"Gila... Bujue..." Samodiel menyeringai sambil mendekati Jue Ge langkah demi langkah.
"Tak perlu kau terus memanggil namaku," jawab Feng Bujue kesal, "Aku tidak tuli."
Samodiel langsung menghentikan panggilannya... Tangannya mengibas melepaskan serangan energi hitam yang menyambar wajah Jue Ge.
Kreeeeng——Suara kristal tanah terbelah dengan mudah oleh serangan itu.
Feng Bujue telah masuk dalam ritme pertarungan. Dengan Kesadaran Jiwa dan kecepatan absolut, menghindar bukanlah hal sulit.
Tapi yang harus dilakukannya... jauh lebih dari sekadar menghindar.
Sreeettt——
Kilatan cahaya emas, jurus kilat muncul.
Pada saat Samodiel melancarkan serangan, Death Poker juga tiba-tiba bergerak.
Sebelumnya, ketika Feng Bujue menyimpan kedua tangannya di saku, dia diam-diam telah mengeluarkan senjata psioniknya dari dalam saku, sehingga sekarang tampak sangat siap.
Namun, target Poker... bukanlah Samodiel, melainkan...
"Hmph... main akal-akalan kecil." Master Hukuman memandangi sinar emas yang terbang ke wajahnya dengan senyuman sinis, "Manusia tetap manusia... serangan level begini bisa apa?" Dengan mengangkat tangannya, dia dengan mudah menghancurkan Death Poker itu, "Ha! Bidikannya lumayan tepat, tahu harus menyerang mataku."
Braak—
Langkah Bulan menerobos udara, sosoknya melesat dengan dahsyat.
Serangan Feng Bujue jelas belum berakhir. Saat Master Hukuman menangkis papan, dia sudah menyusup ke depan lawannya, mengulurkan kedua lengannya untuk menyerang rusuk musuh.
"Mencari kematian..." Master Hukuman memandangi Jue Ge dengan tatapan meremehkan. Menurutnya, pengelana antar dimensi ini bukan idiot pasti orang gila. Manusia ingin bertarung tangan kosong melawannya? Ini bunuh diri.
Tapi saat tangan Jue Ge menyentuh tubuh Master Hukuman, perubahan tak terduga terjadi...
Sesaat kemudian, Master Hukuman mendapati pemandangan di depannya berubah drastis. Seketika, dia sudah berada di samping Samodiel.
Persis ketika dia masih bingung, tiba-tiba terdengar teriakan keras Samodiel di telinganya: "Matilah kau, Master Hukuman!"
"Ah!" Master Hukuman yang terkejut segera bereaksi berdasarkan insting bawaan. Dengan menghentakkan kaki, tubuhnya melesat ke udara seperti peluru meriam.
Terhadap kekuatan Samodiel, Master Hukuman masih merasa sangat takut. Sejujurnya, dia tidak yakin bisa menahan serangan frontal lawan, jadi reaksi pertamanya adalah menghindar.
Tapi... di udara, Master Hukuman tiba-tiba merasa ada yang tidak beres...
"Sial!" Setelah sedikit tenang dan mengarahkan penglihatannya kembali ke dasar lubang, barulah dia sadar telah terjebak.
Saat itu, Feng Bujue sudah berada di samping Hong Hu, memberinya SCP-500 dan sebotol suplemen health point.
"Huh... Taktis yang cukup baik..." Hong Hu bangkit dan langsung memasuki status pertarungan. Daripada berterima kasih, dia lebih memilih mengevaluasi serangkaian tindakan Jue Ge tadi.
"Lumayan... Sebenarnya ini bukan strategi yang terlalu brilian." Sambil berkata demikian, Feng Bujue melirik Master Hukuman di udara, "Untung targetnya cukup bodoh."
Ucapan ini jelas dimaksudkan untuk memancing emosi Master Hukuman. Sebenarnya... taktik Jue Ge ini cukup cerdik. Sejak dialog dengan Master Hukuman, dia sudah merencanakan setiap langkahnya.
Pertama, siapkan Death Poker secara diam-diam; lalu, gunakan kartu untuk menyergap mata Master Hukuman dan menciptakan celah untuk mendekat; setelah berhasil mendekati lawan, gunakan 【Fei Sha Feng Zhong Zhuan】 untuk menyeretnya ke dekat Samodiel; terakhir, sebelum lawan sempat bereaksi... sambil berlari ke rekan tim, gunakan 【Arloji Penipuan】 untuk meniru suara Samodiel sambil berteriak "Bunuh!".
