Ketiganya keluar dari gerbang lengkung Kuil Pendeta, memasuki terowongan gelap gulita.
Semakin jauh berjalan, terowongan semakin menyempit hingga akhirnya berubah menjadi koridor berukuran standar. Meski sering menemui belokan, sama sekali tidak ada persimpangan jalan.
“Hmm... Ngomong-ngomong.” Di tengah perjalanan, Paman Fei Chai tiba-tiba berkata pada Atobe, “Atobe, ada satu hal yang membuatku penasaran. Boleh bertanya?”
Atobe terkejut, dalam hati: Pemain level tinggi seperti Paman Fei Chai ini mau bertanya padaku?
“Apa itu?” tanya Atobe.
“Begini...” Paman Fei Chai bertanya, “Studio game kalian, Ice Emperor, termasuk jenis studio game yang seperti apa?”
“Jenis mana?” Atobe mengulangi seolah-olah sedang berpikir, padahal dalam hatinya bergumam: Studio game masih dibagi jenis-jenis?
Jelas... memang dibagi.
Secara kasar, studio game secara umum dapat dibagi menjadi empat kategori.
Pertama adalah "Tipe Komprehensif". Banyak studio jenis ini merupakan perusahaan besar dengan skala luas, sumber daya keuangan kuat, dan kumpulan pemain bintang. Cakupan operasinya sudah jauh melampaui bidang game. Mereka bisa menjamin keuntungan hanya dengan mengandalkan efek merek.
Kedua adalah "Tipe Bakat". Studio jenis ini memiliki skala beragam dari kecil hingga besar, dengan filosofi dasar berpusat pada sumber daya manusia. Fokus utamanya adalah membina pemain bintang luar biasa, menghasilkan pendapatan signifikan melalui ekspor bakat ke luar.
Ketiga adalah "Tipe Komersial". Ini kategori yang lebih niche, tidak semua orang mampu melakukannya, tetapi yang sukses memang menghasilkan banyak. Studio jenis ini tidak menuntut kemampuan game tinggi dari staf. Yang mereka butuhkan adalah pemain sabar, jago analisis observasi, dan punya kemampuan sosial bagus. Mereka memperlakukan game sebagai pasar yang harus ditaklukkan - mencari untung melalui spekulasi barang virtual, mengontrol harga, perdagangan intelijen, dll. Bisa dibilang jalur alternatif yang cerdik.
Sedangkan tipe keempat adalah "tipe pekerja keras", biasanya dimiliki oleh studio berukuran kecil hingga menengah. Bisnis utama mereka adalah bagian paling dasar dalam industri ini - leveling (atau membimbing) untuk orang lain, dan penambangan emas. Pada dasarnya semua pekerjaan kasar yang tidak terlalu bergengsi atau menyenangkan, jika dilakukan lama akan terasa seperti operasi mekanis yang melelahkan dan membosankan. Dan... pekerjaan ini juga harus menerima berbagai cacian dan tuduhan, karena cara bermain mereka murni mengejar efisiensi, sehingga sering merusak pengalaman bermain pemain lain. Bahkan ketika disebut "belalang", mereka memang tidak bisa membantah.
Informasi di atas termasuk pengetahuan dasar yang cukup penting. Di tahun 2055, jika ingin berkecimpung di industri game - baik sebagai pemain maupun membuka studio sendiri - materi ini wajib dikuasai. Jika bahkan positioning dasar saja tidak jelas, masuk ke industri ini sama saja dengan menggali kuburan sendiri.
Setelah membaca ini, mungkin kalian sudah mulai menebak... Benar, Tuan Atobe, atau... Jin Fugui, terjun ke dalam gelombang besar industri game ini tanpa mengetahui apa-apa.
Untungnya... kondisi keuangan keluarganya cukup mapan, memungkinkannya melakukan beberapa kesalahan.
Ayah Jin Fugui yang sudah berpengalaman bisnis bertahun-tahun adalah orang bijak. Ia berpikir terbuka: Jika anaknya ingin buka studio game, biarkan saja. Lagipula ini industri legal dengan modal tidak terlalu besar. Meski tidak sukses, kerugiannya tidak akan besar. Bagaimanapun... lebih baik daripada lulus kuliah lalu menganggur di rumah.
