Para anggota tim melanjutkan perjalanan dalam suasana yang cukup mencekam. Secara berkala, Hong Hu mengeluarkan lampu inframerah untuk memindai lingkungan sekitar sekaligus memeriksa apakah ada lintah yang menempel di kulit mereka.
Luasnya "hutan lintah" ini melebihi perkiraan mereka. Setelah berjalan cukup lama, mereka masih terjebak dalam kepungan lintah tak kasat mata. Akumulasi lintah di pakaian yang semakin banyak memaksa mereka berhenti sesekali untuk membersihkan diri sebelum melanjutkan perjalanan.
Akhirnya, setelah Feng Bujue menggunakan Wild Ball Punch untuk kedua kalinya (sekitar satu jam sejak menerima quest), kelimanya tiba di sebuah anak sungai. Pindai inframerah menunjukkan bahwa di seberang sungai, hutan tersebut benar-benar bebas lintah.
Mereka membersihkan lintah dari tubuh masing-masing sebelum melompati sungai. Di seberang, pemeriksaan menyeluruh kembali dilakukan untuk memastikan tidak ada satupun lintah yang terbawa, barulah mereka bisa bernapas lega.
"Ah... akhirnya keluar dari tempat menjijikkan itu..." desah Tuan Atobe, "Rasanya seperti terlahir kembali..."
Tianma Xingkong menambahkan: "Benar... Pahlawan yang ditempeli makhluk penghisap bergerak-gerak itu benar-benar tidak pantas."
Feng Bujue mengusap dagunya: "Tidak juga, aku pernah menonton animasi pahlawan yang cukup menarik. Di dalamnya... prajurit wanita berpakaian minim terjebak oleh makhluk penghisap aneh dan diangkat ke udara..."
"Hei! Kamu yakin itu animasi pahlawan?!" teriak Atobe, "Bukankah ini film dengan judul yang hanya terdiri dari beberapa huruf dan angka?"
"Sial... tidak berbudaya." Feng Bujue mendengus dengan merendahkan, "Judul dengan beberapa huruf dan angka itu film live-action..."
"Kalian berdua berhenti di sini!" teriak Hong Hu, "Kenapa topiknya bisa beralih ke hal aneh begitu naturalnya? Fokuslah menyelesaikan quest ini!"
"Aku ingin bilang..." Paman Fei Chai menyela obrolan konyol mereka dengan nada serius, "Apa kalian tidak menyadari..." Dia berhenti sejenak, "Sepertinya semakin panas."
"Eh? Setelah kamu menyebutkannya..." sambung Feng Bujue, "Memang benar."
"Hmm... Suhu tiba-tiba naik dari sekitar dua puluh derajat ke lebih dari 33 derajat." Tianma Xingkong juga menambahkan.
"Hmph, kalian terlalu lambat menyadari." Hong Hu menyesuaikan kacamatanya dengan bangga, "Aku sudah memperhatikan sejak tadi..." Dia menunjuk ke sungai kecil di belakang, "Dengan batas sungai ini, suhu di kedua sisinya sangat berbeda. Coba kalian lompat kembali ke seberang, pasti masih sekitar dua puluh derajat."
"Oh, begitu..." Jue Ge menyandarkan tangannya di kepala dengan wajah santai, "Jadi memang lingkungan sekitar yang memanas."
"Lalu sebelumnya kamu pikir apa?" tanya Atobe.
"Aku kira karena kita membahas topik menarik yang membuat tubuhku jadi gelisah." Feng Bujue tertawa.
Inilah selera humor Jue Ge... Dia selalu melontarkan lelucon aneh di situasi yang tidak tepat, dengan konten yang sama sekali tak terduga. Bisa sangat intelek sampai membingungkan, atau begitu vulgar sampai orang enggan memahaminya...
"Gelisahmu benar-benar cepat muncul..." Hong Hu menyipitkan mata sambil mencela, "Kamu sendiri yang berpikir nakal, berimajinasi liar, lalu membuat dirimu sendiri high sampai seluruh tubuh panas... Prosesnya bahkan tidak sampai sepuluh detik kan? Imajinasimu benar-benar melampaui langit!"
"Tentu, toh aku ini seorang seniman." Feng Bujue menjawab tanpa malu.
"Sudah." Paman Fei Chai menggelengkan kepala dan menyela mereka lagi, "Aku hanya mengingatkan soal perubahan suhu. Kalian bertiga benar-benar bisa ngobrol ngalor-ngidul..." Ia menatap Hong Hu, "Hong Hu, kamu sudah tahu sifat Saudara Feng. Jangan mudah terpancing untuk mencela."
"Dan Saudara Feng," Paman Fei Chai menoleh ke Feng Bujue, "Meski aku setuju player casual harus mengejar kesenangan saat bermain game, jangan terlalu sembrono... Soalnya sebagian besar rombongan kita adalah pemain profesional. Kami cukup serius dengan keberhasilan misi."
"Baik... Aku mengerti." Feng Bujue mengangkat bahu, "Aku akan mengurangi omongan sampah. Mari kita lanjutkan perjalanan." Jue Ge segera mengangguk, mengakhiri percakapan.
