[Nama: Dragon Slave]
[Atribut Kartu Skill: Skill aktif, menghilang setelah sekali penggunaan]
【Kategori Skill：Teknik Spiritual】
【Efek：Meminjam kekuatan Raja Iblis Mata Merah, melancarkan serangan yang mampu menghancurkan kota dalam satu pukulan】
【Konsumsi：50% stamina maksimum dan semua nilai spiritual (diperlukan pembacaan mantra sebelum penggunaan)】
【Syarat Belajar：Spesialisasi Umum A, membuka Spesialisasi Teknik Spiritual】
【Catatan：Salah satu sihir hitam tertinggi yang diciptakan oleh Sage Kuno Rhine Magus, terkenal karena berhasil membunuh naga dalam satu serangan.】
Skill ini diperoleh Yama dalam bentuk gulungan naskah.
Karena merupakan konsumabel sekali pakai, efek sebenarnya tidak diketahui sebelum digunakan. Namun dari deskripsi skill dan penggambaran dalam cerita asli, istilah "mengguncang langit dan bumi" sama sekali tidak berlebihan untuk menggambarkan kekuatan serangan ini.
Sebelum final, keempat anggota Para Dewa telah menganggap Dragon Slave sebagai "senjata pamungkas", sehingga mereka telah menyepakati prasyarat penggunaan dan menyiapkan beberapa taktik.
Misalnya, ketika dua dari empat anggota telah terbunuh, sisa musuh lebih dari atau sama dengan dua, dan posisi mereka tidak diketahui... Yama dapat mempertimbangkan penggunaan skill ini untuk serangan area tak terkendali.
Contoh lain, ketika keempat anggota masih hidup namun menghadapi lawan super kuat atau situasi berbahaya. Dalam kondisi ini ada dua strategi: Pertama, tiga anggota mengorbankan diri untuk membeli waktu Yama menyelesaikan mantra, melancarkan serangan bunuh diri. Kedua, seperti yang mereka gunakan sekarang: memancing lawan ke posisi yang relatif jauh dan sulit menghindar (misalnya di udara), lalu menggunakan Dragon Slave untuk menghabisi mereka.
"Dari dua strategi ini, yang terakhir jelas lebih sulit. Tidak hanya membutuhkan koordinasi skill yang tepat, tapi juga penguasaan jeda waktu."
"Tentu saja, bagi pemain profesional, ini bukan masalah besar. Cuma perlu latihan beberapa kali lagi..."
"Maka, kita menyaksikan pemandangan ini... Tiga anggota Para Dewa bekerjasama dengan harmonis, masing-masing menunjukkan keahliannya, berhasil mendorong D1-Naga yang sombong ke udara."
"Mengalahkan kegelapan senja, melampaui merah darah, tenggelam dalam arus waktu, demi nama agung-Mu, aku bersumpah pada kegelapan..."
Suara mantra yang dilantunkan bagaikan musik gaib, memicu gejolak energi.
Di antara kedua tangan Yama yang terangkat di depan dada, perlahan muncul bola energi oranye-merah. Aliran udara pusaran tiba-tiba muncul di sekelilingnya, menerbangkan rambut ungunya yang panjang. Separuh wajahnya yang selalu tertutupi poni miring pun terlihat sesaat.
Pada saat yang sama, di antarmuka analisis data mata D1-Naga, yang terlihat masih...
Opsi kendali taktis:
——？？？。
Tingkat kelangsungan hidup:
——32%...30%...28%...
"Ini mustahil... Tidak bisa menganalisis taktik kendali..." Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, D1-Naga menunjukkan ekspresi panik.
Di bawah efek 【Kontak Tanpa Berat】, kendali tubuhnya menurun drastis. Gaya pukulan dari tinju perunggu raksasa tadi sepenuhnya berubah menjadi dorongan, membuatnya terus melayang naik di udara.
Saat ini, posisi Long dikelilingi tanpa setengah cover, apalagi titik tumpuan. Meski masih bisa bergerak dalam batas tertentu, untuk rentang serangan Dragon Slash, gerakan menghindar dengan jarak ≤500 meter adalah percuma...