Berdasarkan sikap Master Hukuman terhadap Samodiel dan beberapa reaksi halus, Feng Bujue menyimpulkan bahwa kekuatan Master Hukuman berada di bawah Samodiel. Dalam hitungan detik, dia merancang rencana ini...
Memanfaatkan kebingungan dan keterkejutan Master Hukukum setelah diseret oleh skill, Jue Ge hanya menggunakan alat pengubah suara untuk menipu lawan. Apapun kecepatan reaksi Master Hukuman, fakta bahwa dia telah diseret puluhan meter oleh Feng Bujue tetap ada. Bahkan jika dia sadar telah tertipu dalam dua detik, Feng Bujue sudah dua detik lebih awal berlari ke Hong Hu. Situasi terburuk... paling hanya Jue Ge tidak sempat memasukkan obat serba guna ke mulut Hong Hu, terpaksa menggotongnya kabur.
Sedangkan saat ini... jelas hasil terbaik.
"Bajingan licik..." Master Hukuman mengumpat di udara, lalu menunduk memandang Samodiel dan berteriak, "Samodiel, bukankah dia musuh bebuyutanmu! Untuk apa kau berdiri bengong? Bunuh dia sekarang!"
"Jangan kau suruh-suruh aku!" Samodiel mengaum ke langit, lalu memalingkan pandangannya ke Jue Ge, "Tanpa kau bilang... aku juga akan mencabiknya berkeping-keping." Usai bicara, kuku setannya mulai melangkah perlahan.
Dor... Dor...
Iblis ganas itu mengembangkan sayapnya, mengasah cakar, dan bergerak mengancam mendekati dua pemain dengan aura pembunuhan yang jelas.
"Hari ini, Time Lord tak akan datang menyelamatkanmu lagi," katanya sambil berjalan, "Sudah kukatakan... aku akan membuatmu membayar mahal."
"Hong Hu..." Feng Bujue menatap tajam Samodiel yang semakin mendekat, berbicara dengan suara seperti ventriloquism sambil memiringkan mulutnya, "Aku ada ide..."
"Apa?" Hong Hu juga menurunkan volume suaranya.
"Kabur." Jawab Feng Bujue.
"Ide bagus." Sahut Hong Hu seketika.
Memang ide brilian, karena tidak bertentangan dengan konten misi utama...
"Baik, aku yang buka celah. Kamu kabur pas ada kesempatan." Lanjut Feng Bujue.
"Paham." Jawab Hong Hu.
Setelah sepakat dengan rekan tim, Jue Ge segera bertindak. Dari sakunya dia mengeluarkan sebuah benda, mengayunkan lengan dan melemparkannya sambil berteriak: "Kupilih kamu! Dewa Haiku!"
"Nama apa pula itu..." Hong Hu tak tahan mencela.
Tapi celaannya takkan mempengaruhi perkembangan situasi...
Poké Ball itu terbuka di udara dengan suara "ping!", menyemburkan cahaya putih dari dalamnya.
Dalam dua detik, genangan besar cahaya putih itu mengeras membentuk sosok manusia jamur raksasa yang berubah dari bayangan menjadi wujud nyata.
"Crak——crak——" Begitu muncul, manusia jamur itu langsung meneriakkan dua suara. Menghadapi Samodiel yang berjarak beberapa zhang, ia sama sekali tidak gentar dan langsung mengambil posisi seperti karateka siap menyerang.
"Dewa Haiku! Gunakan Tarian Salju Sembilan Langit!" Feng Bujue mengacungkan lengannya memberi perintah serangan.
"Hei! Dari mana kau tahu nama jurus itu?" Hong Hu sekali lagi tidak bisa menahan teriakannya.
Di sisi lain...sebelum suara Jue Ge menghilang, manusia jamur itu sudah melesat seperti panah. Dengan gerakan sprint ia mendekati Samodiel, lalu melompat dan melayang di atasnya.
"Crak!" Dari udara, manusia jamur itu menjulurkan satu tangan menekan ubun-ubun Samodiel sambil mempertahankan posisi handstand. Tangan satunya terus menggosok tudung jamur di kepalanya, menebarkan serbuk spora halus.
