“Heh... hehe...” Oscar terkekeh canggung, dengan sengaja atau tidak dia melirik cepat ke arah sutradara, berharap Fei Ran bisa membantunya keluar dari situasi sulit.
Tapi Fei Ran tetap tidak bereaksi...
“Ah...” Oscar menghela napas dalam di hati. Tak ada cara, sebagai pembawa acara yang profesional, selama sutradara belum bilang cut, dia harus mengontrol situasi dan mencari cara untuk melanjutkan acara...
Tentu saja kesulitannya tidak terlalu besar... lagipula Oscar adalah lulusan sekolah resmi, mencari-cari topik dan mengalihkan pembicaraan adalah dasar profesi pembawa acara. Bahkan tanpa naskah di tangan atau teleprompter di depan mata, hanya mengandalkan reaksi spontan untuk ngobrol ngalor-ngidul... dia bisa berbicara sepuluh menit tanpa pengulangan.
“Bujue, kalau kamu terus mencela seperti ini, saat acara ini tayang nanti tim pasca produksi kami akan membuat fotomu terlihat sangat buruk.” Oscar dengan cepat menghilangkan senyum di wajahnya, lalu berkata dengan nada bercanda.
Saat itu, Fei Ran juga tidak ragu bertindak. Ia mengangkat lengan memberi isyarat, memandu para penonton untuk tertawa riuh.
Demikianlah... dalam suasana "lucu" tersebut, pidato Jue Ge pun berakhir. Dari segi efek panggung, hasilnya cukup bagus. Setelah ulahnya... penampilan Malam Api sebelumnya justru terlihat biasa-biasa saja.
“Jenderal Bandit, mari berikan komentar.” Oscar tidak memberi kesempatan Jue Ge berbicara lagi. Setelah menyambung pembicaraan, ia segera melangkah ke area peserta nomor lima.
“Halo semua, saya Jenderal Bandit.” Jenderal Bandit mengangkat tangan kanannya ke arah kamera sambil melambai, “Semoga kalian terus mendukung saya...” Wajahnya tersenyum, tapi tiba-tiba ia melirik ke kiri dengan tatapan penuh niat jahat, “...Saya akan menggunakan kekuatan untuk memenangkan tepuk tangan kalian.”
Feng Bujue menyangga dagunya dengan tangan, memiringkan kepala sambil memandang lawan. Dalam hati ia tertawa: “Hmph... Sepertinya ada makna tersembunyi dalam perkataannya...” Saat pikirannya sampai di situ, ia juga sedikit memiringkan kepala ke sisi lain... Hasilnya, Malam Api benar-benar membalas dengan tatapan sinis, langsung menunjukkan ekspresi meremehkan dan mendengus dingin.
"Hah... Ini ritme untuk memutus hubungan?" Jue Ge menggelengkan kepala, berpikir, "Ah... Seharusnya aku tidak datang... Suasana pertandingan kali ini agak aneh..."
Firasat Feng Bujue tidak salah, situasi pertandingan bangkit kembali ini sudah sangat berbeda dengan episode yang pernah dia ikuti sebelumnya... Seperti yang dikatakan Fei Ran, program 《Aku adalah Penulis》 ini semakin menyimpang dari tujuan awalnya...
Sebenarnya, pada tahap perencanaan program, pihak manajemen stasiun TV tidak optimis dengan proyek ini. Mereka hanya memberikan anggaran produksi yang minim dan menjadwalkan tayangan setiap Senin malam pukul sepuluh.
Di episode pertama dan kedua 《Aku adalah Penulis》, tim produksi hanya mengundang dua penulis kelas atas, itupun datang karena hubungan pertemanan. Lima peserta lainnya adalah penulis yang kurang terkenal atau sudah pudar. Secara keseluruhan, program ini seperti case yang kemungkinan besar akan dihentikan setelah masa tayang percobaan...
Tak disangka... Tim belakang layar pimpinan Fei Ran berhasil membalikkan keadaan. Dengan anggaran terbatas, mereka menciptakan karya berkualitas Rare, menjadikan 《Aku adalah Penulis》 sebagai kuda hitam rating kuartal itu.
