Tak lama setelah meninggalkan klinik pediatri, Feng Bujue tiba di ruang makan. Pencahayaan resmi di sini cukup lengkap, cahayanya lebih terang dibanding koridor. Sekilas memandang, seluruh ruangan terlihat jelas.
Meski luas areanya tidak kecil, tata letak ruang makan ini memberi kesan sangat padat. Semua meja dan kursi tersusun rapat, kursi-kursinya dilas menyatu dengan meja; jarak antar meja yang sempit itu hanya cukup untuk dilewati satu orang.
Konter distribusi makanan yang terhubung langsung dengan dapur terletak di sisi timur ruang makan; sisi barat merupakan lorong dengan beberapa mesin penjual otomatis dan tong sampah yang tertata rapi; sementara kedua ujung utara dan selatan memiliki pintu keluar masing-masing yang menghubungkan ke Gedung A dan B lantai satu rumah sakit.
Setelah menjelajahi beberapa waktu, Feng Bujue mulai menyadari suatu masalah... Selain koridor dengan ruang yang kacau dan "Ruangan 125" yang sebenarnya tidak ada, seluruh ruangan di rumah sakit ini memiliki ketidakselarasan yang halus. Perasaan ini bisa diringkas dalam satu kalimat: "Tidak ada ruang kosong", seolah bangunan ini dipenuhi terlalu banyak ruangan hingga tata letak setiap ruangan terlihat terlalu sempit.
"Datangnya lambat sekali." Suara yang terdengar familiar tiba-tiba memasuki telinga Feng Bujue.
Jue Ge dengan cepat menoleh, dan melihat... dari arah dapur muncul bayangan manusia bertubuh kekar, berkepala babi dengan aura mengerikan yang menyengat.
"Kau..." ekspresi Feng Bujue berubah halus, "Kenapa bisa ada di sini?"
“Kenapa aku tidak bisa di sini?” Oink berbicara sambil mendekat dengan cepat.
Tiba-tiba, Feng Bujue menyadari... di tangan lawannya tergenggam sebuah pisau dapur.
“Apa maksudmu?” Dia segera melompat mundur, mengeluarkan pisau lipat untuk bertahan.
“Jangan panik, Feng Bujue.” Oink menjawab, “Kau sedang menggunakan tubuh Lester sekarang. Jika aku benar-benar ingin menebasmu, kau takkan bisa menangkis.” Saat mengucapkan ini, dia sudah berdiri di depan Jue Ge.
Feng Bujue tidak terkejut Oink bisa melihat entitas aslinya. Saat pertemuan terakhir, dia sudah menduga data unik seperti Oink pasti memiliki kemampuan seperti itu. Tapi saat ini, Jue Ge benar-benar tidak tahu alasan kedatangannya... maupun tujuan sebenarnya.
“Aku hanya ingin memberimu sesuatu.” Oink melanjutkan.
Sebelum kata-katanya habis, tangan yang memegang pisau itu berputar lincah, mengarahkan gagang pisau ke depan untuk diserahkan pada Feng Bujue.
Setelah ragu sebentar, Jue Ge meraih pisau itu.
Begitu item tersebut menyentuh tangannya, dia segera mulai membaca:
【Nama: Pisau Penembus Pertahanan Wajib】
【Jenis: Senjata】
【Kualitas: Sempurna】
【Kekuatan serangan: ???】
【Atribut: Tidak ada】
【Efek: Saat target yang dibunuh (termasuk pemain, monster, NPC) memiliki daya tahan "kuat" atau lebih tinggi (tergantung bagian tubuh yang ditetak), kekuatan serangan pisau ini akan selalu dinilai 0.1 lebih tinggi dari pertahanan lawan】
【Syarat peralatan：Spesialisasi Bertarung A，terikat setelah dipasang】
【Dapat dibawa keluar dari quest：Ya】
【Catatan：Dalam kondisi normal, ini adalah pisau tumpul yang tak bisa memotong apapun. Tapi saat diperlukan, ia bisa menebas segalanya.】
Feng Bujue selesai membaca deskripsi item, langsung bersemangat menatap lawan bicaranya sambil berterima kasih dengan humor khasnya: "Saudara Kedua! Kebaikan besarmu ini..."
