Menggerakkan kaki semakin terasa berat, bahu juga makin tertekan.
Bahkan udara yang masuk ke paru-paru terasa membeku, membuat tubuh menggigil tak tertahankan.
Perasaan tertekan yang tak jelas sumbernya membesar drastis dalam hitungan detik, memburu tanpa ampun.
Saat Tianma Xingkong tiba di depan mayat itu, rasa takut telah sepenuhnya membelenggunya...
Ingin menengok melihat kondisi rekan tim, tapi matanya tak bisa lagi berpaling... Pandangannya terkunci pada wajah mayat itu, tangannya kaku tak terkendali tetap memegang senter dengan sudut kemiringan yang sama.
"Sekejap itu, kesunyian yang mencekam turun."
Tianma Xingkong tiba-tiba tak bisa mendengar suara napasnya sendiri... Dia seolah berdiri di dunia yang membeku, raga diselimuti kegelapan, pikiran dikuasai rasa panik.
Tepat di detik itu juga... mayat itu berhenti bergoyang.
Perlahan dia mengangkat kepala, memperlihatkan wajah yang tersembunyi dalam bayang-bayang.
Dua bola mata keruh berputar di balik kelopak, lidah terjulur di sudut mulutnya meneteskan air liur.
Dia menyeringai ke arah Tianma Xingkong, tapi tak mengucapkan sepatah kata pun.
Beberapa detik kemudian, jari-jarinya kedutan dua kali, lalu seluruh lengannya mulai bergerak.
Kemudian... mayat itu mengangkat kedua tangan, mencoba melepas tali di lehernya.
Tapi dia tak bisa melepaskannya... karena tali itu tertarik sangat kencang.
"Uh…… ah……" suara rendah dan samar keluar dari tenggorokannya, terdengar sangat menyakitkan.
Setelah beberapa kali gagal, dia mulai menggaruk lehernya dengan kuku...
Suara daging yang terkikis kuku terdengar unik, seperti ada sensasi "lumpur".
Tak lama, leher "mayat" itu sudah hancur berdarah-darah. Tapi dia tetap tak berhenti, semakin ganas mencakar berkali-kali...
Percikan darah terus menetes ke wajah dan tubuh Tianma Xingkong.
Akhirnya, setetes darah besar jatuh di kaca depan senter. Maka... segala yang terlihat oleh Xiao Ma Ge berubah menjadi merah menyala.
Sinar merah darah, panggung gelap gulita, pertunjukan berbau amis darah, penonton yang gemetar.
Menyaksikan langsung adegan hidup ini dari dekat, jelas meningkatkan Nilai Ketakutan Tianma Xingkong secara drastis. Tapi dia tak bisa menolak... karena sudah sepenuhnya kehilangan kendali atas tubuhnya, bahkan tak bisa menutup mata.
……
"Ada apa dengannya?" Hong Hu yang berdiri di kejauhan mengerutkan alis dengan ekspresi khawatir.
"Hmm... Apa dia melihat petunjuk apa pun?" Atobe menyambung.
Dalam pandangan mereka, mayat gantung puluhan meter itu masih terayun-ayun di udara. Sedangkan Tianma Xingkong berdiam diri di depan mayat sejarak dua meter, memegang senter dengan tatapan kosong.
"Ini tidak normal... Dia sudah berdiam diri tanpa gerak selama dua menit." Feng Bujue berkata dengan wajah serius, "Kurasa... dia terkena skill."
"Skill pengunci gerakan mungkin..." Hong Hu menyambung sambil melirik ke arah itu, "Tapi setelah mengunci Tianma Xingkong, 'mayat gantung' itu tidak melancarkan serangan lanjutan..."
"Mungkin... monster itu juga tidak bisa bergerak saat menggunakan skill?" tebak Atobe.
"Masuk akal..." kata Hong Hu, "Kalau begitu kita..." Ia menoleh ke Feng Bujue, "Membantu dia?"
"Hm, pasti harus pergi... tapi sebaiknya kita tidak pergi bersama-sama." Kata Feng Bujue. "Bayangkan... jika ini skill area yang akan membuat semua orang dalam radiusnya langsung kena serangan, kita bisa musnah seluruhnya di sini."