Menghadapi orang seperti Paman Fei Chai, Feng Bujue memang agak kewalahan. Dia sangat memahami tipe orang seperti ini... Mereka jarang berbicara formal dengan kaku, tapi benar-benar kompeten dan memiliki hati yang jernih. Jika orang seperti ini menunjukkan sikap serius untuk mengingatkan atau menasihatimu, lebih baik didengarkan karena perkataan mereka selalu masuk akal.
Dalam kehidupan nyata, Jue Ge memiliki beberapa teman dengan karakter seperti ini, misalnya Bao Qing dan Ouyang Jian. Dalam wasiatnya (ya, dia pernah membuatnya dan terus memperbarui), Feng Bujue meninggalkan pesan untuk mereka: "Kalian adalah orang-orang yang kukagumi, sukses dalam karir dan bahagia dalam keluarga; bakat kalian cukup untuk membuat orang-orang sok tampak malu sendiri, tapi kalian tetap rendah hati dan bijaksana. Awalnya tidak kuberikan apapun untuk kalian karena kalian sudah memiliki banyak hal yang tidak kumiliki. Tapi... karena aku lebih tampan dari kalian, kutinggalkan beberapa foto selfie-ku sebagai penyemangat untuk mendaki puncak baru dalam hidup kalian."
……
"Cepat lihat! Apa itu?" Setelah berjalan sekitar dua puluh menit lebih di jalan setapak hutan, Tianma Xingkong tiba-tiba melihat sesuatu. Dia langsung berhenti dan berteriak pelan.
Keempat orang di belakangnya segera menengok... Di balik pepohonan yang samar-samar di depan, terlihat bayangan hitam besar sedang mendekat. Tinggi bayangan itu melebihi dua meter, lebarnya lebih dari dua orang, dan cara bergeraknya menunjukkan makhluk berjalan tegak.
"Bagaimana kalau kita sembunyi dulu?" tanya Feng Bujue.
"Tak perlu takut apa?" Tianma Xingkong menoleh ke belakang, "Sebagai pahlawan, sembunyi-sembunyi seperti ini tidak pantas!"
"Hmm, ucapan yang bagus." Feng Bujue menepuk bahu rekannya, lalu menoleh ke tiga orang lainnya, "Bagaimana kalau kita berempat bersembunyi dulu?"
"Setuju!" Serentak ketiganya menjawab.
Sesaat kemudian, keempat anggota tim kecuali Xiao Ma Ge melesat bagai anak panah yang dilepaskan dari busur, menghilang tanpa suara dalam persembunyian.
"Hei... keterlaluan benar mereka ini..." Tianma Xingkong berteriak dalam hati.
Crt—— crt——
Semakin dekat bayangan itu, suara langkah kakinya semakin jelas terdengar.
"Ternyata... ketika sendirian..." Tianma Xingkong menelan ludah, menatap gugup ke depan sambil bergumam, "Sangat menyeramkan!"
Saat itu juga, sosok bayangan itu muncul dari balik pepohonan, langsung menatap Tianma Xingkong yang berdiri di tengah jalan setapak.
"Hmm? Manusia?"
Cahaya bulan (meski Blood Moon, cahayanya tetap putih dan cukup terang) menyelinap melalui celah-celah kanopi hutan, menerangi sosak aneh itu. Makhluk humanoid ini memiliki wajah merah muda mirip babon, tinggi sekitar 1,9 meter dengan postur selebar pegulat sumo, tapi tubuhnya bukan "gendut" melainkan "berotot".
"Orang" ini mengenakan setelan pakaian kasar berwarna gelap dan sepatu kulit bersisik besar. Alasan para pemain sebelumnya mengira tinggi badannya lebih dari dua meter adalah karena kapak besar yang digantung di bahunya, membuat bayangan kapak dan tubuhnya menyatu sehingga menimbulkan ilusi optik.
"Jinak macam apa kau? Cepat sebutkan namamu!" Xiao Ma Ge langsung berubah ekspresi dan berseru.
"Aduh..." Feng Bujue yang bersembunyi di bayangan terkejut, dalam hati bergumam, "Kemampuan komunikasinya dengan NPC minus banget... Kalau ngomong kayak gini, target yang awalnya ramah bisa langsung berubah bermusuhan."
"Hehe... hihi... ahahaha..."
Tak disangka, "wajah kera" itu tiba-tiba tertawa... Tertawa yang aneh, gila, tak masuk akal dan membuat bulu kuduk merinding.
"Ada apa?" Tianma Xingkong bertanya, "Memangnya ada yang lucu?"
"Ha ha ha ha ha ha!" Lawannya tertawa terbahak-bahak, "Bertahun-tahun sudah... Akhirnya ada makhluk berpola pikir normal yang bicara padaku!" Tangannya melambai-lambai gembira, wajahnya penuh sukacita, "Hahaha... Manusia! Manusia hidup!"
"Lho... Alur cerita macam apa ini?" Hong Hu yang bersembunyi di pohon tak sengaja bergumam.
Namun...
"Oh? Masih ada?" Wajah kera langsung menengadah, memandang tepat ke arah Hong Hu dengan tatapan tajam, "Bagus, ada dua." Setelah bergumam sendiri, tiba-tiba ia mengayunkan kapak ke arah Tianma Xingkong.
Wajah kera itu tiba-tiba berubah menjadi ekspresi mengerikan, menyeringai dengan histeris: "Kalau begitu aku boleh membunuh satu saja kan?! Ha ha ha ha!"