Samodiel yang termasuk dalam jajaran BOSS kuat di Alam Semesta Utama...kali ini ternyata terkena status Keracunan.
"Tidak masuk akal..." Pembuluh darah di dahi Samodiel pecah...cairan ungu menyembur membasahi wajahnya sendiri.
Dalam kemarahan memuncak, energi dalam tubuhnya meledak keluar bagai air bah yang menerjang ke segala penjuru.
"Crek——" Manusia Jamur menjerit kesakitan, tubuhnya hancur menjadi debu oleh aliran hitam yang menyembur ke langit.
Feng Bujue yang melihat situasi ini segera berbisik pada Hong Hu: "Manfaatkan sekarang!" Bahkan sebelum selesai bicara, dirinya sudah mulai berlari.
Hong Hu tentu tidak akan menanggapinya, langsung berbalik dan melesat pergi.
Keduanya bagai panah terlepas dari busur, dalam sekejap telah mencapai jarak puluhan meter. Master Hukuman di udara ingin menghalangi, namun terhambat oleh energi Samodiel yang menyembur ke angkasa, gagal mengejar sejak awal.
"Aaa! Aaa——" Samodiel mengamuk selama belasan detik baru meredakan energi iblisnya yang menggila, "Feng Bujue! Di mana kau! Aku akan membunuhmu!"
"Idiot! Dia sudah kabur!" Master Hukuman berlari ke arah kaburnya dua pemain sambil berteriak tanpa menoleh, "Cepat ikuti! Aku bisa melacak mereka... Eh..."
Pada detik itu...
Sebuah cakar tajam menembus punggung Master Hukuman, mencengkeram jantungnya.
"Ngk... Kau..." Mata Master Hukuman melotot, wajahnya dipenuhi ekspresi tak percaya.
"Siapa yang kau sebut idiot? Idiot." Suara dingin Samodiel bergema di telinganya.
"Meng... apa..." Darah hitam menetes dari mulut Master Hukuman.
"Tentu bukan karena kau memanggilku idiot, hehehe..." Samodiel menyeringai sinis.
"Samodiel saat ini, sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Keliaran, kecerobohan, kekejamannya... semuanya hanyalah ilusi."
"Matanya tak pernah tertutup oleh kebencian maupun kemarahan."
"Terlahir dari ras jahat namun tetap mampu mendaki jabatan Time Officer... kelicikan dan kebijaksanaannya tak perlu diragukan. Mereka yang meremehkan ini akan membayar mahal..."
"Billy... izinkan aku menyapamu." Separuh kalimat terakhir Samodiel bagai siraman air es, membuat Master Hukuman merasakan kedinginan yang menusuk tulang.
……
"Aku memang hanya ingin menjengukmu..."
"Lagipula waktumu tak akan lama lagi..."
……
"Bajingan... itu..." Master Hukuman menggeretak gigi, "Apakah dia... 'datang menemui pertemuan terakhir' denganku..."
"Haha... Kau paham juga rupanya." Samodiel tertawa, "Segala sesuatu di Pulau Jumo... adalah transaksi. Jangan salahkan aku... Aku hanya membuat kesepakatan dengannya."
"Tidak... tidak mungkin... Lalu mengapa dia masih datang mengingatkanku..." Master Hukuman bertanya lagi.
"Karena dia sangat paham..." Sambung Samodiel, "...cara menjerat orang sok pintar sepertimu."
Samodiel diam selama dua detik, lalu melanjutkan dengan nada mengejek: "Billy hanya memberimu sedikit [implikasi], kau langsung gelisah; Sebuah mayat Induk Ulat membuatmu berkhayal liar... Maka setelah dia pergi, kau buru-buru menyelidiki labirin dan menemukan dalang sebenarnya - para pengelana antar dimensi itu."
“Kau…… bagaimana bisa…… tahu……” Master Hukuman menjawab dengan susah payah.
“Ha! Bukankah ini jelas?” Samodiel membalas dengan suara muram, “Kau pikir segel sangkar baru longgar sekarang?”
“Ini mustahil……” ekspresi Master Hukuman berubah drastis, “Billy tidak...”
