Setelah meninggalkan ruang bayi, suasana hati Feng Bujue sangat buruk.
Awalnya dia mengira, menyelesaikan misi sampingan dengan tingkat kesulitan setinggi ini seharusnya memberikan peralatan tingkat kualitas tertinggi.
Namun hasilnya, dia hanya mendapatkan item terkait alur cerita...
【Nama: Kartu Makan】
【Jenis: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Dapat membeli makanan karyawan di Ruang Makan 1F rumah sakit】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Kartu khusus karyawan Rumah Sakit Umum Cedar County, harus diisi ulang sendiri di ruang makan oleh karyawan.】
"Menyelesaikan satu misi sampingan, lalu mendapatkan item cerita yang tidak bisa diubah jadi Kartu Puzzle. Artinya... benda ini pasti dibutuhkan untuk menyelesaikan misi sampingan lain." Feng Bujue memegang kartu makan sambil bergumam, "Aku sudah membayar mahal untuk menyelesaikan quest dan mendapatkan kartu ini. Mustahil aku tidak menggunakannya... Jadi sekarang aku harus mengerjakan quest lain yang terkait item ini..."
Ia menyimpan kartu makan itu sambil menghela nafas, "Hah... Script ini terlihat bisa diabaikan, tapi sebenarnya tugasnya tak ada habisnya..."
"Hehehe..." Suara tawa yang pernah muncul sebelumnya kembali terdengar, seolah menuntun pemain untuk maju.
"Kamar 125 ya..." Jue Ge mengikuti suara itu sampai di depan pintu bangsal anak. Ia melihat nomor kamar lalu mencoba membuka pintu.
Pintu itu tidak terkunci. Gagangnya berputar dengan mudah.
Selama beberapa detik, Feng Bujue benar-benar cemas. Ia khawatir akan muncul notifikasi 【Pintu terkunci】 yang memaksanya mencari kunci lagi di tempat lain.
"Hehe... Paman, akhirnya kamu datang." Gadis kecil itu duduk di tempat tidur sudut ruangan. Wajahnya masih tertutup rambut panjang, gaun merahnya terlihat kontras di balik bayang-bayang.
"Ah... Iya," jawab Feng Bujue. "Seperti janji, aku datang menyisir rambutmu."
“Gadis kecil itu perlahan bangkit, berdiri, berjalan setengah lingkaran mengelilingi tempat tidur, dan tiba di samping meja samping tempat tidur. Dia mengulurkan tangan membuka laci, mengambil cermin besar bertangkai.
Gerakannya sangat lambat, setiap gerakan tubuh memancarkan aura aneh yang semakin membuat orang penasaran... Sebenarnya seperti apa wajahnya?
Setelah memasang cermin, si gadis kecil menarik kursi dan duduk. Wajahnya tepat menghadap permukaan cermin. Dari balik rambut panjang di dahinya, terdengar suara melankolis: "Aku ingin mengikat kuda poni."
"Oh... Boleh saja." Feng Bujue mengeluarkan sisir kecil dari saku bajunya. "Rambutmu panjang sekali... Kuda poni ganda ya?"
"Baik." Entah mengapa, nada bicara gadis kecil itu tiba-tiba menjadi dingin.
Jika ini adalah film horor, maka atmosfer menegangkan saat ini jelas telah mencapai titik kritis. Artinya... Kejutan menyeramkan akan segera datang...
Pada titik ini, siapapun bisa menebak bahwa ketika menyibak rambut di dahi gadis kecil ini, sesuatu yang buruk akan terjadi.
Feng Bujue tentu tahu hal ini. Tapi dia tidak peduli. Bagaimanapun juga Nilai Ketakutannya tidak akan berubah. Inilah yang disebut keberanian tanpa rasa takut.
Jue Ge dengan langkah mantap menghampiri belakang gadis kecil itu, meletakkan kedua tangan di dahinya. Saat jarinya menyentuh rambutnya, sensasi dingin merambat dari ujung jari...
Tanpa ragu, Feng Bujue menyibakkan rambut panjang di dahi gadis itu ke kedua sisi.