"Apa yang harus dilakukan... Apa yang harus dilakukan!" Long terus mengulang pertanyaan itu sendiri, wajahnya menjadi pucat pasi, sikap tenangnya sebelumnya lenyap tak berbekas.
Karena... dia merasakan "ketakutan".
Sebenarnya, D1-Long bukanlah Derivator biasa. Dia seharusnya memiliki sebutan lain - "Originator".
Berbeda dengan Derivator yang lahir dari redundansi sistem, Long adalah individu spesial yang diciptakan oleh salah satu dari tiga pemimpin Origin, Link. Sejak kelahirannya, dia langsung level satu.
Karena itu, Long tak pernah mengalami nasib Derivator level rendah. Dia tak pernah dikejar-kejar GM dalam quest; tak punya pengalaman bertarung di ujung maut; tak tahu seperti apa antarmuka analisis data Derivator Level Empat, tak paham arti "ketidakberdayaan"...
Long juga belum pernah menghadapi musuh dengan tingkat ancaman di atas "sedang". Kolom opsi taktisnya tak pernah kosong.
Singkatnya, D1-Long yang terlahir sebagai yang kuat, kurang pengalaman bertarung sebagai pihak yang lemah.
"Dia selalu terbiasa bertindak mengikuti strategi dalam opsi kontrol taktis, menggunakan kekuatan yang lebih tinggi untuk menghancurkan lawan. Ketika kondisi-kondisi ini tidak ada, dia seperti prajurit yang kehilangan senjata api... Bahkan menghadapi penduduk asli yang membawa tombak pun dia akan kebingungan."
"Dengan kekuatan kita, hancurkan semua kebodohan yang menghalangi di depan kita, berikan kehancuran yang setara..."
Akhirnya... mantra penyihir mendekati akhir.
"Long Pozhan!" Yama menyelesaikan mantranya, mengarahkan kedua tangannya ke depan.
Pada detik ini, waktu seakan membeku, energi magis membelah langit.
Jurus pembantai naga yang mengandung kekuatan Raja Iblaim melesat ke angkasa, menghantam D1-Naga yang panik itu.
Mungkin kebetulan, mungkin takdir... Seperti kisah Gunung Qing Jatuh, Jurang Mi Putus, Bukit Phoenix Runtuh... Satu-satunya karakter Tionghoa dalam nama "D1-" ini tepat mencerminkan nama jurus 'Long Pozhan' ini.
Di langit, ledakan cahaya seperti matahari terik tiba-tiba muncul, energi berbentuk bola raksasa menyebar... Menghancurkan segalanya dalam jangkauannya.
Sebuah mahakarya organisasi Source pun... dihancurkan oleh sebuah skill Level A konsumabel multi-pakai.
……
"Aduh... Ini benar-benar di luar nalar." Di sudut kota lain, tiga jago besar Studio Jianghu Dao Jian Xiao yang menyaksikan pemandangan ajaib di langit juga tak bisa menahan decak kagum.
“Mereka bertiga di Danau Darah menyaksikan Pemimpin Segala Iblis membunuh Wu Si Can Xuan seketika, lalu memilih untuk menjauhi monster itu dan bergerak ke arah berlawanan. Saat ini, mereka adalah kelompok pemain terjauh dari Terowongan Gemuruh.”
“Situasi dalam quest ini jauh lebih berbahaya dari perkiraan...” Xiao Wen Cang Tian bergumam, “Gelombang suara sebelumnya, pilar cahaya putih setelahnya, dan sekarang... Entah apa itu... Intinya, semua skill ini melebihi kapasitas pemain. Jika terkena serangan langsung, mustahil bertahan hidup.”
“Bukankah ini hal baik?” Wu Dao Ke yang biasanya pendiam tiba-tiba menyela.
“Hah...” Kuangzong Jianying tertawa, “Kalau begitu... mungkin Tun Tian Gui Xiao akan terbunuh di tempat lain?”
“Ya.” Xiao Wen Cang Tian mengiyakan, “Benar... Aku juga tidak ingin bertarung dengan bocah itu.”
“Hey, aku datang baik-baik mencari kalian...” Tiba-tiba suara lain menyela.
