"Kekalahan" yang dimaksud Feng Bujue tentu bukan kekalahan dalam pertarungan, melainkan kegagalan misi sampingan...
Pada saat Sang Ulat Betina mengeluarkan raungan sekarat, ada suara lain yang terdengar. Namun saat itu, telinga para pemain sedang menerima pukulan rasa sakit yang luar biasa, sulit untuk memperhatikan suara-suara halus lainnya...
Hanya Jue Ge... yang samar-samar menangkap sesuatu.
Sebagai seseorang yang terbiasa melakukan multitasking, dia takkan melewatkan detail-detail seperti itu. Dalam kilatan listrik dan percikan api, hampir secara insting dia melirik menu permainan... dan menemukan kenyataan bahwa Paman Fei Chai telah meninggal.
Benar, suara yang tertutup raungan itu adalah notifikasi sistem: 【Anggota tim: Paman Fei Chai, telah meninggal.】
"Apa?" Hong Hu langsung bereaksi setelah mendengar perkataan Jue Ge, menyadari perubahan di kolom tim, "Sial... tetap saja salah perhitungan..."
Sementara Tianma Xingkong dan Atobe, setelah meminum suplemen health point, secara refleks membuka menu permainan untuk memeriksa pemulihan darah. Mereka pun cepat menyadari kematian Paman Fei Chai.
"Sebenarnya tidak ada yang salah perhitungan." Feng Bujue mengangkat bahu, "Kita sudah melakukan yang terbaik, tapi tetap gagal menyelamatkan Paman Fei Chai. Ini karena kecerdasan monster di quest ini terlalu tinggi..." Dia melanjutkan dengan nada pasrah, "Kupikir... di detik terakhir, Sang Ulat Betina mungkin sudah tahu akan mati, jadi memutuskan menarik seseorang sebagai teman penguburan."
“Tidak, aku yang terlalu ceroboh...” Hong Hu menggelengkan kepala, "Sebelumnya seharusnya kuberi tahumu..." Ia menatap Jue Ge melanjutkan, "Karena kamu tidak terkena jebakan, jadi tidak tahu... Saat dikendalikan oleh benang otak Ulat Induk, panca indera yang dikendalikan akan diperbesar hingga batas maksimal. Di saat itu... penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan perasa... semuanya memberi feedback informasi yang memicu panik dalam jumlah besar padaku..."
"Iya, benar, itu sangat menakutkan." Atobe yang berada di kejauhan menyela, "Terutama suara dari dalam tubuhku sendiri... Sangat mengerikan."
Hong Hu mengangguk, melanjutkan: "Saat merumuskan strategi, aku lupa mempertimbangkan hal ini... Mengingat Paman Fei Chai tertangkap Ulat Induk, pasti dia juga dalam kondisi 'panca indera super'. Menerima dampak teriakan dalam kondisi seperti itu, kerusakan otaknya sulit dibayangkan..." Gumamnya dengan penyesalan, "Ah... Andai saja tidak karena kesalahanku, mungkin kita bisa menemukan strategi yang lebih tepat."
"Pfft..." Setelah menahan satu detik, Feng Bujue tiba-tiba tertawa, "Wahahaha..."
"Ada apa?" Hong Hu mengernyitkan matanya ke arah lawan bicara.
"Mengejekmu." Jue Ge menjawab dengan ekspresi yang sangat ingin dipukul, "Masih disebut 'Jenderal Cerdik'? Dasarnya bego! Wahahaha..."
"Dasar bagaimana kamu bisa bertahan sampai usia dua puluhan ini..." Hong Hu menarik wajahnya panjang, "Tidak dipukuli mati itu benar-benar mukjizat..."
Tiba-tiba, tawa itu terhenti. Feng Bujue hanya membutuhkan 0,5 detik untuk mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat serius: "Baiklah, kamu sudah kuhina dan kuhina. Bisakah rasa bersalahmu berhenti sekarang?"
"Hmm..." Hong Hu menjawab dengan kaku, "Cara kamu menghibur orang benar-benar unik..." Ia berpikir beberapa detik, "Meski rasa bersalah dan penyesalanku tidak berkurang, tapi perhatianku memang berhasil dialihkan... Harus diakui, kamu ahli dalam menarik kebencian orang..."
"Terlalu dipuji." Feng Bujue menyahut.