"Kalau begitu... kirim satu orang lagi?" Tanya Atobe dengan hati-hati.
"Tidak, dua." Feng Bujue membalas, lalu menoleh ke Hong Hu, "Aku dan Atobe yang pergi, kamu tetap di sini."
Hong Hu berpikir selama dua detik: "Maksudmu... jika situasi berubah tak terduga..."
"...langsung serang dari kejauhan." Feng Bujue melanjutkan ucapan Hong Hu, "Gunakan anak panah cahaya untuk menembak mayat yang tergantung di udara itu."
"Bagaimana jika seranganku masih tidak menyelesaikan masalah..." Hong Hu kembali bertanya.
"Kalau begitu bertindaklah sesuai situasi..." jawab Feng Bujue.
"Baiklah..." Hong Hu menyesuaikan kacamatanya dengan ekspresi frustasi.
Hong Hu paham, pilihan Feng Bujue untuk menahannya di tempat adalah hasil pertimbangan matang. Empat karakter "bertindak sesuai situasi" ini mengandung kepercayaan yang sangat besar.
"OK, kalau begitu... Atobe." Jue Ge segera menepuk bahu Atobe, memberi isyarat tangan, "Ikut aku." Sebelum suaranya menghilang, dia sudah melangkah pergi.
"Hei! Kau bahkan tidak mau meminta pendapatku lagi?" Atobe meredam suaranya sambil membentak, "Aku belum setuju untuk ikut!"
Feng Bujue berhenti mendadak, menoleh sambil melirik tajam: "Kau mau ikut atau tidak, dasar 【——】?!"
Dalam arti tertentu, kalimat Jue Ge ini memang masih termasuk bentuk konsultasi...
"Uh... datang... datang..." Atobe ragu-ragu selama dua detik, akhirnya mengambil senter dan menyusul.
"Kalau mau ikut cepatlah." Feng Bujue membalas, lalu kembali berjalan menuju depan.
Matanya awasi sekeliling, telinganya dengar segala suara, tangannya pegang lampu eksplorasi, langkahnya cepat. Tak lama kemudian, dia sudah mendekati posisi Tianma Xingkong dari belakang...
Dalam pandangan Feng Bujue, mayat itu tidak menunjukkan tanda-tanda bergerak, dan dia sengaja tidak menyorotkan lampu ke wajah mayat tersebut.
"Hei, Xiao Ma Ge." Feng Bujue hanya butuh belasan detik untuk sampai satu meter di belakang Tianma Xingkong, lalu memanggil pelan, "Ini aku, ada apa denganmu?"
Dua kalimat itu diucapkan, tapi sama sekali tidak ada reaksi dari pihak lawan.
Feng Bujue langsung menoleh, ingin berbicara dengan Atobe di belakangnya. Tapi tak disangka...
"Hah?" Saat menoleh, Jue Ge mendapati pemandangan di belakangnya sudah berubah menjadi gelap gulita, mana ada orang?
Saat itu juga, hawa dingin mulai merayap mendekat...
Ini pasti bukan perasaan semata (Jue Ge sangat yakin), tapi dingin yang benar-benar nyata.
"Heh..." Menghadapi situasi mengerikan ini, Feng Bujue malah tersenyum, "Ternyata begitu..." gumamnya sendiri, "Kemampuan seperti ini ya..."
Setelah berkata begitu, dia maju dan langsung meraih bahu Tianma Xingkong.
Hasilnya... Begitu telapak tangannya menyentuh tubuh Xiao Ma Ge, kepala lawan langsung terlepas dan menggelinding ke tanah...
“Hmm...” Feng Bujue menatap kepala manusia bermandikan darah di lantai, berbicara dengan santai, “Agak menarik... Ada lagi?”
“Kau sepertinya...” Mayat yang tergantung tinggi itu tiba-tiba bersuara, “...berbeda dari yang lain.”
“Oh? Apa dasarmu?” Feng Bujue berjalan mengitari "Xiao Ma Ge" di depannya dengan langkah tenang, mendekati mayat itu.
“Ketakutan dalam hatimu...” jawab entitas itu, “...ternyata tak bisa diprovokasi...”
“Perlu kau beritahu?” Feng Bujue tertawa, “Kukira... kau akan bilang 'tampan secara unik' atau semacamnya.”