"Saat berterima kasih harus serius!" teriak Oink sambil menamparnya.
Seluruh tubuh Feng Bujue terlempar oleh tamparan itu, berputar dua setengah putaran di udara sebelum mendarat, dan malangnya dia jatuh tepat di mata pisau dapur.
Dua detik kemudian dia melonjak bangun, berteriak: "Bahkan aku..."
"Kalau berani bilang 'Bahkan ayahku tak pernah memukulku', aku tampar lagi," potong Oink.
"Sial..." Jue Ge menggerutu kesal, bergumam pelan, "Mencegahku mencela ya... Berani tidak kutebas dengan pisau ini..." Saat mengucap ini, tiba-tiba dia sadar baru saja jatuh di mata pisau tapi sama sekali tidak terluka, hanya merasa tidak nyaman...
"Sekarang kau sudah paham karakteristik pisau ini?" Oink sepertinya membaca sesuatu dari tatapan Jue Ge, lanjutnya, "Sebenarnya ini hasil modifikasi pisau dapur yang kau berikan dulu, sekarang dikembalikan ke pemilik aslinya."
“Hmm……” Feng Bujue terdengar merenung beberapa detik, “Kukatakan… Saudara Oink, kita tidak ada hubungan darah atau pertalian, mengapa engkau……”
“Bukankah sudah kukatakan.” Oink menyambung, “Aku hanya datang untuk ‘mengantarkan’ sesuatu padamu.”
Ekspresi Feng Bujue berubah: “Oh? Kalau begitu… engkau diutus seseorang?”
“Benar.” Oink menjawab, “Pedang di tanganmu ini dimodifikasi langsung oleh 【Zhuan Jiezun】, dialah yang menyuruhku membawanya untukmu.”
Jue Ge segera berpikir dalam hati: “Memberi hadiah tanpa alasan, pasti ada udang di balik batu……”
Tapi di luar ia tetap tenang, dengan nada sok jagoan menyambung: “Bagaimana? Apakah Zhuan Jiezun ingin merekrutku?”
“Bukan sekedar merekrut……” kata Oink, “Mengutip perkataannya… ‘Feng Bujue ini tipe orang yang lebih mudah dirayu daripada ditekan; memberi keuntungan akan mempermudah komunikasi.’”
“Hehe…” Jue Ge tertawa dingin dua kali, “Kalau begitu… pasti dia juga menyuruhmu ‘mengantarkan’ pesan untukku.”
“Hanya satu kalimat.” Oink melanjutkan, “【Moyao Lingshu】, sebenarnya adalah sebuah kunci.”
“Kunci ya…” Feng Bujue bergumam, “Mendengar dua kata ini saja kepalaku langsung pusing…”
“Pesan sudah kusampaikan.” Oink mengeluarkan kunci dari saku celananya, “Ambil ini.”
Tanpa pikir panjang, Feng Bujue menerima benda yang diulurkan itu.
【Nama: Kunci Bank Darah】
【Jenis: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Membuka pintu bank darah】
【Apakah bisa dibawa keluar dari quest ini: Tidak】
【Catatan: Entah kenapa, benda ini bisa berada di tangan seorang koki.】
"Aku berkata..." Feng Bujue menatap Oink, "Kamu bukan bagian dari rumah sakit ini, kan?"
"Bukan."
"Lalu kenapa kamu punya kunci ini?"
"Kusita dari koki di sini," jawab Oink.
"Eh... Lalu di mana koki itu sekarang?" Saat mengajukan pertanyaan ini, Bujue sudah punya firasat buruk.
"Sedang direbus di dalam panci," kata Oink. "Nanti kamu ke dapur sendiri dan makan isi panci itu, statusmu akan langsung pulih ke kondisi penuh."
"Ha... haha..." Jue Ge mengernyitkan bibir. "Ter... terima kasih."