Manajemen stasiun TV pun cepat bereaksi. Mereka mulai meningkatkan investasi di berbagai aspek dan memindahkan jam tayang ke prime time akhir pekan.
Segera... Sponsor berduyun-duyun datang. Vendor yang membeli hak siar versi online juga berlomba menawar. Peserta yang tampil di panggung semakin besar nama. Pada dasarnya, siapa pun yang diundang tim produksi pasti mau datang. Bahkan jika penulisnya sendiri enggan, perusahaan yang menaungi mereka akan mencari cara untuk memasukkannya...
Feng Bujue justru ditemukan oleh beberapa editor di balik layar saat program sedang dalam masa peningkatan. Setelah tim produksi menghubungi departemen promosi budaya Grup Sirui, akhirnya mereka menemukannya melalui rantai komando. Kebetulan saat itu Jue Ge sedang butuh uang, mendengar ada bayaran penampilan... langsung menyerah.
Namun seiring dengan popularitas《Aku adalah Penulis》, intervensi dari level atas... semakin menjadi-jadi.
Petinggi stasiun TV, sponsor perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan dll... Mereka sama sekali tidak mengerti hal profesional, tapi selalu mengajukan permintaan semau sendiri. Sebagian permintaan memang untuk pertimbangan komersial, ini masih masuk akal, terutama investor yang ingin melindungi kepentingannya; sebagian lagi adalah mentalitas "saya yang bayar jadi tuan besar", murni ingin ikut campur, pamer eksistensi dan kecerdasan.
Singkatnya, sejak saat itu nuansa program perlahan berubah...
Suasana yang awalnya harmonis dan sopan semakin memudar, digantikan oleh kesadaran kompetisi yang ada di mana-mana...
Akhirnya, penulis seperti Night's Fire, Bandit General pun mulai muncul di program. Sebenarnya menurut konsep inti tim produksi, mereka tidak akan mengundang penulis tipe seperti ini. Tapi di bawah atap orang lain, terpaksa menundukkan kepala... Sponsor tidak tahu jenis penulis seperti apa yang cocok untuk program ini. Yang mereka lakukan cuma membuka mesin pencari, mencari kata kunci seperti "penulis populer" di internet, lalu datang ke profesional dan sok memberi saran, merasa sudah memberikan masukan brilian.
"Fei Ran juga cukup frustasi, karena hampir di setiap episode, dia dan tim di balik layar harus terus menyesuaikan aturan dan konten setiap segmen untuk memenuhi berbagai kebutuhan..."
Ketika semuanya terlambat disadari, 《Aku adalah Penulis》 telah berubah menjadi seperti sekarang...
Para penulis datang ke sini bukan lagi dengan sikap "saling belajar" atau "menunjukkan Ego", tapi untuk "menang" dan "bertarung".
Di dalam/luar arena, di atas/bawah panggung, realitas virtual... perang hujat antar fans, buzzer internet, bahkan serangan antar penulis dalam karya utama mereka terlihat di mana-mana.
Mungkin ini sesuai dengan pepatah - kaum terpelajar saling merendahkan, sudah begitu sejak zaman kuno.
Situasi seperti inilah yang diinginkan pengusaha. Mereka ingin menampilkan konflik dan kontradiksi, memainkan drama pengharuan palsu dalam eliminasi kejam. Menjual pertunjukan yang hanya bisa menipu orang bodoh untuk mencari perhatian dan keuntungan.
Untuk itu, mereka tak ragu merampas sisa harga diri dan secuil kebanggaan terakhir para intelektual.
Andai Feng Bujue masih mengikuti program ini, hari ini dia tak akan datang. Setidaknya kini dia merasa... mereka yang berdiri di panggung ini sudah kalah.
Mengutip perkataan Li Yunlong (protagonis 《Pedang Terang》) yang sering diucapkannya... Jue Ge dan golongan seperti Ye Zhi Huo, Jenderal Bandit, tak mungkin bisa kompak.