Maka, dengan penuh semangat, harapan, dan ketidaktahuan, Atobe memulai karier gaming-nya...
"Jadi... semacam..." Atobe menjawab terbata-bata, "Jumlah personilnya sedikit, tapi kekuatan masih lumayan... semacam itu..."
"Oh, maksudmu mengambil jalur elit? Jadi tipe 'berbasis bakat'." Hong Hu menyela, "Eh? Ngomong-ngomong... kenapa situs resmi studio kalian belum juga diluncurkan?"
"Erm... itu..." Atobe menjawab dengan ekspresi canggung, "Karena perusahaan baru berdiri belum lama... ditambah bisnis dalam game yang cukup sibuk..."
Sebenarnya... jika tidak ada yang mengingatkan, mungkin bahkan setengah tahun lagi dia tidak akan ingat untuk membuat halaman utama studio.
"Oh begitu." Hong Hu tidak curiga, hanya berkata, "Hmm... bisa dimaklumi, studio kecil dengan personil terbatas pasti punya berbagai kendala."
"Bisa mempertahankan operasional normal saja sudah luar biasa." Paman Fei Chai menambahkan, "Aku cukup mengagumi Atobe, di usia muda sudah menjadi direktur studio. Pasti banyak pinjaman bank yang harus ditanggung? Haha..."
"Erm... masih... masih bisa diatasi..." Atobe sungkan mengungkapkan statusnya sebagai anak orang kaya dalam atmosfer seperti ini.
"Hehe... jangan khawatir. Dulu Shiva, Dao Jian Xiao dan kawan-kawan memulai usaha di usia yang hampir sama denganmu, sekarang kan sudah jadi tokoh ternama?" Hong Hu tertawa, "Studio baru mulaimu sudah punya pemain kuat seperti 'Susah Nama', prospeknya sangat cerita." Dia berhenti sejenak, "Tapi... karena ini studio berbasis talenta, koneksi sangat penting. Meski cuma untuk pencitraan, kau harus rekrut lebih banyak staf. Saat para pemula sudah berkembang, kau dan tim inti bisa fokus mengurus urusan operasional offline."
"Hmm-hmm, paham..." Atobe mengangguk.
"Begini saja. Setelah quest selesai kita saling tambah teman. Aku punya beberapa kenalan di lingkaran ini - pemain profesional individu yang cukup berbakat. Bisa kukenalkan mereka ke studimu." Sambung Hong Hu.
"Wah! Ini benar-benar seperti mengirimkan bara di tengah salju!" Mata Atobe berbinar, "Terima kasih banyak!"
"Hehe... tak perlu berlebihan..." Hong Hu tersenyum, "Teman-temanku ini meski berbakat, tapi pengalaman masih minim. Sulit melamar ke studio ternama, enggan masuk studio kecil 'tipe pekerja keras', takut tertipu kalau masuk studio aneh. Dengan kau menerima mereka, ini situasi win-win."
"Sebenarnya... kita tidak terlalu kenal... Tak takut aku ternyata bos berhati hitam yang mengeksploitasi karyawan?" Tanya Atobe sambil tertawa.
“Tidak seperti.” Paman Fei Chai kali ini menyambung pembicaraan, “Aku cukup jago menilai orang, meski tidak lama berinteraksi, tapi baik kamu maupun Susah Nama bertiga... tidak terlihat seperti orang dari studio.”
“Hmm, aku juga berpikir begitu.” Hong Hu menimpali.
“Baiklah... aku anggap ini pujian.” Atobe membalas.
Misi Nightmare dengan tim ini benar-benar tidak sia-sia bagi Atobe. Belum lagi soal hadiah penyelesaian, setidaknya dia sudah mendapat keuntungan praktis lainnya.
“Oh, aku juga ada hal yang ingin kutanyakan.” Saat ini, Atobe merasa sudah waktunya mengalihkan topik, lalu berkata pada Paman Fei Chai, “Tentang saat kamu membongkar Jiwa Peniru tadi... Apakah benar hanya mengandalkan postur saja?”