“Hmph... Jangan sombong...” Mayat itu mendengus, “Kau masih dalam kendaliku...”
……
Waktu mundur sedikit...
Melihat dari sudut pandang Atobe satu menit penuh sebelumnya...
Ia mengambil senter dan mengikuti Jue Ge ke depan.
Sepanjang jalan sunyi, dalam belasan detik mereka telah mendekati Tianma Xingkong dan mayat tergantung itu.
“Hei, kau baik-baik saja?” "Feng Bujue" di depan mengucapkan ini sambil meraih bahu "Xiao Ma Ge", tiba-tiba kepalanya terlepas dari leher dan jatuh ke lantai.
Darah deras muncrat dari luka "Tianma Xingkong", sekitar mereka seperti dihujani darah.
Menghadapi kejadian tak terduga ini, Atobe yang ketakutan langsung panik.
Di saat yang sama, tubuh tanpa kepala "Tianma Xingkong" tiba-tiba bergerak...
Tiba-tiba dia berbalik tajam, menyorotkan senter yang sudah berlumuran darah ke arah "Feng Bujue".
Saat cahaya merah darah menyentuh tubuh "Feng Bujue", dia menjerit kesakitan. Di bawah sorotan cahaya, tubuhnya dengan cepat meleleh menjadi genangan darah...
"Aaa——!" Atobe menggelegar melihat pemandangan itu.
Seperti kata pepatah: Kegembiraan ekstrem membawa kesedihan, ketakutan ekstrem melahirkan kemarahan. Saat ini Atobe jelas termasuk kategori kedua.
Didorong rasa panik, dia kehilangan kemampuan berpikir rasional dan bergerak mengikuti insting...
Yang terlintas di pikiran Atobe saat ini: "Tianma Xingkong" tanpa kepala itu pasti bukan dirinya yang asli lagi. Dia sudah membunuh Feng Bujue, aku tidak bisa diam menunggu mati!
Setelah memutuskan untuk menyerang, Atobe merogoh tasnya untuk mengambil senjata.
Tapi...
"Ada apa ini?" Wajah Atobe memucat ketika menyadari tasnya tiba-tiba kosong...
"Ini tidak mungkin..." Dia buru-buru membuka menu permainan untuk memeriksa, namun terkejut menemukan tidak hanya tas, tapi slot skill-nya pun kosong...
Jantung dan pupil matanya menyempit tajam. Matanya beralih ke kolom tim, dan di sana tertulis: 【Tak Ada yang Bisa Menyelamatkanmu】
Atobe hampir tidak percaya dengan matanya sendiri. Dia melihat status bar-nya: survival, stamina, dan Nilai Spiritual semuanya kosong. Level-nya bahkan menunjukkan Level 1.
"Hehehe..." Tiba-tiba terdengar suara tawa.
“Atobe” seketika terkejut, menarik diri dua langkah ke belakang, lalu menengadah mencari sumber suara.
Ternyata mayat yang tergantung itu sedang tertawa, tawanya penuh kesombongan...
Beberapa detik kemudian, mayat itu menatap ke atas dan berkata: "Jangan khawatir, masih ada satu temanmu..." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara seram, "Dia sekarang ada di belakangmu."
Kreek—
Hampir bersamaan dengan terucapnya kata "belakang", sebuah tangan berlumuran darah mencengkeram bahu Atobe.
"Jangan menoleh!" suara tegas Hong Hu terdengar, "Dengarkan, Atobe, jangan takut. Ini semua halusinasi."
Kalimat itu membuat Atobe sedikit tenang. Ia mengangguk: "Lalu apa yang harus kulakukan?"
"Jangan panik. Coba lihat daftar quest dulu," sambung Hong Hu, "Ikuti instruksi di dalamnya."
"Baik." Atobe berusaha tenang sambil membuka menu permainan dan mengakses daftar quest.
Namun... layar daftar quest tiba-tiba berwarna putih pucat, di tengahnya tertulis coretan darah beraksara: 【Segeralah menemani kami di alam Yin...】
Bersamaan dengan itu, suara "Hong Hu" berubah menjadi jeritan memilukan: "Sudahkah kau baca... Cepat lakukan sekarang..."
