“Ha!” Saat peringatan quest berbunyi, Feng Bujue meletakkan pelontar di tangannya dan mengarahkan 【Wild Ball Punch】 ke tempat kosong.
“Masih mau dilanjutkan?” Atobe menyahut spontan.
“Ah... Benar, cooldown skill-nya satu jam.” Feng Bujue menjawab, “Sebenarnya tadi aku ingin menggunakannya... Tapi beberapa menit itu tidak perlu dihitung terlalu ketat, jadi kuputuskan menjelaskan dulu baru menggunakannya.”
“Omong-omong, untuk apa sih jurusmu itu?” Atobe bertanya, “Cooldown-nya sampai satu jam penuh, tapi menurutku kekuatannya biasa saja.”
“Hmph... Dari mana kamu tahu ini skill serangan?” Feng Bujue berkata dengan nada misterius.
"Jurusmu ini..." Atobe menebak, "Skill yang meningkatkan atribut secara permanen?" Ia berkata setengah bercanda, "Mungkinkah... setiap kali kamu melakukan gerakan itu, data tersembunyi tertentu akan meningkat sedikit?"
"Oh? Kamu bisa melihatnya? Bagus." Feng Bujue tetap tenang sambil mengarang omong kosong, "Baiklah, akan kuberi tahu. Sebenarnya... setiap kali menggunakan skill ini, sesuatu di tubuhku akan memanjang sedikit..."
"Jika 'sesuatu' yang kau maksud adalah harga diri, itu akan sangat baik..." Atobe memandangi Jue Ge dengan tatapan menghina.
"Sudah, obrolan bisa dilanjutkan setelah quest selesai..." Hong Hu menyela kedua orang yang sedang berdebat, "Melihat penyelesaian quest sebelumnya, tingkat kesulitan kali ini pasti tinggi... Kita tidak punya banyak waktu sisa."
"Tentu saja, ini dungeon tim dengan kesulitan Nightmare." Feng Bujue menoleh dan menjawab, "Setiap langkah kita seperti berjalan di atas kawat baja... Nyawa tergantung di ujung tanduk..."
"Kalau sudah tahu, cepat bantu cari jalan. Waktu tidak bisa ditahan." Paman Fei Chai sudah mengeluarkan senter dan mulai mencari jalan ke lantai bawah.
"Tidak perlu." Feng Bujue mengambil pelontar di lantai dan mengarahkan lampu ke sudut ruangan, "Selagi ngobrol tadi, aku sudah menemukannya."
Para anggota tim melihat ke arah yang ditunjuk dan benar-benar menemukan pintu masuk ke lantai bawah - sebuah pintu geser lainnya.
Mari jelaskan secara singkat lingkungan sekitar...
"Para pemain saat ini berada di sebuah ruang yang dinding dan lantainya terbuat dari batu bata abu-abu, dengan luas sekitar delapan puluh meter persegi; meskipun bagian atas ruang batu ini berbentuk kerucut, tidak ada pilar atau balok penyangga di dalamnya."
"Di area yang saat ini diterangi lampu oleh Feng Bujue, terdapat sebuah pintu geser yang tertanam rata di lantai (pintu logam kecil berukuran 1 meter x 1 meter yang bisa dibuka dengan dorongan kuat dan akan otomatis dipulihkan beberapa detik setelah dilepaskan), penampilannya persis sama dengan pintu masuk di atas, hanya posisinya berada di lantai."
"Wah... Saudara Feng benar-benar efisien," Paman Fei Chai menyambung.
"Terlalu dipuji," jawab Feng Bujue dengan santai.
"Ngomong-ngomong, apakah kalian memperhatikan sesuatu?" Tianma Xingkong yang memiliki refleks super lambat tiba-tiba berkomentar, "Biasanya, notifikasi 'Tugas saat ini telah selesai' dan 'Misi utama telah diperbarui' seharusnya muncul berurutan. Tapi kali ini... ada jeda sekitar sepuluh menit di antaranya."
"Ah, tentu saja kuperhatikan," balas Feng Bujue, "Mungkin... Sistem perlu memberikan waktu buffer antara dua 'tugas waktu terbatas'."