"Satu detik kemudian, dia melihat wajah yang sangat mengerikan di cermin."
Gadis kecil ini secara fisik tampak seperti manusia, tetapi kulit wajahnya menyerupai sisik. Di wajahnya terdapat delapan mata, tersusun dalam dua baris vertikal. Dia tidak memiliki hidung, bibirnya tidak ada, dan dua baris gigi taringnya terlihat jelas.
Karena tidak ada penerangan di ruangan, Feng Bujue meletakkan senter di meja samping tempat tidur, menyorotkan cahaya miring ke arah gadis kecil itu. Cahaya senter yang miring dari bawah ke atas ini bahkan akan menakutkan jika menyinari wajah manusia biasa, apalagi wajah monster seperti ini.
Namun Feng Bujue tetap tenang. Dia menyisir rambut gadis kecil itu dengan santai seolah tidak ada yang aneh.
"Paman, suka dengar cerita?" Tiba-tiba gadis kecil itu mulai berbicara.
"Suka..." jawab Feng Bujue dengan tenang. Dalam hatinya bergumam: Misi sampingan lagi? Atau... pengembangan alur cerita?
"Kalau begitu, maukah paman mendengarkan ceritaku?" gadis kecil itu melanjutkan.
"Silakan..." kata Feng Bujue, "Aku menyisir rambut dengan lambat."
Yang dia maksud "lambat" sebenarnya bisa diartikan sebagai "tidak bisa"...
"Jelas, seorang pria yang bahkan tidak bisa mengikat tali sepatu dengan baik saat masih kecil, mustahil mengerti hal seperti mengikat kuciran rambut." Faktanya, saat lawan bicaranya mengucapkan enam kata "Aku ingin mengikat kuda poni", otak Feng Bujue benar-benar kosong. Jawaban "kuciran kembar" darinya murni taktik mengulur waktu...
"Dahulu kala, tempat ini bukanlah rumah sakit..." Gadis kecil itu mulai bercerita.
"Hei... baru buka mulut sudah terdengar sangat menyeramkan..." Feng Bujue langsung mencela dalam hati hanya setelah mendengar setengah kalimat pertama, "Jangan-jangan dulunya ini kuburan..."
"...melainkan kompleks pemakaman." Separuh kalimat terakhir gadis kecil itu membenarkan tebakannya.
"Klise banget sih..." batin Feng Bujue.
"Konon, ini adalah tanah terkutuk." Gadis kecil itu melanjutkan, "Jiwa-jiwa yang dikubur di sini takkan pernah tenang. Orang yang berlama-lama berkeliaran di sini pun akan ditimpa kesialan..."
"Lho... Boleh saja membangun rumah sakit di tempat begini?" jantung Feng Bujue berdebar kencang.
"Suatu hari, datanglah seorang pria serakah ke sini..." gadis kecil itu menambahkan, "Dia menggelapkan dana pemerintah kabupaten, memaksa menyita tanah terkutuk yang murah ini... malah membangun rumah sakit di sini."
"Oh... Sepertinya aku langsung memahami banyak hal..." Feng Bujue menyahut.
“Pembangunan rumah sakit memakan waktu yang sangat lama. Selama proses konstruksi, terus terjadi kecelakaan dan korban jiwa, bahkan tim konstruksi berganti beberapa kali. Tapi pria serakah itu tidak peduli, bersikeras melanjutkan rencananya.” Gadis kecil itu melanjutkan, “Akhirnya, rumah sakit selesai dibangun. Tanah terkutuk ini berubah menjadi rumah sakit terkutuk. Setiap hari... banyak orang memasuki wilayah terlarang yang seharusnya tidak mereka injak seumur hidup...” Dia berhenti sejenak, “Sebagian dari mereka bisa pergi, sebagian... tidak. Bahkan mereka yang berhasil keluar dari sini... bayang-bayang kesialan akan mengikuti mereka dalam waktu lama, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menarik mereka kembali ke tempat ini...”
Suara melankolis gadis kecil itu semakin berat dan keras selama bercerita, sedangkan nada bicaranya... perlahan dipenuhi kemarahan dan dendam.