“Tidak, kekuatannya sangat hebat.” Kata Samodiel, “Meski aku juga terkejut... tapi kenyataannya, sekarang dia bahkan lebih kuat dariku...” Dia berhenti sejenak, “Tentu itu bukan intinya. Singkatnya... sejak Billy dan aku membuat kesepakatan, aku sudah bebas, kekuatanku tak lagi terikat sangkar. Sejak saat itu, semua yang ada di pulau ini... bisa kuperiksa.”
“Dan semua perbuatanmu... juga kusaksikan.” Samodiel kembali terkekik-kekik sinis, lalu melanjutkan: “Heh... tak peduli seberapa sering kau bilang whatever, pada dasarnya... kau tetap tikus licik yang menghitung setiap langkah. Master Hukuman, kau tak pernah punya keberanian untuk menantang yang kuat secara frontal, bahkan saat menghadapi yang lemah, kau suka menggunakan serangan mendadak atau jebakan licik...”
“Seperti semua sadis di dunia ini, semua penampilan luar dan tindakanmu hanyalah topeng untuk menutupi rasa inferior dan kelemahan hatimu... Bahkan belatung licik lebih mulia darimu, kau benar-benar membuatku muak...”
Di titik ini, cakar Samodiel semakin erat menggenggam: "Omong-omong... membuat bajingan sepertimu menunjukkan celah... benar-benar tidak mudah." Ia memutar lehernya dua kali, "Aku sudah berakting dengan sangat bersemangat, tapi kewaspadaanmu terhadapku sama sekali tidak mengendur... Hmph... Jika bukan karena takut kau memegang kunci 'untuk mengurungku kembali ke dalam kandang', sudah lama aku langsung bertindak, sama sekali tidak perlu menunggu kesempatan seperti ini..."
Saat ini Master Hukuman sudah tidak bisa membuka mulut untuk merespons, matanya dipenuhi keputusasaan dan penyesalan; Kata-kata Billy terus berkedip di hadapannya...
……
"Jangan mudah percaya pada penampilan permukaan."
……
"Untungnya..." Samodiel melanjutkan, "Penampilan Feng Bujue tidak mengecewakanku, dia benar-benar orang yang menyebalkan bukan? Heh... Dengan kerjasamanya, aktingku terlihat lebih alami." Suaranya berubah halus saat mengatakan ini, "Tapi... selain semua itu, berbicara soal kekuatan murni... Feng Bujue sekarang sudah menjadi sosok yang sangat tangguh. Kau harusnya menyadarinya saat melakukan serangan mendadak dari atas tadi... Dia sama sekali tidak selevel dengan dua pengelana antar dimensi lainnya. Aku harus mengakui... Keputusanmu untuk mengusir harimau dengan serigala, menggunakan tanganku untuk membunuhnya, adalah keputusan yang sangat tepat." Ia memutar wajahnya, menatap tajam Master Hukuman, "Jika kau membunuh orang bernama Hong Hu itu juga, hanya menyisakan Feng Bujue sendirian... Kau akan berada dalam risiko besar..." Suaranya direndahkan, "Tanpa 'saksi mata', anak itu tidak perlu lagi menyembunyikan kekuatannya, mungkin... Kau akan mati di tangannya..."
……
“Jangan pernah meremehkan orang yang lebih mahir darimu dalam menjengkelkan orang……”
……
Setelah beberapa menit berlalu, kehidupan Master Hukuman telah mencapai akhir. Perkataan Samodiel membuatnya mati dalam keadaan mengerti.
Di detik-detik terakhir, Master Hukuman dengan sisa tenaga menggerutu: "Time Lord... tidak akan... membiarkan kalian……"
"Ha..." Samodiel mengejek dengan dingin, "Ini benar-benar seperti 'orang sepertimu' yang akan meninggalkan surat wasiat..."
Syt——
Cakar mengerat, jantung meledak, darah hitam bagai gelombang menyembur ke langit.
Samodiel melemparkan mayat Master Hukuman seperti sampah, lalu mengangkat kakinya dan menginjak hingga hancur kepala korban, diikuti rongga dada, perut, anggota tubuh……
Hingga tersisa adonan daging di tanah, barulah Samodiel menemukan yang dicarinya.
Ia membungkuk, menyentil tulang punggung mayat dengan ujung cakar, lalu menarik keluar sabuk cahaya berkilau ungu dari dalamnya.