Setelah berkata demikian, Oink berbalik hendak pergi. Tapi sebelum benar-benar pergi, dia teringat sesuatu: "Oh ya, pisau itu sebaiknya kamu simpan di kantong dimensimu..." Matanya berkedip, "Ruang tempatmu berada sekarang mungkin berbeda dari yang kamu bayangkan..."
"Err... TASKU sudah terkunci," jawab Feng Bujue terus terang.
"Menyebalkan..." Oink menggelengkan kepala, melangkah mendekat, merampas pisau dapur, lalu menusukkannya ke dada Jue Ge secara miring.
Detik berikutnya... benda itu benar-benar berhasil dipaksa masuk ke dalam tas Feng Bujue.
“Wah!” Mata Jue Ge berbinar, “Saudara Oink! Bisakah kamu mengambilkan sesuatu untukku?”
“Tidak bisa.” Jawaban Oink singkat dan tegas, “Selamat tinggal.” Setelah berkata demikian, dia berbalik dan pergi.
Feng Bujue juga tidak berniat melanjutkan perdebatan, karena punggung "Penjagal Surga" itu seolah berkata: "Berani mendekat, aku pukul kau."
……
Setelah Oink pergi, Jue Ge tidak langsung buru-buru mengambil item misi dari mesin penjual otomatis, melainkan pergi ke dapur terlebih dahulu.
Kali ini dia lebih waspada. Untuk mencegah kerusakan ruangan setelah mendapatkan item cerita, dia memutuskan melakukan survei lingkungan dulu sebelum mengambil bir dingin.
“Hoh~ Apa yang terjadi di sini?” Begitu masuk dapur, Feng Bujue langsung melihat dinding dan lantai penuh darah dan jeroan...
Di atas meja masak tak jauh darinya, tergeletak kepala serigala putih dengan ciri antropomorfik di wajahnya, mungkin sejenis manusia serigala. Tapi tubuh makhluk ini hilang... atau... sedang direbus di dalam panci.
Setelah berpikir beberapa detik, Jue Ge segera memahami situasi umum di tempat ini.
“Hmm... Yang ini pasti koki di restoran rumah sakit ya...” Feng Bujue bergumam, “Kalau begitu... Dua kejadian asli di sini seharusnya adalah ‘menukar permen dengan kunci gudang darah’ dan ‘menukar kartu makan dengan makanan pemulih darah’.” Ia berhenti sejenak, “Sekarang Oink langsung menggunakan kekerasan untuk melewati kedua langkah itu untukku.”
Memikirkan hal itu, Jue Ge langsung memukul meja dan menggelegar: “Lalu untuk apa Laozi makan sandwich berjamur itu? Untuk apa?!”
Setelah kesal beberapa saat, ia akhirnya menyerah dan membuka panci untuk memakan sup daging yang berasal dari koki ras Serigala Putih itu...
Bagaimanapun, sup daging serigala (anggap saja itu daging serigala) ini setidaknya dibuat dari bahan segar yang baru dimasak. Jauh lebih baik daripada sandwich yang sudah tak diketahui berapa lama disimpan.
Lagipula, keterampilan memasak Oink juga cukup bagus, hasil masakannya tidak terlalu buruk. Tentu saja, meskipun rasanya benar-benar buruk, bagi Feng Bujue itu sudah tidak masalah lagi...
Setelah makan sup, nilai survival dan stamina Jue Ge langsung pulih penuh.
Kemudian ia mulai menggeledah dapur dan ruang makan...
Di dapur selain peralatan masak tentu ada pisau. Meskipun hanya perkakas dapur biasa, tetap lebih baik daripada pisau lipat di sakunya, jadi ia memilih satu untuk perlindungan diri.
Tapi... hanya itu saja, setelah mencari lama tak ditemukan benda berharga lainnya.
Akhirnya, Feng Bujue pun sampai di depan mesin penjual otomatis dan mengeluarkan koin dari sakunya.
"Tunggu..." Saat hendak memasukkan koin, tiba-tiba ia tersadar akan suatu masalah, "Kalau kubeli sekarang, memang dapat bir dingin. Tapi kalau disimpan terlalu lama di saku, birnya pasti jadi hangat..."