"Wah, Jenderal Bandit punya aura yang kuat ya." Interogasi Oscar masih berlanjut, dia mendekati kursi peserta nomor 4, "Rose, kamu juga mau berkomentar?"
"Memanggil seorang gadis berusia awal dua puluhan dengan nama pena 'Gergaji Mesin Mawar' jelas tidak pantas. Untungnya dia punya nama Inggris..."
"Aku ya aku..." Rose Meimei mengenakan pakaian hitam, poni di dahinya menutupi alis, riasan smokey mata tebal menghiasi wajahnya yang pucat seperti hantu. Suaranya terdengar sangat apatis, "Tak ada yang bisa kubicara pada sekumpulan mayat hidup..."
"Hmm... Si gadis Gotik ini ternyata penderita sindrom chuunibyou ya..." Feng Bujue menoleh sambil bergumam dalam hati, "Dengan cara bicara seperti ini bisa populer? Mental penonton zaman sekarang seperti apa sih..."
"Apa yang kau lihat?" Tiba-tiba Rose menyadari tatapan Jue Ge, langsung menghardiknya.
"Ngapain juga memperhatikan tatapan kosong mayat hidup..." Feng Bujue dengan cerdik memberikan jawaban yang sulit dibantah penderita sindrom chuunibyou.
"Hmph..." Rose mendengus keras, lalu... mengeluarkan rokok dan korek api dari saku celananya.
"Hey... Kalian berdua ini mau bikin kiamat ya..." Pembuluh darah di dahi Oscar menonjol. Dalam hati dia mengumpat habis-habisan, "Ngangguin gue ya? Sekali acara dateng dua orang sinting gini, gimana caranya gue nyelamatin siaran? Sutradara kok belum bilang cut juga! Kalau begini terus situasi bakal kacau!"
Ding—craak— Nyala api korek api menyala.
Rose menyalakan sebatang rokok untuk dirinya sendiri, menghembuskan asap dengan tenang. Asap putih yang keluar dari bibirnya yang mengenakan lipstik hitam terlihat sangat mencolok.
"Oh," ujarnya seolah baru teringat, lalu berkata pada Oscar, "Kamu tidak keberatan kalau aku merokok di sini kan?"
"Ngapain nanya kalau udah nyalain!" Oscar berteriak dalam hati. Tapi di luar, dia tetap berusaha tenang, "Hehe... Silakan saja."
Oscar juga bukan pertama kali berurusan dengan Mawar Gergaji Mesin. Berdasarkan pengalamannya, situasi seperti ini sebaiknya ditangani dengan "pendinginan" - cukup diabaikan. Kalau berdebat, misalnya bilang "Merokok merusak kesehatan lho", delapan dari sepuluh kali dia akan menjawab "Jantungku sudah mati, tubuh ini cuma cangkang busuk" dan ucapan Gotik lainnya yang bikin lawan bicara kehabisan kata...
"Lanjutkan." Tiba-tiba suara Fei Ran kembali terdengar di headphone, terdengar bersemangat di saluran khusus kru, "Aku punya firasat, episode ini akan menjadi legenda..."
"Legenda pesawat apa sih..." Keringat dingin Oscar mulai mengucur, dalam hati bergumam, "Sutradara Fei yang sudah berumur 40-an tahun ini, tidak malu mengucapkan dialog kekanak-kanakan seperti itu ya..."
"Ya!""Baik!""Mengerti!""Bersungguh-sungguh!"
Tak disangka, semua anggota kru lain merespon kata-kata Fei Ran dengan semangat membara. Setiap orang menunjukkan ekspresi penuh semangat juang, membawa kewaspadaan maksimal.
“Aku pergi... Orang-orang apa ini di kru program!” Oscar berpikir dalam hati, “Musim kedua tahun depan aku harus mengundurkan diri! Kecuali mereka memberiku gaji dua kali lipat... Hmm... Atau satu setengah kali... Hmm... Kenaikan dua puluh persen juga bisa dipertimbangkan...”
