Pada akhirnya, Feng Bujue memutuskan untuk tidak membeli bir tersebut.
Soalnya di daftar quest sudah jelas tertulis "bir dingin". Jika dia mengembalikan bir yang sudah hangat, kemungkinan besar quest tidak akan terselesaikan.
Lagipula, meskipun dia ingin langsung mengembalikan bir setelah membelinya, harus ada jalan untuk kembali. Koridor yang dilaluinya saat turun ke lantai satu jelas-jelas satu arah. Dengan kemampuan fisiknya sekarang, mustahil baginya untuk melompat kembali. Jadi harus mencari jalan lain.
Karena itu, Jue Ge sementara tidak menyentuh mesin penjual otomatis dan memilih untuk menyelidiki area lain.
Rumah sakit ini tidak memiliki basement. Satu-satunya fasilitas bawah tanah adalah bank darah, sehingga lokasinya ditandai di peta 1F.
Feng Bujue yang sudah menghafal map tersebut langsung bergerak ke pintu keluar utara ruang makan, memasuki Blok B lantai satu, dan menyusuri koridor dengan cepat. Dalam waktu tiga menit lebih, dia sudah sampai di depan pintu lift barang. Di dinding sebelah lift tertulis: "Menuju Bank Darah Bawah Tanah".
Jue Ge menengok ke papan penunjuk lantai di atas lift, saat ini yang tertampil adalah "1F". Ia kemudian mundur setengah langkah, menyamping menghadap pintu lift, satu tangan menggenggam pisau dapur sementara tangan lainnya menekan tombol lift.
"Ding!" Pintu terbuka, tidak terlihat seorang pun di dalam. Dinding dan lantai lift berwarna metalik tebal, bukan material yang bisa berfungsi sebagai cermin; sistem pencahayaan resmi di langit-langit juga beroperasi normal. Sekilas... tampak tidak ada keanehan.
Feng Bujue demi kehati-hatian, dengan cepat mengeluarkan kacamata hitam dan mengintip sambil mengamati seksama, tampaknya bahkan hantu pun tidak ada...
Setelah memastikan keamanan, ia masuk ke dalam.
Lift ini memiliki dua panel operasi yang terletak di dua sudut diagonal berlawanan. Panel tersebut berisi tombol-tombol konvensional seperti buka pintu, tutup pintu, dan darurat. Tombol lantai terdiri dari tiga pilihan: "2F", "1F", dan "B1".
"Hmm... Tidak bisa ke 3F ya..." Feng Bujue tidak menekan tombol B1, melainkan memilih 2F terlebih dahulu untuk menguji apakah bisa naik.
Pintu lift menutup dengan sendirinya disertai suara gemuruh. Beberapa detik kemudian, ketika pintu terbuka kembali, tulisan "2F" muncul di dinding koridor di luar pintu.
Feng Bujue menengok ke kiri dan kanan sebelum melangkah keluar. Ia menyusuri koridor beberapa saat, kemudian menemukan persimpangan jalan. Ia ingat saat dikejar-kejar Chad sebelumnya, dirinya pernah melewati persimpangan ini tanpa berbelok.
Menemukan jalan lama, Jue Ge segera mempercepat langkahnya. Beberapa menit kemudian, ia kembali ke persimpangan berbentuk T dengan peta 2F.
"Bagus, dengan begini topografi lantai satu dan dua sudah jelas." Ia berdiri di depan peta, menatapnya puluhan detik lagi. Kali ini bukan untuk menyusun puzzle di otak, tapi sekadar menghafal dan memperkuat kesan.
Kurang dari satu menit, Jue Ge segera beringsut pergi demi menghindari kedatangan Chad kalau berlama-lama.
Lalu, ia kembali ke depan lift yang dinaikinya di awal quest, ingin mencoba ke lantai tiga. Tak disangka... saat menekan tombol lift, muncul peringatan sistem: 【Lift ini sedang rusak dan tidak dapat digunakan】
"Hmm... baiklah." Feng Bujue mengangkat bahu.
Tanpa pilihan lain, ia terpaksa kembali menyusuri jalan semula, berlari kecil menuju lift yang terhubung dengan bank darah.
Masuk ke lift, Jue Ge tetap tidak memilih bank darah. Ia turun ke lantai satu, kembali ke ruang makan, menggunakan koin di sakunya untuk membeli kaleng bir dingin dari mesin penjual otomatis.
Tanpa membuang waktu, selagi bir masih dingin ia segera naik lift ke lantai dua, menyusuri koridor dengan lari kencang hingga sampai di ruangan 216.
Saat mendorong pintu masuk, napasnya sudah terengah-engah.
"Hei, apa kau sudah menemukan kunciku?" Victor yang pertama menyapa Jue Ge.