Trio Dao Jian Xiao langsung berubah ekspresi. Mereka segera membentuk formasi back-to-back, mengawasi segala arah dengan waspada mencari sumber suara.
“Kalian kan diakui sebagai jago...” Tun Tian Gui Xiao muncul dengan santai dari sudut jalan, “Tidakkah ada dorongan ‘semakin kuat lawan, semakin ingin kuhadapi’?”
“Meski tidak ingin mengatakannya…” Tangan Kuangzong Jianying telah menyentuh sarung pedang, skillnya siap meledak, “Tapi aku harus mengakui… levelmu bahkan tidak segaris dengan kami…”
Pada suatu hari di bulan Mei, trio Dao Jian Xiao bertemu Guixiao dalam sebuah mode permainan pembantaian. Hasilnya… sudah bisa ditebak. Singkatnya, setelah pertempuran itu, banyak konsep dasar ketiganya hancur lebur. Harga diri sebagai jagoan telah remuk menjadi residu, lalu berubah menjadi bahan bakar bernama "usaha" yang meningkatkan kekuatan mereka.
Tapi… justru karena tahu jurang perbedaannya, mereka yakin dengan kekuatan saat ini masih belum bisa menggoyahkan orang di hadapan mereka.
“Sial… pengecut.” Suara lain bergema.
Kuangzong Jianying langsung mengenali pemilik suara itu, wajahnya langsung memucat.
Tampak Cái Bù Pà Ne dan Meng Jingchan berbelok dari gang di belakang Guixiao.
Bupa memandang tiga bos guild-nya dengan tatapan menghina, mencibir: “Takut apa? Dia lebih pendek dari aku.”
“Apa hubungannya dengan tinggi badan?” Guixiao membalikkan badan sambil berteriak.
“Haha…” Meng Jingchan yang baru saja sampai di samping Guixiao menggesek puntung rokok ke sudut mulutnya, memandangi rekan sejawatnya dengan tatapan superior, “Jangan hiraukan tante itu. Nanti kalau sudah dewasa… Aduh!”
"Kak Zen belum selesai bicara, langsung ditendang di pinggang belakang oleh Bupa dari belakang hingga terjatuh, lalu cepat diinjak-injak secara berturut-turut oleh Bupa dan Guixiao."
"Tante! Tante! Tante!"
"Besar! Besar! Besar!"
Keduanya mengulangi kalimat yang membuat mereka tidak nyaman dengan penuh kebencian, sementara telapak kaki mereka menginjak tubuh Meng Jingchan dengan kasar.
"Baik... aku salah..." Meng Jingchan berguling sambil menutupi kepala, cepat-cepat minta ampun, "Hei! Berhenti di sini... Nilai kelangsungan hidupku berkurang nih!"
Dao Jian Xiao yang berdiri beberapa meter jauhnya hanya bisa melongo. Aksi bertiga mereka yang saling berkonfrontasi justru terlihat agak berlebihan.
"Ada apa ini?" Kuangzong Jianying bertanya bingung.
"Hmm... Kalau pemandangan ini bukan halusinasi, kemungkinan besar situasinya adalah... Bupa telah bersekutu dengan kedua orang ini melalui cara tertentu." Xiao Wen Cang Tian menyambung.
Sementara mereka berbicara, tindakan kasar di sisi lain juga berhenti.
Meng Jingchan berdiri, memandang penuh penyesalan ke puntung rokok dan bir yang tumpah di tanah. Dua detik kemudian, dia membersihkan debu di bajunya, lalu mengeluarkan sebotol bir baru dari tas...
Melihat tindakan ini, bahkan Guixiao pun menunjukkan ekspresi heran: "Aku bertanya... Berapa banyak sih barang yang percuma seperti ini kau bawa?"
"Hah?" Meng Jingchan menjawab sambil mengeluarkan rokok dari sakunya, "Menurutmu untuk apa aku mengembangkan tas saya ke 30 slot?"
"Bagaimana kalau menyisakan dua slot untuk harga diri dan malu..." Guixiao menjawab dengan tatapan sinis.
"Ah..." Bupa sementara mengabaikan mereka berdua, berbalik menuju trio guild-nya, "Biarkan aku menjelaskan situasi saat ini..."