“Baiklah... Selanjutnya...” Pikiran Oscar sama sekali tidak terlihat di wajahnya. Ia melompati tiga langkah dalam dua langkah menuju area peserta nomor tiga, “Kak Da Di, sekarang giliranmu.”
Reformasi Angin Musim Semi Menyentuh Bumi (selanjutnya disingkat Paman Da Di) mengangkat tangan menyesuaikan kacamata hitamnya: “Aku harap... Hari ini bisa membalas kepercayaan teman-teman yang mendukungku.”
“Meskipun singkat, tapi sungguh perkataan yang tulus.” Oscar menanggapi, lalu bergeser beberapa langkah sambil menoleh: “Yamucha, ada yang ingin kau sampaikan pada penonton?”
“Ah... Sebenarnya aku sudah sangat senang bisa duduk di sini hari ini.” Jawab pemuda Yamucha, “Aku datang dengan sikap belajar dari senior-senior. Tapi... Juga berharap bisa dapat hasil yang bagus.”
“Bagus, kami tunggu penampilanmu.” Sambung Oscar, kemudian akhirnya tiba di posisi peserta nomor satu, “Terakhir, mari kita sambut... Soda.” Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Dari tujuh peserta hari ini, Soda yang paling lama bertahan di babak utama. Kekuatannya tak perlu diragukan. Saat ini... Apa yang ingin kau sampaikan pada penonton?”
“Ya sudah datang saja saat dapat pemberitahuan.” Soda mengangkat bahu, mentalnya dalam mengikuti program cukup tenang, “Aku hanya... Berharap bisa menampilkan yang terbaik hari ini.”
"Hmm, aku yakin kamu pasti bisa." Oscar berkata.
Sampai di sini, sesi pemanasan resmi berakhir. Oscar pun tampak lega.
Ia berbalik ke tengah panggung, menatap lensa kamera: "Setelah mendengar pernyataan peserta, para penonton... Menurut kalian siapa yang akan menang malam ini? Silakan kirim jawaban Anda ke..." Diikuti monolog standar tentang sms kuis undian dan iklan.
Pada siaran resmi, bagian ini akan disisipi iklan selama satu hingga dua menit.
Setelah menyelesaikan monolognya, Oscar berhenti sejenak beberapa detik, mengubah postur dan ekspresi sebelum melanjutkan: "Selamat datang kembali di... Aku Penulis - Malam Kebangkitan."
Musik dan lampu memeriahkan suasana sesuai momentum.
"Mari langsung ke babak pertama..." Oscar kembali menunjuk layar besar yang menampilkan subtitle "...Menulis dengan Lancar."
"Bukankah ini sama dengan babak sebelumnya..." Feng Bujue berpikir dalam hati. "Apa aturannya diubah?"
"Tentu saja, seperti yang kukatakan sebelumnya." Perkataan Oscar menggenapi dugaan Jue Ge. "Aturan edisi kali ini akan mengalami perubahan. Silakan lihat... layar besar..."
Saat ia berbicara, aturan lengkap telah terpampang di layar studio. Para peserta tidak perlu menoleh karena informasi yang sama muncul di Panel Operasi di hadapan mereka, cukup menunduk untuk melihat.
"OK..." Setelah beberapa saat, Oscar melanjutkan: "Pertama-tama, mari kita lihat 'kata kunci' pertama. Ready... go!" Teriakannya diikuti guliran cepat teks di tengah layar.
Saat Feng Bujue datang sebelumnya, di layar terpampang puluhan kosakata acak seperti "peristiwa, karakter, hewan, pemandangan". Tapi kali ini... jumlah kata kunci acaknya justru berkurang. Mungkin penonton biasa, bahkan peserta lain tak ada yang menyadari. Namun dengan penglihatan dinamis yang luar biasa, Feng Bujue berhasil menangkap detail ini...
"Berhenti!" Setelah puluhan detik, Oscar kembali berseru. Kata kunci di layar tiba-tiba berhenti di kata "emosi".
