Ledakan dahsyat mengguncang, energi spiritual melesat liar.
Dulu... Derivator Y2-Shanyao yang hanya berada dalam jangkauan Qi Gong Pao ini langsung terempas ke kondisi sekarat.
Kali ini, Fuling yang berukuran raksasa menelan seluruh kerusakan Qi Gong Pao tanpa tersisa. Jika ditambah efek Vajra Ghanta, totalnya mencapai 200%...
“BOSS biasa dalam quest, mungkin sulit bertahan dari serangan ini. Tapi... Feng Bujue saat ini sedang mengalami quest bertahan hidup tim tingkat Mimpi Buruk yang sangat sulit, dan Fuling adalah BOSS tersembunyi. Dalam hal kekuatan, dia jauh melampaui karakter biasa, bahkan tidak kalah dibandingkan Samodiel.”
Maka, pemandangan aneh pun muncul...
Setelah ledakan, tubuh besar Fuling yang terbuat dari kotoran hancur dan menghilang, tapi dia tidak terbunuh... Di dalam tubuh itu muncul siluman humanoid semi-transparan berukuran sama dengan manusia normal.
Feng Bujue memerhatikan dengan seksama. Saat ini, Fuling terlihat seperti wanita manusia biasa. Dia mengenakan gaun panjang, bertubuh ramping, dengan rambut sepinggang terurai di punggungnya. Satu-satunya keanehan adalah... bagian tengah wajahnya (hidung dan kedua pipi) tidak memiliki daging, tampak seperti tengkorak. Namun bagian atas mata dan bawah bibirnya masih berisi daging dan darah.
"Ah... seperti yang diduga..." Jue Ge bergumam, "Menurut konsep estetika Kerajaan Necropolis... 'kecantikan tertinggi' harus menampakkan tulang..."
"Kamu benar-benar..." Nada suara Fuling berubah drastis, "...berhasil memecah segel kutukan?" Suaranya terdengar seperti ingin menangis bahagia di akhir kalimat, "Heh... hehe... hahaha..." Dia tertawa terbahak-bahak. Beberapa detik kemudian, tawanya berubah menjadi tangisan. Beberapa detik lagi, tertawa lagi... lalu menangis lagi...
Feng Bujue hanya berdiri di ketinggian dan mengamati dalam diam, tidak berkata apa-apa maupun melanjutkan serangan. Menurutnya ini sangat wajar. Jika seseorang terkurung dalam tubuh yang terbuat dari kotoran dalam waktu sangat lama, maka reaksi seperti ini wajar ketika dibebaskan... Sejujurnya, bahkan jika BOSS ini menjadi gila karena kegembiraan, Jue Ge pun tidak akan merasa aneh.
"Akhirnya... aku bebas!" Forleng mendongak ke langit, membentangkan kedua tangan, dan berteriak keras.
Meski saat ini ia sedang mandi dalam udara yang sangat busuk, ekspresinya terlihat senyaman berada di surga...
"Hei... ini meniru ending film 《Penebusan Shawshank》 ya..." Feng Bujue terkekeh kering perlahan turun dari udara. Ia tahu kali ini sedang beruntung... Serangan Qi Gong Pao tadi memang tidak membunuh BOSS, tapi justru mengakhiri pertarungan dengan cara lain.
Benar saja, tidak lama kemudian, dengan suara "bzzzt-" aneh, barrier di sekeliling mereka telah lenyap.
"Kalau perayaanmu sudah selesai, bagaimana kalau jawab beberapa pertanyaanku." Feng Bujue mendarat di jalan setapak berlapis lumpur dan batu, menatap Forleng.
Forleng menatap Jue Ge dan menjawab: "Ah... tentu saja." Suaranya masih tetap sama seperti penyihir tua, "Lagipula kau sangat membantu... Hehe... Apa yang ingin kau ketahui, Pengelana Antar Dimensi?"
"Bagaimana cara meninggalkan Pulau Jumo?" Feng Bujue langsung menanyakan hal paling krusial ini tanpa basa-basi.
……
Pada saat yang sama, di pusat Pulau Jumo, Labirin Kristal.
Ruang di sini terbalik dan penulisannya kacau. Pilar kristal raksasa dengan bentuk tak beraturan berdiri saling silang, sementara monster ilusi yang agresif bersembunyi di antara mereka.
Di area pusat labirin ini terdapat kandang monster kristal yang sangat besar. "Kandang" ini menyerupai bola rotan gepung yang ditenun dari kristal, dengan lubang-lubang di seluruh permukaannya.
Di dalam kandang, sebuah bayangan sedang duduk bersila di tanah, menundukkan kepala dalam meditasi...
"Pemandangan ini sungguh ironis..." Tiba-tiba, suara serak yang dalam terdengar dari luar kandang monster.
Samodiel di dalam kandang sama sekali tidak bergerak, membalas tanpa mengangkat kepala: "Hmph... Kau lagi..." Dia berhenti sejenak, lalu menyebut nama lawannya, "Billy."
Ternyata yang berbicara dengannya dari luar kandang tak lain adalah boneka kayu Billy.
"Dulu, kau di luar kandang, aku di dalam," Billy melanjutkan dengan nada mengejek, "Ha... Tapi sekarang, kau jadi tahanan, sementara aku ada di luar."
"Apa tujuanmu datang ke sini hanya untuk omong kosong semacam ini?" kata Samodiel. "Selain itu... Bagaimana mungkin dengan kemampuanmu bisa masuk ke Pulau Jumo?" Saat mengatakan ini, dia akhirnya mengangkat kepalanya.