"Sudah, jangan dipikirkan lagi..." Atobe merebahkan diri di daun raksasa, "Mengingat keadaan sudah seperti ini, lebih baik kita istirahat lebih lama. Lagipula misi utama tidak ada batasan waktu. Saya sarankan kita beristirahat di sini sampai status pulih sepenuhnya sebelum melanjutkan."
"Usul bagus." Feng Bujue juga meminum sebotol obat (tas Jue Ge selalu menyimpan lima botol Suplemen Survival ukuran sedang, sekarang tersisa empat), lalu berdiri sambil berkata, "Tapi lokasi istirahat bukan di sini. Lebih baik kita pindah tempat... dan harus cepat."
"Hah? Kenapa lagi?" Tianma Xingkong bertanya bingung.
"Tentu untuk keamanan." Hong Hu ikut berdiri sambil menyesuaikan kacamata, "Kini gunung telah kehilangan harimau, para monyet akan segera muncul menjadi raja."
"Eh..." Tianma Xingkong merenung beberapa detik baru mengerti metafora itu, "Maksudmu... 'gunung' ini adalah lokasi kita, dan Ulat Raksasa adalah 'harimau'?"
"Benar." Hong Hu menjawab, "Di dalam labirin kristal ini, Sang Ibu Ulat adalah penguasa mutlak. Sekarang dia mati, banyak makhluk yang sebelumnya berada di bawahnya kehilangan pemangsa alami. Begitu mereka menyadari hal ini, mereka akan datang ke sini dan berusaha menguasai area ini..."
"【——】! Kalau begitu kita harus segera lari!" Atobe melakukan gerakan karp melompat dan bangkit berdiri, "Aku sudah tidak sanggup bertarung lagi."
Tianma Xingkong juga berdiri sambil menopang lututnya: "Hmm, pahlawan juga butuh istirahat. Contohnya... kalau lampu di dada berkedip terlalu lama, harus terbang menjauh sebentar."
"Paruh pertama kalimatmu sudah cukup jelas." Feng Bujue mengeluh sambil mencela, "Tidak perlu memakai contoh alien dari Nebula M78..."
……
Lima menit kemudian, di sebuah jalur di sebelah tenggara Daun Ketakutan.
Kring... kring... kring...
Suara langkah Bill di atas cangkang kristal terdengar nyaring. Berat badannya dan sol kaki logam membuatnya mustahil untuk bergerak diam-diam.
"Sebentar lagi sampai." Billy yang mengendarai sepeda roda tiga di depan berbicara tanpa menoleh, "Mengenai waktu..." Ia melihat jam tangannya, "Terlambat beberapa menit..."
"Sepertinya ada sesuatu yang sedang bertarung di depan." Bill menatap ke kejauhan sambil berkata. Meskipun jalur kristal di atasnya tertutup jaring sutra merah muda, Bill sepertinya tetap bisa mengetahui apa yang terjadi di dekat sana.
"Ah..." Billy menjawab dengan lesu, "Hanya dua binatang buas bodoh dan rakus yang sedang berkelahi..."
"Harus kita bersihkan?" Bill menyatukan telapak tangan kiri dan kepalan tangan kanan di depan dada.
“Ha... Kalau mau bertarung silakan.” Billy melihat ekspresi bersemangat adiknya, hanya merasa sedikit lucu, “Kau juga sudah terkurung cukup lama, ini kesempatan bagus untuk pemanasan.”
“Siap!” Bill menjawab dengan suara bersemangat. Sesaat kemudian, kaki kanannya menghentak tanah dengan dahsyat...
Braak! Permukaan kristal yang sangat keras itu justru remuk diinjaknya, segala sesuatu dalam radius seratus meter berguncang.
Billy yang sedang mengendarai sepeda roda tiga terpental beberapa sentimeter ke udara bersama kendaraannya. Setelah mendarat, ia mengangkat tangan pasrah, merapikan dasi kecilnya, lalu melanjutkan mengayuh.
Di sisi lain... tubuh besar Bill telah melesat seperti peluru meriam yang ditembakkan, menyambar ke arah atas Daun Terror.
“Sutra ulat ini sangat menyebalkan...” gumam Bill di udara sambil merobek beberapa lapis jaring sutra yang menempel di wajahnya.