“Haa... Haa...” Feng Bujue menjulurkan lidahnya yang panjang, menyangga bingkai pintu sambil terengah-engah hebat, "Kau jangan banyak bicara!" Ia membalas dengan nada kesal, lalu melanjutkan nafasnya yang terputus-putus...
Jue Ge yang biasa berlari dengan kecepatan super di game, saat ini merasakan sensasi seperti mau mati setelah berlari menggunakan tubuh Lester.
"Hmm... Saat dikejar-kejar Chad sebelumnya, karena durasi larinya tidak lama dan situasi genting, jadi tidak terasa..." Jue Ge bergumam dalam hati, "Tapi setelah lari jarak jauh terus-menerus ini, jadi jelas terlihat... Stamina Lester ini benar-benar payah, fisiknya bahkan lebih lemah dari versi realitasku sendiri?"
"Yang jelas dua kantong golongan darah B yang kuminta... belum juga dia dapatkan." Count di tempat tidur sebelah menimpali, "Aku tidak mencium aroma darah."
"Apa yang kau lakukan selama ini?" Victor mengangkat bahu, lalu menoleh ke Jue Ge, "Waktu adalah uang, kau tahu?"
Feng Bujue mengabaikannya. Setelah nafasnya stabil, ia segera mendekati tempat tidur Tuan Harper dan menyerahkan item misi: "Bir yang didinginkan dengan es, Tuan Harper."
Mendengar itu, Tuan Harper mengangkat lengannya yang gemetar ke arah bir. Namun saat menjangkau kaleng itu... gerakannya secepat kilat, persis seperti saat sebelumnya ia tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan Jue Ge.
Tampak Harper membuka kaleng bir dingin dengan satu tangan, lalu membuka mulut lebar dan meneguknya habis dalam sekali tarikan... gluk... gluk...
"Ah..." Si tua itu menghela napas lega, "Hiks..." Dia bersendawa setelah minum bir.
Feng Bujue berdiri di samping tempat tidur, mengamati dan menunggu dengan diam... Saat menyerahkan bir, dia telah membuka menu permainan dan memastikan misi sampingan di daftar quest telah tercoret.
"Terima kasih, anak muda." Setelah beberapa saat, Harper akhirnya berbicara.
Selama beberapa detik, Jue Ge sempat curiga bahwa orang ini tidak akan memberinya hadiah.
"Hehe..." Feng Bujue tersenyum, tentu hanya sekadar senyum. Dia pasti tidak akan terjebak mengucapkan klise seperti "Ini kewajibanku".
"Ini, hadiah dariku." Harper mengeluarkan kunci dari bawah bantalnya dan menyerahkannya ke Jue Ge.
"Lagi?" Feng Bujue langsung ingin muntah setiap melihat kunci. Setelah menerima "hadiah" ini, dia mengamatinya:
【Nama: Kunci Ruang Kepala Penjara】
【Jenis: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Membuka pintu besar ruang kepala penjara】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Wajar saja membantu orang tua mengambilkan barang.】
“Ah… Jika game ini bisa load save, aku pasti akan merangkul kaki Oink, mohon dia membantuku membunuh Chad, lalu aku akan berbaring semalaman di sudut mana saja di koridor…” Feng Bujue bergumam pelan setelah membaca deskripsi item.
“Ngomong-ngomong… Kantor kepala rumah sakit seharusnya ada di lantai tiga kan…” ucap Feng Bujue sambil menyimpan kunci ke saku bajunya.
“Benar.” Tuan Harper tiba-tiba menyahut, “Kantor kepala rumah sakit terletak di sisi selatan lantai tiga.”
“Oh…” Mendengar ini, Feng Bujue mengira akan memicu quest baru, “Apa Bapak memberikan kunci ini agar aku melakukan sesuatu di kantor kepala rumah sakit untuk Bapak?”
Sayangnya harapannya sia-sia. Kalimat Harper segera berubah menjadi: “Birnya enak sekali ya…”
“Sial…” Feng Bujue bergumam dalam hati, “Cuma memberi petunjuk lokasi kantor kepala rumah sakit saja ya…”
【Tugas saat ini telah diubah, misi utama telah diperbarui】Peringatan sistem tiba-tiba berbunyi.
Jue Ge langsung tertegun, “Misi utama berubah?”
Ia buru-buru membuka menu dan memeriksa daftar quest. Ternyata… Misi utama sebelumnya 【Bertahan di posisi kerja, bertahan hidup hingga subuh】telah dicoret, digantikan petunjuk baru di bawahnya: 【Lolos dari rumah sakit setelah mengalahkan kepala rumah sakit.】
“Ha!” Feng Bujue langsung tertawa melihat tulisan ini, merasakan perubahan dari pasif menjadi aktif.