"Hm... jumlah tahanan di pulau ini sudah sebanyak ini..." Samodiel mengamati sabuk ungu itu (setara dengan kunci Administrator Pulau Jumo) di tangannya, "Hehe... akan sangat menarik jika kalian semua kubebaskan..."
Samodiel menyimpan sabuk cahaya, lalu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah dua pemain yang melarikan diri tadi: "Begitu rupanya... Anak ini sudah melakukan 'transaksi' dengan Fu Ling sebelumnya..." Ia mendengus dingin, "Hmph... Sudah menyiapkan jalan mundur sejak awal, sehingga tak terkalahkan dari awal ya..." Ia menggelengkan kepala, "Baiklah, kali ini aku akan membiarkanmu pergi. Lagipula... Sebelum Time Lord menyadari situasi di sini, masih banyak hal yang harus kulakukan..."
Bergumam beberapa kata, ia membentangkan sayap besar di punggungnya, menyedot energi iblis dari dadanya, lalu terbang ke langit...
……
Sementara itu, di ujung jauh Alam Semesta Utama...
Kota Waktu, Kantor Time Officer Pertama.
"Tiga langkah lagi dan Jenderal."
Suara "pria" yang berbicara itu keras seperti batu, penampilannya pun tak jauh beda... Tingginya sekitar 2,3 meter, seluruh tubuhnya terdiri dari marmer berbagai warna, secara umum terlihat seperti manusia berotot. Yang aneh dan unik adalah, dia bahkan memiliki "rambut". Tentu saja, rambutnya bukan lumut atau sejenisnya, melainkan deretan benda seperti benteng kecil... Mereka tumbuh mengelilingi kepalanya seperti mahkota...
Manusia batu ini adalah Time Officer Pertama di bawah Time Lord — Tian Shi (Batu Langit).
"Hei! Jangan buru-buru! Apa tadi aku memburu-burumu?"
Sedangkan orang yang sedang berbicara dengannya adalah seorang tua berpenampilan biasa, mengenakan jubah gaya penyihir Dunia Tengah (jubah putih), dengan gaya rambut old shamate.
Dialah... Dewa Kebijaksanaan Wisden.
Tian Shi dan Wesden sering berkumpul seperti ini untuk bermain catur (sejenis permainan mirip catur internasional, tetapi bidaknya adalah benda-benda aneh yang hanya ada di Alam Semesta Utama). Ironisnya... sosok yang dijuluki "Dewa Kebijaksanaan" ini justru lebih sering kalah daripada menang...
"Satu jam yang lalu, kita juga melakukan percakapan yang sama. Apa kamu ingat?" Tian Shi berkata lagi.
"Jangan banyak bicara! Kau pikir aku pikun?" Wesden membentak tak mau kalah, lalu kembali menggaruk-garuk kepala sambil menatap papan catur.
"Hah..." Tian Shi menopang dagu sambil memalingkan kepala. "Kalau tidak keberatan, bolehkah aku pergi sebentar?"
"Iya, iya," Wesden menjawab dengan kesal.
Tian Shi mengangkat bahu, berjalan ke sudut ruangan, mengambil cerek lalu menuangkan minuman untuk dirinya sendiri. Gluk gluk... langsung ditenggaknya.
Tiba-tiba, sudut matanya menangkap sesuatu...
Seketika, ekspresi Tian Shi berubah drastis. Langsung ia menyemburkan apa yang ada di mulutnya.
"Ah!" teriaknya kencang, membuat Wesden di samping papan catur kaget.
"Ada apa? Ada apa?" Wesden gugup melirik ke sekeliling. "Pemimpin Segala Iblis menyerang?"
"Pulau Jumo bermasalah!" seru Tian Shi sambil sudah berlari ke arah pintu.
Wesden terdiam beberapa detik, lalu bangkit dan berjalan ke tempat Tian Shi tadi berdiri.
