”
“Baiklah… Lalu apa rencana selanjutnya?” Mo Cha Su bertanya, “Kita terus membersihkan musuh dengan ini? Jangan lupa inti quest ini adalah pertarungan antar pemain.”
“Bukannya sudah kukatakan…” Feng Bujue berkata, “Rencana selanjutnya baru bisa diketahui setelah kita sampai di sumber ‘ledakan’ tadi.”
Tepat ketika Mo Cha Su hendak mengkritik rencana Jue Ge yang "direncanakan sambil jalan" ini.
Tiba-tiba…
“Ah!” Xiao Tan berteriak kaget sambil menginjak rem.
Reaksi pertama Feng Bujue adalah - menggunakan kedua tangan yang menyangga kepalanya untuk memeluk sandaran kursi kopilot, sekaligus melipat kedua kakinya untuk menjejakkan di panel operasi di depannya.
Berkat refleks kilat ini, setelah rem mendadak diinjak, Jue Ge sama sekali tidak bergeser ke depan.
Sementara Mo Cha Su tidak seberuntung itu. Tubuhnya terlempar ke depan hingga dahinya membentur sandaran kursi di depannya. Untungnya benturan ini tidak terlalu keras, hanya menyebabkan kerugian 5% nilai kelangsungan hidup. Kalau tidak, mungkin dia langsung berbalik memusuhi kedua orang itu.
"Apa yang kau lakukan!" protes Mo Cha Su sambil cepat-cepat mengangkat kepala, matanya menatap ke depan melalui celah antara kursi pengemudi dan kopilot.
Pandangan itu membuatnya panik dan Nilai Ketakutannya melonjak drastis.
Tampak di jalan sekitar dua meter di depan mobil pemadam kebakaran, berdiri bayangan manusia aneh. Seorang wanita berambut cokelat sekitar 30 tahun. Bagian wajah, leher, dan tangan yang terbuka dari pakaiannya dipenuhi bekas jahitan. Mata dan mulutnya telah dijahit rapat dengan kawat baja.
"Sial... nyaris mati kaget..." Xiao Tan sudah berkeringat dingin, jantungnya berdebar hingga 180 tael. Karena 【Peniten】 ini tiba-tiba muncul di tengah jalan seperti bayangan hantu yang muncul-sekejap dalam film horor... Ditambah penampilannya yang mengerikan, mustahil orang biasa tidak ketakutan.
"Pengelana antar dimensi..." Suara Sang Pengaku langsung sampai ke telinga para pemain. Mati dan mulutnya dijahit rapat, tentu tak mungkin berbicara, tapi hal itu tak menghalanginya untuk melihat dan bersuara.
"Ka... kalian dengar itu..." Bulu kuduk Xiao Tan seluruh tubuhnya meremang.
"Dengar dong~" Feng Bujue yang paling kalem di dalam mobil menjawab dengan lesu, melirik sinis ke arah Xiao Tan. "Masa jagoan kayak kamu... gaya waktu nggebukin orang ilang semua begitu ketemu siluman." Ia menoleh ke Mo Cha Su sambil menunjuk Xiao Tan dengan jempol, "Jangan khawatir, si bocah ini pas bertarung nggak bakal..."
Ucapan Jue Ge terhenti. Mo Cha Su yang kini juga pucat pasi membeku di kursi, urusan kepalanya yang terbentur tadi sudah terlupakan.
"Hah..." Feng Bujue menghela napas. Ia mendorong pintu mobil turun, menghampiri Sang Pengaku. Tangan di kantong, ia berdiri santai. "Ada yang bisa dibantu?" Bujue tak peduli rupa Sang Pengaku. Selagi NPC ini mau berkomunikasi, artinya bisa diajak dialog. Minimal bisa dikorek sedikit intel.