"Apakah itu perlu?" tanya Paman Fei Chai, "Mengingat ini kesulitan Nightmare, wajar saja jika tugas waktu terbatas diberikan berturut-turut tanpa ampun."
"Memang perlu." Hong Hu buru-buru menjawab, "Karena sistem butuh waktu untuk menyelesaikan 'pemusnahan'." Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, "Kau sendiri bilang ini quest Nightmare... mana mungkin pemain mati dengan mudah? Menurutku deskripsi quest tentang 'pemusnahan' ini pasti bukan sekadar mengubah pemain jadi cahaya putih dan mengeluarkan mereka dari quest secepat itu." Matanya berkedip sinis, "Mungkin... sistem akan menyiapkan cara mati yang lebih mengerikan dan menyakitkan."
"Benar, contohnya... tiba-tiba kotoran jatuh dari langit, menempel di wajahmu, dan menyegel semua kemampuanmu. Baru setelah kau mati lemas, kau bisa keluar dari quest." Feng Bujue menyambung dengan wajah muram.
"Hehe..." Hong Hu terkekeh palsu lalu mengabaikan celaan Jue Ge. Dia berbalik menuju pintu geser, berjongkok sambil berkata, "Sejak quest dimulai, hanya aku yang belum menjelajah kan? Kali ini biar aku yang turun dulu." Sambil berbicara, dia mengeluarkan senter dari tas lalu membuka pintu geser di lantai.
"Hmm... sepertinya ruangan mirip dengan yang di sini." Hong Hu menyorotkan senter ke bawah lalu menengok ke belakang, "Aku turun dulu." Sebelum suaranya habis, dia sudah melompat menyamping masuk melalui pintu geser.
Suara pendaratannya sangat halus dan stabil.
Beberapa detik kemudian, teriak Hong Hu terdengar: "Aman, semua bisa turun."
Maka keempat orang lainnya pun masuk secara berurutan melalui pintu geser, memasuki ruang batu di lantai bawah.
Luas ruang batu ini persis sama dengan ruangan di atas, yang membedakan adalah bagian atas lantai ini bukan lagi atap lancip yang melengkung, melainkan langit-langit batu yang rata.
"Lihat sana." Setelah semua rekan tim berdiri stabil, Hong Hu mengarahkan senter ke salah satu sisi ruangan sambil berkata, "Itu... terlihat sangat mencurigakan, bukan?"
Semua orang menoleh dan langsung mengintip objek yang ditunjuk Hong Hu.
……
(Bagian termasuk "tindakan penindasan khusus" telah dihapus di sini karena tidak relevan dengan narasi utama)
Nomor identifikasi: SCP-645.
Tingkat keamanan proyek: Safe.
Deskripsi: SCP-645 adalah cakram raksasa dari marmer Pavonazzetto yang menyematkan wajah manusia (tentu juga terbuat dari marmer), tampak mirip dengan Mulut Kebenaran yang terukir di Santa Maria in Cosmedin, Roma Italia (lihat film Roman Holiday); lubang kosong terdapat pada bagian mulut dan mata.
Kapanpun tangan dimasukkan ke mulut SCP-645, akan terasa hangat dan lembab.
SCP-645 harus dibersihkan setelah setiap aktivasi.
Siapapun yang memasukkan tangan ke Mulut Kebenaran kemudian berbohong, akan membangunkan patung ini dan menyebabkan tangan mereka digigit lalu ditelan oleh SCP-645... Nasib anggota tubuh yang tertelan tidak diketahui, sedangkan pemeriksaan dengan probe menunjukkan tidak adanya kerongkongan.
……
"Ini sangat mirip dengan Mulut Kebenaran." Atobe mengamati patung itu sambil berkomentar. Dia pernah berkunjung ke Eropa dan melihat Mulut Kebenaran asli, sehingga bisa mengenalinya.
“Oh, sepertinya aku juga pernah melihat ini di film lama.” Tianma Xingkong menyambung.