Setelah kematian Induk Ulat Sutra, semua jaring di Labirin Kristal telah kehilangan sifat khususnya, berubah menjadi kain sutra biasa. Bahkan jika tidak sengaja menempel, mudah untuk disobek atau dilepas.
“Grooaaak——” Suara auman aneh tiba-tiba terdengar dari depan.
Bill memfokuskan pandangannya, seekor binatang raksasa masuk dalam jangkauan penglihatannya.
“Makhluk ini berkepala babi dan bertubuh anjing, berbadan raksasa, bulu hitam, duri keras, mata merah. Mampu melihat dalam gelap. Gemar memakan bangkai dan tinggal di tempat lembap gelap.” Disebutkan dalam 《Shan Hai Jing》, inilah Babi Mata Merah...
Di ujung lain daun ketakutan, berdapat sosok humanoid ramping berbalut tumbuhan merambat. Dari sikapnya, tampak sedang berhadapan dengan Babi Mata Merah.
Di antara kedua makhluk itu, berserakan potongan-potongan mayat yang sedang menggenangi darah... Dari jumlah dan ukurannya, tak diragukan lagi ini adalah jasad Ibu Ulat Sutra.
"Hah... Berebut bangkai busuk ini..." Bill tertawa, "Haha... Tujuanku sama! Hei!"
Ia meneriakkan seruan, memanfaatkan momentum jatuh untuk menghantam Babi Mata Merah yang lebih dekat dengannya dengan satu pukulan tinju.
Babi Mata Merah termasuk binatang buas langka di Labirin Kristal ini dengan kekuatan luar biasa. Menghadapi tamu tak diundang seperti Bill, ia tak mau kalah dengan mengangkat gigi tajam di sisi hidungnya.
Namun...
Gruk——
Suara patah tulang mengakhiri pertarungan ini. Tinju baja Bill dengan mudah mematahkan gigi tajam mirip pisau baja Babi Mata Merah, itu pun hanya dengan satu tangan...
Sesaat sebelum menghantam, Bill sedikit mengubah gaya, mengayunkan tinjunya dengan kecepatan kilat untuk melancarkan pukulan hook horizontal.
"Teror dari pukulan ini, hanya yang mengalaminya yang bisa merasakan."
Serangan yang tampak sederhana dan polos ini menyimpan kekuatan dan kecepatan yang tak tertandingi.
Tanpa efek spektakuler, tanpa nama jurus yang keren... faktanya... pukulan ini bahkan tidak bisa disebut jurus, hanya gerakan sangat dasar. Tapi... justru itu yang membuatnya kuat.
Inilah kekuatan mutlak yang murni tanpa polesan.
Tubuh baja, kekuatan raksasa, kecepatan angin. Inilah "Boneka Perang Primitif" - Bill. Dari tingkat data, desainnya terkesan "primitif". Jika ada Derivator yang melihat Bill dan Billy bersamaan, pasti takkan menyangka kedua data ini memiliki hubungan "saudara".
Tapi kesederhanaan bukan berarti kelemahan... Dalam desain primitif Bill, yang patut dipuji adalah "nilai" di setiap parameternya. Dalam hal ini, bahkan Empat Pilar pun tak bisa meremehkannya...
Sebagai perumpamaan: Billy seperti ponsel generasi terbaru dengan fungsi lengkap dan desain elegan. Sedangkan Bill... ibarat ponsel jadul berbahan titanium, hanya bisa telepon dan SMS, tapi harganya sama mahalnya.
"Aaa——!" Babi mata merah itu meraung kesakitan, gadingnya yang patah menusuk daging mulutnya. Tapi bahkan rasa sakit pun tak dihiraukannya. Ketakutan dan insting bertahan hidup membuatnya melompat dari daun raksasa, lalu berlari tunggang langgang...
"Hehe…" Melihat babi hutan kabur, "tanaman merambat" itu tertawa Yin, lalu menatap Bill. "Entah dari mana kau muncul, tapi sepertinya kekuatanmu lumayan… hehehe…" Ia menggeliatkan tubuhnya yang seperti akar, perlahan mendekat, dan mengurung Bill dengan duri-duri. "Bagaimana kalau… kau jadi bawahanku, kita bersama-sama menguasai pulau terku— agh… khek… aak…"
Bill menggenggam "leher" tanaman merambat dengan satu tangan, tersenyum sadis. "Kau lebih bodoh dari babi, kecambah sialan…"