“Ngapain tertawa? Cepat cari kunciku!” Suara melengking Victor kembali terdengar berisik.
"Yang kamu maksud ini?" Feng Bujue tersenyum misterius, mengeluarkan 【Kunci Victor】 dari saku dan mengayunkannya di depan lawan bicara.
"Ah! Benar! Cepat berikan padaku." Victor mengulurkan kedua tangannya seperti anak kecil yang merengek minta mainan.
"Hmph..." Jue Ge menyeringai sinis, "Aku tahu rahasiamu... kamu spekulan licik..." Dengan sengaja dia melangkah mendekati pintu sambil waspada, "Erguotou... ya? Heh... Biaya produksi murah tapi mematikan bagi ras pecandu alkohol."
"Kamu mau memeras aku?" Victor membuktikan dirinya sebagai Goblin sejati dengan insting tajamnya dalam hal ini.
"Jika aku jadi kamu..." Feng Bujue menghindari jawaban langsung, "Setelah mendapatkan sumber daya eksklusif untuk mengeruk keuntungan... Aku akan menyewa penyihir kuat dengan bayaran mahal untuk membuat penghalang sihir tak tergoyahkan di gudang alkoholku." Dia mengayunkan kunci dua kali, "Hanya kunci sihir unik ini yang bisa membuka pintu, dan akan kubawa kemana-mana." Tatapannya menusuk Victor, "Bisa dibilang... yang kupegang bukan sekadar kunci, tapi seluruh stok Erguotou dan resep pembuatannya."
Sebenarnya semua ucapan ini hanyalah asumsi Jue Ge berdasarkan catatan item 【Mayat Darah Harus Mati】 dan 【Kunci Victor】, serta beberapa settingan Kerajaan Monster.
"Tapi... sepertinya dia benar-benar menebak dengan benar."
"Kau bajingan! Kau memang kejam! Apa yang kau inginkan?" Victor ternyata mengakui.
Mendengar itu, hati Feng Bujue dipenuhi sukacita, tapi di permukaan dia tetap tenang dan mencoba bertanya: "Apa yang kau punya?"
"Aku punya batu teleportasi ke lantai tiga rumah sakit," jawab Victor.
"Ha?" Feng Bujue tertegun sejenak, satu detik kemudian dia sadar - benda ini pasti hadiah dari misi sampingan itu sendiri. "Ada lagi?"
"Uang," jawab Victor. "Apa kau mau yang lain?" Ekspresinya berubah. "Ngomong-ngomong... aku punya keponakan perempuan yang bilang tidak keberatan menikah dengan ras lain..."
"Peralatan! Peralatan peralatan peralatan peralatan peralatan!" Feng Bujue berteriak.
"Kau gila?" Victor membalas. "Dari mana aku punya peralatan? Aku pedagang gelap. Begitu dapat barang, langsung ada pembelinya. Tidak sampai setengah hari sudah laku. Yang ada di sini cuma uang, tidak menyimpan barang bukti... eh maksudku barang dagangan."
"Uang tidak ada gunanya!" Feng Bujue membentak. Ucapannya benar, seperti tertulis di catatan koin itu - uang Kerajaan Monster adalah mata uang yang sangat tidak bisa diandalkan.
"Baik! Kau mau 'barang' ya?" Victor mengeluarkan dua buah item dari laci tempat tidurnya dan menyodorkannya dengan kedua tangan. "Hanya 'ini' dan batu teleportasi yang tersisa. Mau tukar?"
"Sial... setelah sekian lama, cuma dapat tambahan satu item saja..." Feng Bujue bergumam dalam hati. "Lupakan... lebih baik daripada tidak sama sekali."
“Tukar, tentu saja ditukar.” Feng Bujue menjawab tanpa banyak ragu, “Aku memegang kuncimu juga tidak berguna.” Katanya sambil melangkah dua langkah ke depan dan menukarkan item di tangan mereka.
“Hmph! Bajingan! Aku akan melaporkanmu!” Victor menggerutu sambil menyelipkan kunci ke dalam bajunya.
Pangeran di samping tertawa sinis: “Haha, pedagang licik ini, inilah karma.”
Kemudian, kedua makhluk ini mulai berdebat lagi dengan saling menyela...
Sementara Feng Bujue, setelah membaca deskripsi dua item di tangannya, segera keluar dari ruangan.
Sebelum menuju lantai tiga, masih ada satu misi sampingan yang belum diselesaikan. Karena beberapa petunjuk misi lain sudah mengarah ke target yang sama - Direktur, maka hadiah dari Pangeran seharusnya juga terkait penyelesaian misi utama, tidak boleh dilewatkan.