【Di dinding sebelah sana terpasang rak, di atasnya terdapat benda berbentuk mirip bola kristal. Bola kristal ini memiliki desain yang cukup aneh, terlihat seperti bola mata putih menyala, dengan garis tipis berwarna amber di tengahnya...】
【Bab 545: Pipa Rokok Oksigen】
【Quest telah selesai, sedang menghitung hadiah.】
【Mendapat EXP: 1,500,000，Koin Game: 100,000】
【Mendapat Item/Peralatan: Pencukur Chuck Norris】
【Quest selesai/diterima: 9/9】
【Tugas spesial/tersembunyi selesai: 1，Memecahkan worldview: Tidak ada】
【Peningkatan drastis Nilai Ketakutan: 0 kali, Nilai Ketakutan tertinggi: 0%, Rata-rata Nilai Ketakutan: 0%】
【Rating Ketakutan Anda adalah Penuh Nyali, mendapatkan satu hadiah tambahan, silakan pilih nanti.】
【Mendapat Poin Keterampilan: 1,414】
【Bonus EXP Skill: 14,140，Koin Game: 100,000】
【Hadiah penyelesaian quest: Kartu Puzzle*3.】
【Hadiah misi sampingan: Kartu Puzzle*1.】
【Perhitungan selesai, silakan lanjutkan.】
Setelah kembali ke ruang login, Feng Bujue langsung menekan layar sentuh untuk memeriksa hasil perhitungan.
Ini pertama kalinya dia menyelesaikan quest tim dengan kesulitan Nightmare. Hasilnya... cukup memuaskan.
Adanya begitu banyak hadiah EXP, di satu sisi karena waktu penyelesaian misi yang relatif lama, di sisi lain juga karena jumlah quest yang diselesaikan sangat banyak. Kesembilan misi utama tersebut adalah...[Mencari Pulau Jumo, masuk ke "Kuil Iman" dalam tiga jam, pemain yang gagal masuk kuil dalam waktu ditentukan akan dimusnahkan], [Tiba di altar dasar Kuil Iman dalam tiga jam, pemain yang terlambat akan dimusnahkan], [Dalam lima belas menit, gunakan altar di kuil untuk memanggil dan mengalahkan Dewa Pengembara Wokor], [Dalam satu jam, lewati terowongan di belakang altar dan tiba di Labirin Kristal], [Tiba di Kandang Monster Putus Asa], [Cari cara membuka kandang], [Lepaskan segel Kandang Putus Asa], [Bertahan hidup], dan [Kabur dari Pulau Jumo].
Meskipun ada beberapa perubahan tak terduga karena ulah Billy...secara keseluruhan, tingkat kematian dan kesulitan alur cerita tetap meningkat secara bertahap.
Sedangkan dua misi sampingan [Mendeskripsikan tujuh dosa untuk memuaskan "Lapar"-nya Lissend] dan [Tiba di Sarang Induk Ulat sebelum Paman Fei Chai mati (atau keluar dari quest karena alasan lain) untuk menyelamatkannya], hanya satu yang berhasil diselesaikan. Hal ini menyebabkan hilangnya hadiah langsung saat penyelesaian, cukup disayangkan.
"Ah... Dapat begitu banyak Kartu Puzzle sekaligus..." Feng Bujue membaca layar sambil bergumam, "Berbagai hadiah difokuskan memberikan Kartu Puzzle, mungkin agar pemain cepat familiar dengan Bursa Kartu Puzzle yang baru dibuka..." Sambil bicara, dia mengeluarkan pencukur listrik dari tasnya dan mengamatinya, "Selain Kartu Puzzle... barang paling berharga yang didapat kali ini adalah benda ini."
Jue Ge kembali membaca deskripsi item tersebut dengan teliti, tapi tetap tidak mengerti fungsinya: "Hmm... 'Memberikan penampilan yang keren' ini efek spesifik seperti apa? Jangan-jangan ini item joke berlabel 'Legendary'?"
Didi——
Permintaan komunikasi yang muncul di layar mengganggu pikiran Jue Ge.
Feng Bujue melihat ini adalah komunikasi multi-pemain. Hong Hu, Paman Fei Chai, dan Tianma Xingkong semua ada di channel. Pasti mereka sudah selesai melihat Penyelesaian dan ingin berdiskusi.
Setelah ragu sebentar dua detik, Jue Ge mengklik Terima dan masuk ke channel chat.
Baru tersambung, suara Paman Fei Chai langsung terdengar: "Aku baru selesai main mode permainan pembantaian, lihat EXP bertambah, langsung tahu kalian berhasil menyelesaikan misi."
"Kematianku sangat tidak adil! Si licik itu kekuatannya sudah kuat, masih nekat serang tiba-tiba. Kalian sudah balas dendam untukku kan?" Suara Tianma Xingkong menyambung.