“Benar, hanya itu.” Paman Fei Chai menjawab.
Atobe berkata, “Dari mana asal kepercayaan dirimu itu...”
Paman Fei Chai sedikit ragu, lalu tertawa: “Hehe... Sebenarnya alasannya sederhana, karena rekaman Pertarungan Puncak sudah kupelajari berulang kali. Aku mengamati dengan detail gaya bertarung setiap peserta. Terutama gerakan kebiasaan kecil dan reaksi spontan saat menghadapi bahaya... Kupelajari frame per frame.”
Hong Hu langsung menanggapi: “Ah... Persiapannya juga sangat matang, Saudara Chai.”
“Hehe... Sama-sama.” Paman Fei Chai tersenyum, “Pasti kamu juga meneliti tidak kalah banyak dariku.”
Di titik ini, dua tatapan tajam saling bersentuhan sejenak lalu cepat berpisah. Semua tak perlu diungkapkan dengan kata-kata...
Hanya Atobe yang diam-diam menunduk di samping. Tak bisa dipungkiri, kedua pemain profesional yang bertarung atas nama pribadi ini telah mencapai level seperti ini. Sementara dirinya, sebagai kepala studio game, masih berpegang pada konsep "cari uang dengan bermain".
Zhenge, Lao Qu, dan Xiao Ming memang bisa memiliki mental seperti itu. Pekerjaan mereka adalah bermain game, dan mereka melakukannya dengan sangat baik. Bisa dikatakan mereka telah memenuhi kualifikasi pemain profesional. Yang bisa mereka lakukan hanyalah mengandalkan kekuatan dalam game untuk menopang studio ini.
Tapi Atobe berbeda. Dia adalah investor, pengambil keputusan, dan operator studio. Tugasnya jauh melampaui apa yang bisa diselesaikan dalam game.
Saat ini juga, Atobe baru tersadar... Mengapa tiga sahabatnya selalu menolak bermain quest bersamanya, dan tanpa ampun mengatakan "Kamu lemah banget, buruan logout!".
Sebenarnya... Bukan mereka tak ingin bermain dengan saudara seperjuangan. Bukan pula karena level Atobe rendah. Mereka hanya ingin Atobe melakukan hal yang benar-benar harus dilakukan. Karena mereka bukan lagi empat mahasiswa yang mengurung diri di asrama, melainkan orang dewasa yang harus bertahan hidup melalui game.
Grup Susah Nama sudah lama paham. Hanya Atobe yang belum mengerti, seolah dia belum dewasa...
"Pada dasarnya... dia hanya 'bermain' saja. Bermain dengan masa mudanya dan uang keluarga. Yang disebut 'studio' hanyalah kedok yang diselimuti aura 'mimpi dan kewirausahaan', agar dia dan teman-temannya bisa terus berkumpul, seharian bermain game..."
Kini saat merenung... dia sadar dirinya tak pantas jadi 'bos'. Jarang melakukan riset membosankan, tak pernah menyusun rencana game jangka panjang, jadwal studio nyaris hidup sehari-hari...
"Aku benar-benar idiot yang tak pernah dewasa..." gumam Atobe dalam hati, "Bukan pemimpin kompeten... juga bukan pemain profesional sejati..." Dia menghela napas panjang, menatap dua high-level player di sampingnya, "Profesional sejati harus punya integritas seperti mereka... mana boleh mengaku profesional tanpa itu..."
Tiba-tiba dia teringat dialog film klasik - Dalam dunia orang dewasa, tak ada yang mudah.
"Hei! Lihat ke sana!" Hong Hu tiba-tiba berhenti dan mengarahkan senternya.
Ucapan itu menarik kembali pikiran Atobe ke quest yang sedang dijalani.
Paman Fei Chai juga masuk mode waspada, memandang tajam ke arah yang ditunjuk Hong Hu.
Sekumpulan cahaya hijau terang muncul di ujung koridor, bergerak perlahan mendekat...
