Setelah tinggal sebentar di kamar 216 dan keluar, masalah bertemu Chad tidak perlu dikhawatirkan dalam waktu dekat.
Maka, langkah Feng Bujue pun sedikit diperlambat.
Singkat cerita, sepuluh menit kemudian, ia kembali masuk ke lift itu dan menekan tombol bertanda B1.
Pintu lift menutup perlahan, suara gemuruh terdengar.
Tak lama kemudian, pintu terbuka kembali. Di depan terbentang koridor sepanjang lima meter yang langsung mengarah ke pintu logam tebal.
"Ini seperti brankas bank..." gumam Feng Bujue sambil keluar dari lift.
Dari pintu lift berjalan menuju pintu gudang darah, dalam beberapa langkah ini dia sepertinya menyadari sesuatu, tiba-tiba tersenyum: "Benar... Di Kerajaan Monster, benda seperti darah memang harus disimpan dengan baik."
Tak lama, Feng Bujue langsung mengeluarkan kunci dan membuka pintu gudang darah. Belum sempat masuk, sudah terdengar suara orang di dalam: "Siapa?"
Suara "orang" ini sangat unik, seperti panggilan burung hantu, bahkan saat mengucapkan kalimat pendek sekalipun, tenggorokannya tetap mengeluarkan suara aneh "guk...guk..."
"Aku..." Reaksi Feng Bujue sangat cepat, tanpa pikir panjang dia menjawab, "Lester."
"Oh..." Si pembicara menjawab sekenanya.
Sambil menjawab, Jue Ge sudah menengok ke dalam ruangan...
Di balik pintu logam terdapat ruang seluas dua ratus meter persegi. Dibandingkan ruangan lain di rumah sakit, tempat ini luar biasa luas. Di tengah gudang darah hanya ada satu meja kerja, sementara lemari pendingin darah berjejer rapi di sekeliling ruangan, bersandar di dinding.
Saat ini, "orang" yang duduk di samping meja kerja sedang dengan gerakan lambat membalik-balik majalah, seolah kunjungan "Lester" adalah hal yang biasa baginya.
"Karena berada di bawah tanah... jadi ruangannya luas ya..." gumam Feng Bujue sambil memasuki pintu dan melihat sekeliling.
"Hari ini giliran jaga kamu ya." Kata sosok di sebelah meja itu lagi.
Setelah mendekat, Feng Bujue baru menyadari bahwa makhluk ini juga NPC berwajah sangat aneh dan unik...
"Wajah orang ini bisa dinilai dalam tiga lapisan... Pertama, kulit dasarnya memiliki tekstur seperti batu, penuh lubang dan lekukan, memendarkan cahaya redup; kemudian, di atas lapisan kulit ini tumbuh bulu-bulu hijau muda yang jarang, terlihat cukup lembut... Terakhir, di lapisan terluar wajahnya terdapat substansi mirip pagar anyaman yang saling bertautan menutupi wajah, teksturnya sangat mirip kuku manusia."
Saat Feng Bujue melihat wajah makhluk ini, tiga kalimat langsung melintas di otaknya: "Apa tujuanmu datang ke Bumi? Apakah ini pertunjukan seni? Apakah kamu gatal-gatal?"
Tentu saja, perkataan-perkataan ini tidak benar-benar dia ucapkan.
"Hmm, benar." Setelah menyapu pandangannya ke papan nama di dada lawan bicara, Jue Ge menjawab, "Bagaimana malammu... Frank?"
"Seperti biasa," balas Frank, "Bagi kami yang bekerja shift 72 jam (beberapa monster baru tidur setelah beberapa hari), kapan pun sama saja." Ia mengangkat kepala melirik Feng Bujue, "Kamu datang tepat waktu, bisa bantu mengupas apel?" Matanya menunjuk ke arah buah apel di meja.
Mendengar permintaan ini, Feng Bujue tidak bisa menahan keheranannya. Jantungnya berbisik: Apa dia tidak bisa mengupas sendiri? Dan... bagaimana dia tahu kebetulan aku membawa pisau lipat?
Meski agak curiga, untuk tidak membocorkan rahasia, Feng Bujue tetap melakukan sesuai perkataan lawan bicaranya. Ia mengambil apel, bersandar di tepi Meja Kerja, mulai mengupas apel menghadap tempat sampah kertas.
"Terima kasih, selalu merepotkanmu." Frank meletakkan majalah di tangannya sambil mengambil file dan pena dari meja, "Kau datang untuk mengambil blood bottle untuk Pangeran ya?"
"Jangan-jangan dia bisa membaca pikiran orang..." batin Feng Bujue, "Tidak mungkin... Apakah dia sudah menembus penyamaranku?"
"Ah... Benar." Keringat dingin mengucur di dahi Jue Ge, tapi secara lahiriah tetap berusaha tenang, "Memang."
"Sebentar, saya isi beberapa file dulu." Frank mulai sibuk menunduk, "Tunggu sebentar ya."