Suara Hong Hu terdengar membalas, "Maaf... kami akhirnya mundur. Setelah kau mati, selain BOSS yang menyergapmu, Samodiel juga segera muncul, yaitu musuh bebuyutan Saudara Feng. Dalam situasi seperti itu... mustahil bagi kami untuk melawan dua monster itu dalam format 2 lawan 2, jadi kami kabur melalui jalur sempit di dasar lubang." Ia berhenti sejenak, "Tak disangka, setelah lari beberapa saat, quest 【Hidup Terus】 tiba-tiba terselesaikan. Lalu langsung muncul quest 【Kabur dari Pulau Jumo】."
"Hmm? Lalu bagaimana kalian bisa kabur dari pulau itu?" tanya Paman Fei Chai.
"Cara meninggalkan Pulau Jumo..." Feng Bujue menyela dengan suaranya, "...ada dua macam." Ia tersenyum, "Tentu saja, 'kematian' tidak dihitung, itu bukan cara untuk pergi..."
"Lalu apa saja dua cara itu?" tanya Xiao Ma Ge lagi.
"Pertama, sederhananya dengan menggunakan kekerasan... keluar dengan sihir, kemampuan, atau cara fisik," jawab Feng Bujue. "Metode ini... jelas sulit bagi kami, tapi di antara tahanan pulau ini... cukup banyak yang bisa melakukannya. Namun, semua tahanan Pulau Jumo dikendalikan oleh 'seikat kunci'. Tanpa kunci itu, meski mereka bisa bergerak bebas di pulau, tetap tak bisa meninggalkan wilayah pulau."
Jue Ge berbicara sampai di sini, berhenti sebentar selama beberapa detik, lalu melanjutkan, "Sedangkan metode kedua... adalah 'transaksi'. Seperti yang kukatakan, banyak tahanan di pulau ini sebenarnya punya kemampuan untuk meninggalkan pulau, hanya saja mereka ditekan oleh 'kunci'. Tapi meski mereka sendiri tidak bisa pergi, bukan berarti mereka tidak bisa mengirim orang lain pergi."
"Oh... aku mengerti." Paman Fei Chai sudah paham setelah mendengar sampai di sini, "Saat di Rawa Hantu, kamu sudah mendapatkan informasi cara meninggalkan pulau dari Fu Ling dan membuat kesepakatan dengannya."
"Hmph... sudah menyiapkan jalan mundur dari awal, tapi sama sekali tidak memberi tahu kami..." Hong Hu tiba-tiba menyela dengan nada dingin. Sebenarnya sebelum keluar dari quest, dia sudah agak kesal dengan trik rahasia Jue Ge ini, hanya saja waktu itu tidak sempat mengungkitnya.
"Bilang pun tidak ada artinya." Feng Bujue berkata, "Yang bertransaksi dengan Fu Ling adalah aku secara pribadi, bukan tim kita."
"Ah... lupakan saja... lagipula kita sudah menyelesaikan misi." Hong Hu menanggapi.
"Ngomong-ngomong... Atobe pasti tidak apa-apa kan?" Tianma Xingkong seperti teringat sesuatu, lalu bertanya lagi, "Setelah keluar dari quest, aku lihat statusnya terus offline."
"Pasti aman." Feng Bujue menyahut, "Masa orang muda seperti dia bisa mati ketakutan..." Dia mengangkat bahu, "Delapan puluh persen terkena 'pemblokiran login'... di panduan game sudah dijelaskan, itu mekanisme perlindungan setelah ketakutan sampai keluar dari game... Kayaknya malam ini dia tidak akan login lagi."
"Oh begitu rupanya..." Xiao Ma Ge jelas termasuk tipe yang tidak pernah mempelajari panduan game.
Setelah itu, keempat orang kembali membahas detail skenario tadi dan mendiskusikan beberapa masalah terkait alur cerita.
Setelah mengobrol selama belasan menit, mereka pun bubar.
Sebelum komunikasi berakhir, Feng Bujue dan yang lainnya saling menambahkan sebagai teman. Namun setelah Hong Hu mengatakan "sebaiknya kita jarang berkomunikasi", hubungan pertemanan itu kembali dihapus...
……
Keluar dari skenario Mimpi Buruk yang panjang ini, Jue Ge memang merasa agak lelah, tapi dia masih ingin menyelesaikan beberapa urusan kecil sebelum log out.