Cahaya bulan menembus celah-celah kandang kristal, menerangi tahanan di dalamnya dengan pola-pola cahaya...
Penampilan Samodiel cukup menyeramkan: Tingginya lebih dari dua meter, bertubuh kekar dengan anggota badan yang panjang; Garis wajahnya garang, kulit berwarna merah tua, sepasang mata kuning kecoklatan seperti mata binatang yang bersinar dalam kegelapan; Di dahinya tumbuh sepasang tanduk kambing, di punggungnya terdapat sayap kelelawar (sudah mengalami degenerasi, tidak bisa terbang, dengan rentang total sekitar tiga meter saat dibentangkan). Cakar di ujung jari dan gigi tajam di mulutnya setajam pisau. Kakinya sangat berotot dengan sepasang kuku besar di kaki, bagian paha dan pinggulnya ditumbuhi bulu kasar sekeras baja, serta memiliki ekor singa di belakang paha.
"Banyak hal telah berubah, Samodiel." Billy mengayuh sepeda roda tiganya sambil berputar mengelilingi kandang kristal, melanjutkan, "Selama tahun-tahun kamu dipenjara, banyak peristiwa terjadi..."
"Apakah maksudmu... Sekarang kamu sudah memiliki kekuatan untuk bebas keluar-masuk Pulau Jumo?" Samodiel mendengus dingin, "Hmph... Tidak masuk akal..."
"Apakah kamu tidak percaya, atau tidak mau percaya?" Billy tertawa dengan suara seraknya, "Jika kuberitahu bahwa tidak hanya aku... Bahkan Lapin dan Alden juga memiliki kekuatan yang tidak kalah darimu, apa pendapatmu?"
"Dengan kalian berani?" Samodiel menggeram keluar dari sela-sela giginya dengan muram.
"Sulit diterima, ya?" Billy tersenyum sinis, "Aku mengerti, sebagai keturunan terakhir Sater terkuat di dunia, kau memiliki harga diri dan keteguhan." Dia berhenti tepat di depan kandang, melanjutkan, "Dulu, bertiga pun kami tak bisa mengalahkanmu. Tapi sekarang... masing-masing dari kami lebih kuat darimu, wajar jika kau merasa tidak nyaman."
"Boneka kayu, jangan pura-pura mengertiku..." Kilauan jahat muncul di mata Samodiel, "Aku sendiri tak memahami diriku..."
"Hah... Tertutup awan karena berada dalam permainan..." sambung Billy, "Bagi para dewa yang taat pada Order, tindakanmu memang tak terduga. Tapi aku... sepenuhnya memahamimu." Dia berhenti sejenak, "Sehebat apapun kau di antara sesamamu, pada akhirnya kau tetap Sater. Darah kekacauan mengalir dalam tubuhmu, itu adalah insting bawaan yang tak bisa ditolak. Bahkan setelah menjadi Time Officer, menjadi pelayan yang setia pada Order... kau tetap tak bisa melepaskan hal-hal yang melekat sejak lahir..."
"Karena itu, kau mengkhianati Time Lord, melarikan diri dari penjara itu, dan membebaskan kami bertiga yang terkurung..."
"Rupanya kau masih ingat..." sambung Samodiel, "Tidakkah kau merasa ini kesempatan baik untuk membalas budi?"
"Membalas budi? Hahaha..." Billy tertawa tiga kali, "Aku bukan anak tiga tahun, hematlah tenagamu." Nadanya berubah serius, "Kau membebaskan kami untuk mengacaukan penglihatan Time Lord, mengulur waktu untuk 'rencana pelarian permanen'-mu. Sayang, rencanamu hancur karena satu kesalahan kecil yang tak terduga..."
“Kau meremehkan para pengelana antar dimensi itu... atau lebih tepatnya, kau meremehkan kemampuan si 'Feng Bujue'. Akibatnya, di detik terakhir kau ditangkap oleh Time Lord. Hal pertama yang kau lakukan setelah ditangkap adalah mengkhianati keberadaan kami demi menyelamatkan nyawamu sendiri.”
“Kau memang melihat sebagian rencana dan caraku,” kata Samodiel dengan dingin, “Tapi itu tidak berarti... kau memahamiku.”
“Mungkin...” Billy menunggu beberapa detik sebelum melanjutkan, “Baiklah, mari kita bahas urusan resmi... Aku ke sini untuk membuat transaksi denganmu.”
“Apa?” Ekspresi Samodiel berubah, menunjukkan keheranan dan kecurigaan.
“Ada masalah? Aneh ya?” Billy menyambung, “Di Pulau Jumo ini, transaksi adalah satu-satunya prinsip yang bisa dipercaya, bukan? Seperti transaksimu dengan Rains Ford (lihat Pulau Pemburu), selama kedua pihak mencapai kesepakatan, masing-masing bisa mendapatkan apa yang diinginkan.”
“Kau tahu banyak hal...” gumam Samodiel dengan suara berat, “Benar, aku membuat kesepakatan dengannya. Ford hanyalah manusia remeh. Aku hanya memberinya sedikit kekuatan dan menunjukkan cara meninggalkan pulau, lalu dia bersedia membalaskan dendamku pada Feng Bujue.” Matanya yang kuning tanah menatap wajah Billy, “Tapi... apa yang kau inginkan dariku? Setidaknya menurutku... selain penderitaan, aku sudah tak punya apa-apa lagi.”