Baru sekarang Feng Bujue menyadari tangan kiri Frank cacat. Tangan kirinya tidak memiliki jari, hanya dua tonjolan batu (baginya itu daging) di telapak tangan. Frank kesulitan menjepit kertas dengan tangan ini, jelas tidak bisa memegang apel atau pisau kecil.
"Kau benar-benar orang baik, Lester." Frank menghela nafas, "Setelah kau pergi, siapa lagi yang akan khusus datang mengupaskan apel untukku?"
"Ha..." Feng Bujue tersenyum tipis, "Mungkin... pendapat orang lain berbeda denganmu. Banyak juga yang menantikan kepergianku kan?"
Jue Ge ingat betul, dalam pembukaan quest di awal disebutkan..."Tidak ada yang menyukaimu, Lester";"Departemen SDM telah memutuskan untuk memecatmu, kamu akan digantikan oleh seorang Tuan yang akan pensiun...semua orang berpikir dia bisa bekerja lebih baik darimu"...
"Apa yang kau bicarakan?" Frank mengangkat kepala, kedua matanya mulai memancarkan cahaya redup,"Kau adalah karyawan paling populer di sini...meski sering melanggar aturan, tapi semua itu untuk membantu kita. Saat mendengar direktur bersikeras memecatmu, semua orang sangat sedih."
"Apa?" Tangan Feng Bujue yang sedang mengupas apel berhenti, ekspresinya berubah,"Tunggu...lalu...bagaimana dengan Chad? Bukankah dia ingin aku pergi?"
"Kau kenapa hari ini? Bicara aneh terus." Frank menjawab dengan wajah bingung,"Kau dan Chad adalah sahabat terbaik, dari TK sampai SMA selalu bersama." Dia menghela napas pendek,"Aku tahu, sejak adik perempuannya meninggal, Chad tidak bisa keluar dari bayang-bayang kesedihan dan mengalihkan kemarahannya padamu, tapi kupikir kalian akhirnya akan berbaikan..."
Mendengar ini, raut wajah Feng Bujue langsung berubah drastis, pikirannya berputar cepat:"Apa yang terjadi...tidak sesuai dengan narasi pembukaan quest..." Tiba-tiba, kilatan inspirasi muncul,"Tunggu...jika yang mengatakan itu...adalah direktur..."
……
Dua menit kemudian, Feng Bujue menyelesaikan mengupas apel dan meletakkannya di depan Frank, tersenyum berkata:"Sudah, kawan."
Frank berkata, "Ah... Aku masih sibuk sebentar di sini." Kepalanya sedikit miring, "Golongan darah B masih di tempat biasa, di lemari nomor 17, ambil dua kantong saja."
"Baik." Feng Bujue menjawab, berjalan ke dinding dan membuka lemari pendingin, mengambil dua kantong darah golongan B.
Setelah itu, dia berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.
"Eh... Sambil lalu tanya," Feng Bujue berhenti di depan pintu, menoleh ke belakang, "Kamu pasti tahu tanggal dan waktu sekarang kan, Frank?"
Ini hal yang jelas. Seseorang yang bekerja di bank darah bawah tanah dengan shift 72 jam pasti punya alat penunjuk waktu. Jika tidak... kalau penggantinya tidak kunjung datang, dia mungkin akan tetap di sana tanpa sadar...
"Sekarang adalah..." Frank tidak melihat jam atau alat apapun, matanya tiba-tiba menjadi serius, "6 Desember, pukul tiga setengah pagi." Dia berhenti sejenak, menatap mata Jue Ge, "Lester... waktumu benar-benar tidak banyak lagi."
Dia bukan yang pertama mengingatkan Lester tentang "waktu" (baik manusia maupun makhluk halus)... tapi Sistem sama sekali tidak memberikan petunjuk terkait.
"Aku akan secepat mungkin, tenang saja." Feng Bujue menjawab. Setelah diam dua detik, sebelum keluar, dia meninggalkan pesan, "Kamu... jaga diri."
Saat ini, pandangan Jue Ge penuh keseriusan. Sepertinya dia sudah mengetahui sesuatu...
Dia bergegas masuk ke lift, kembali ke lantai dua, kemudian mulai berlari di koridor.
“Ternyata…” Feng Bujue bergumam sambil berlari, “Setelah aku 'menyadari', reaksi fisiologis langsung muncul…” Ia menunduk melihat tangannya, seluruh telapak tangan telah berubah ungu kehitaman.
“Hah…” Ia mencoba mengembuskan napas, muncul kabut putih.
“Waktu memang mepet.” pikir Feng Bujue dalam hati, “Item yang masih belum jelas fungsinya adalah…sepasang kaus kaki putih, kunci cadangan yang entah untuk pintu apa, dan cermin kecil…Semoga bisa terpakai…” Matanya kembali mengintip telapak tangannya, “Setelah menyelesaikan quest mengirimkan blood bottle ini, bagaimanapun juga harus ke lantai tiga…Dengan kondisi sekarang, paling lama bertahan satu jam lagi…Tubuh Lester pasti akan mati…”