Penonton langsung gempar. Sepertinya ini kata kunci yang sangat disukai oleh penonton.
"Selanjutnya..." Oscar berbicara ke kamera, "Menurut aturan baru, semua peserta akan mendapatkan satu kata kunci tambahan. Dan kata kunci ini sama untuk semua orang..." Ia sengaja mengubah ekspresinya, "Artinya... dalam segmen 'Go with the Flow' kali ini, tujuh penulis yang hadir akan menulis dengan syarat yang persis sama. Waktunya... tetap hanya tujuh menit. Sekarang..." Ia berbalik, "Ronde pertama, dimulai!"
Setelah Oscar selesai berbicara, kata kunci kedua muncul di Panel Operasi para peserta - "waktu".
"Para penonton, seperti yang telah kami tekankan berulang kali, semua proses kreatif di acara ini direkam secara real-time tanpa rekayasa." Oscar mulai menyampaikan jargon standarnya, "Setiap penulis di sini menciptakan karya tanpa akses internet atau alat bantu apapun."
Saat mengatakan ini, suara Fei Ran kembali terdengar di headphone Oscar. Sepertinya sutradara memberikan instruksi baru.
Oscar terus berbicara tanpa henti, sambil merekam instruksi ini dalam benaknya. Kemudian, ia melanjutkan dengan natural: "Berdasarkan aturan khusus Malam Kebangkitan, urutan publikasi artikel dalam kompetisi 'Menulis dengan Satu Goresan' kali ini akan diurutkan berdasarkan waktu penyelesaian masing-masing peserta…" Ia menoleh ke belakang, "Para penulis terhormat, setelah kalian yakin telah menyelesaikan karya, langsung klik tombol submit di bagian atas layar. Sistem akan merekam waktu penyelesaian kalian."
【——】
Sebelum suara itu selesai, panel operasi Jue Ge sudah berbunyi…
Terlihat Feng Bujue sedang bersandar di kursi dengan kedua tangan menopang kepala, memandang ke kiri-kanan dengan santai. Ye Zhi Huo dan Fei Jiangjun yang duduk di sampingnya jelas terpengaruh kejadian mendadak ini. Keduanya tak sengaja melirik Jue Ge, dan hati mereka mulai berdebar-debar.
"Eh…" Oscar terdiam dua detik sebelum melanjutkan, "Oh, kita lihat peserta Bujue ternyata sudah menyelesaikan… Waktunya hanya lima puluh dua detik, sungguh luar biasa…"
Meski seribu tak rela, demi profesionalisme Oscar tetap menghampiri area Jue Ge…
Di sini, juru kamera close-up harus naik ke panggung. Xiao Wu si juru kamera yang kebetulan membawa peralatannya segera mendekati Oscar atas instruksi sutradara, mengikuti sang pembawa acara menuju area peserta.
Setelah mengambil close-up proses kreatif keenam penulis satu per satu, kamera akhirnya berhenti pada wajah Jue Ge.
Oscar juga tepat berhenti di depan area peserta nomor enam dan berkata, "Bujue, kau menyelesaikannya sangat cepat."
"Ya…" Feng Bujue menjawab dengan lesu.
"Jangan-jangan kau mengumpulkan kertas kosong?" Oscar berkata setengah bergurau.
"Mau lihat?" Jue Ge membalas.
"Hehe…" Oscar tersenyum ke arah kamera, "Para penonton, inilah keuntungan menjadi pembawa acara, aku akan melihat dulu…"
Dua detik kemudian, senyum Oscar membeku. Yang ia baca adalah-"Dari perkenalan hingga kini, dari dingin menjadi perhatian, dari penolakan menjadi ketergantungan, dari asing menjadi saling mencintai, dari kepercayaan menjadi kecurigaan, dari kasih sayang menjadi luka, dari gemilang menjadi suram, dari kebersamaan menjadi perpisahan, dari haru menjadi kekecewaan, dari pengertian menjadi tuduhan, dari harapan menjadi kepasrahan, dari euforia menjadi duka."