“Sebenarnya…” Paman Fei Chai berkata, “kita belum tentu harus menyentuhnya.” Dia menunjuk ke sisi lain ruang batu. Pintu geser menuju lantai bawah berada di arah yang ditunjuknya, “Tujuan kita adalah mencapai dasar, jadi… kita hanya perlu terus melewati pintu-pintu ke bawah ini. Untuk benda aneh seperti itu, lebih baik dihindari.”
“Setuju.” Kata Feng Bujue, tapi tubuhnya… sudah bergerak mendekati patung.
“Hei! Lalu kenapa kau mendekat?” Hong Hu bertanya.
“Mencari peralatan.” Feng Bujue menjawab dengan nada wajar, “Sudut yang bisa diabaikan seperti ini punya probabilitas tinggi menyimpan hadiah.” Tangannya sudah masuk ke mulut patung, “Seperti pepatah 'Jebakan banyak di jalan wajib, kotak harta langka tersembunyi di gang'. Ini aturan game dasar, masa kalian yang profesional tidak tahu? Aduh!”
Sebelum selesai bicara, ekspresi Jue Ge tiba-tiba berubah disertai teriakan kesakitan.
“Ada apa?” Tianma Xingkong pertama kali melesat maju, membuat "wajah pahlawan"-nya sambil bersiap, “Kau digigit? Perlukah kuterjang dengan Meteor Fist?”
“Fist-mu itu! Apa semua masalah harus diselesaikan dengan Meteor Fist?” Suara Feng Bujue masih keras, tampaknya tidak apa-apa.
“Ah… Katanya kalau bingung, keluarkan naga…” Xiao Ma Ge malah menjawab dengan serius.
"Kalimat itu adalah celaan! Dan itu mengacu pada Dragon Fist! Bukan Meteor Fist!" teriak Feng Bujue.
"Sudahlah... Jangan terus memperdebatkan hal tidak penting ini..." Paman Fei Chai menggosok pelipisnya dengan kedua tangan, kepalanya mulai pusing, "Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Sepertinya aku menyentuh sesuatu..." jawab Feng Bujue dengan tempo bicara sangat cepat, "Benda berbentuk bulat, permukaannya halus, ukurannya mirip bola tenis... Singkatnya, saat aku menyentuhnya, tanganku langsung terkunci."
"Coba lepaskan benda itu," kata Atobe.
"Tidak bisa. Bagian siku ke depan benar-benar terkunci," balas Feng Bujue, "Dan tangan tidak bisa ditarik keluar..." Dia berhenti sejenak, "Sepertinya... jika dipaksa, tanganku akan hancur."
"Hah... Inilah arti sebenarnya dari iseng menggunakan tangan." Hong Hu menggeleng sambil menghela napas, "Katanya 'jalan wajib penuh jebakan, kotak harta legendaris tersembunyi di gang'... Menurutku lebih tepat 'jagoan tewas terjatuh dari kuda, perenang ulung tenggelam di sungai', siapa yang suruh sombong?"
"JA--WAB--SA--YA--SE--BU--AH--PER--TANYA--AN--" Tiba-tiba patung itu mengeluarkan suara serak dari mulutnya, setiap kata diucapkan dengan nada panjang (penulisan tanda pisah pada dialog patung akan dihilangkan selanjutnya), "Aku akan melepasmu."
Para hadirin saling pandang, tidak ada yang menyahut.
"Hmm... Tanyakan saja." Setelah ragu dua detik, Feng Bujue akhirnya menyetujui.
“Kamu harus jujur, kalau tidak aku akan menggigit tanganmu sampai putus.” Patung itu melanjutkan.
“Boleh.” Feng Bujue membalas.
Jue Ge sama sekali tidak takut tangannya digigit, karena di tasnya masih ada beberapa SCP-500. Nilai kelangsungan hidupnya juga hampir penuh, sehingga tidak akan mati karena luka. Singkatnya, skenario terburuk hanya kehilangan satu pil obat dan satu item misteri yang belum sempat diperoleh.
“Kalau begitu dengarkan baik-baik…” Patung itu langsung bertanya…