Daripada buru-buru mengambil hadiah, dia lebih dulu pergi ke toko game untuk melakukan transaksi sederhana.
Setelah tiba di Area 101, Feng Bujue langsung menuju toko suplai. Dia mengeluarkan dari tasnya: daging spirit (semidewa), daging kambing (mungkin punya garis keturunan serigala), dan daging cicak (Hati Ketakutan) - semua dijual ke toko.
Kualitas item-item sampingan ini semuanya "Normal", jadi tidak tercantum satu per satu di antarmuka penyelesaian. Tapi saat dijual ke toko, harganya cukup mengejutkan... Terutama daging Dewa Pengembara Wokor, terjual dengan harga ribuan koin game. Bujue bisa menggunakan uang ini untuk membeli suplemen health point dan amunisi.
Di bawah tatapan aneh para pemain sekitar, Feng Bujue menyelesaikan transaksi berbau darah ini... lalu melesat kembali ke ruang login.
Sekarang tibalah momen yang dinanti-nanti: waktu mengocok peralatan...
【Jue Ge pertama-tama dengan cepat mengambil empat Kartu Puzzle, melihat isi kartu-kartu tersebut, lalu memasukkan keempat kartu [Kartu Puzzle - PANG], [Kartu Puzzle - Ayah], [Kartu Puzzle - Laba-laba], dan [Kartu Puzzle - Hitung Mundur] ke dalam kotak di Ruang Penyimpanan.】
【Kemudian... dia mendekati pilar kaca terakhir yang tersisa.】
【Silakan pilih hadiah tambahan Anda: 1. Mengambil secara acak satu peralatan sesuai level (Setelah pembaruan versi, opsi ini mungkin juga akan mengacak item jenis "Alat" atau "Lainnya"), 2. 50000 koin game, 3. 17200000 poin EXP】
【Hadiah EXP yang melebihi sepuluh kali lipat dari quest tim kesulitan Nightmare itu secara alami diabaikan oleh Jue Ge...】
【Sebelum peringatan sistem selesai diucapkan, dia sudah memilih opsi pertama dengan tegas.】
【Cahaya putih muncul lagi, perlahan membentuk wujud... Peralatan kali ini terlihat kecil, sepertinya bisa digenggam dengan satu tangan.】
【Saat cahaya menghilang, Feng Bujue memfokuskan pandangannya - yang muncul di hadapannya adalah sebuah pipa rokok.】
【Nama: Pipa Oksigen】
【Jenis: Lainnya】
【Kualitas: Rare】
【Efek: Memberikan oksigen dalam jumlah kecil saat dihisap】
【Syarat peralatan: Tidak ada, terikat setelah penggunaan pertama】
【Catatan: Tidak perlu api atau tembakau. Cukup masukkan ke mulut. Saat "menghisap"-nya, asap akan keluar tetapi yang masuk ke paru-paru Anda hanyalah oksigen murni.】
Feng Bujue memegang pipa rokok kayu ini dan mengamatinya dengan cermat. Seluruh permukaannya berwarna coklat dengan tekstur yang halus tanpa retakan atau cacat. Bagian gagang yang warnanya lebih gelap terukir tulisan kecil - "Merokok membahayakan kesehatan".
"Hm... lumayan juga." gumam Feng Bujue. Ia langsung memasukkan pipa itu ke mulutnya dan mencoba menghisap beberapa kali.
Meski tidak dinyalakan maupun diisi tembakau, kepulan asap putih tipis mulai mengepul dari pipa tersebut, disertai aroma tembakau yang pekat.
"Barang bagus..." ujar Feng Bujue sambil mengeluarkan pipa dari mulutnya. "Dengan ini... kita bisa bertahan lama di lingkungan rendah oksigen." Baru saja mendapatkan item ini, otak liciknya sudah bekerja. "Nanti di mode permainan pembantaian, jika kondisi memungkinkan, bisa mencoba menyeret lawan ke dasar laut atau ketinggian untuk perang pengurasan... Hehe... Pasti menarik."
Mengingat nilai praktisnya, Jue Ge tentu tidak akan menghancurkan item ini. Ia langsung menyimpannya ke dalam tas.
Terakhir, ia memeriksa ulang seluruh statusnya. Baru kemudian membuka Menu dan mengklik opsi logout.
