"Hei… ini lirik lagu kan…" Ribuan kuda mitos berlarian dalam hati Oscar, tapi ia harus menahan diri untuk tidak mengatakannya, "Dan tidak ada satu kata pun yang diubah! Kau benar-benar menyalin mentah-mentah! Meskipun ini lagu lama, pasti banyak yang pernah mendengarnya… Kalaupun tidak, setelah tayangan ini orang pasti akan mencari di internet dan menemukannya…"
"Ada apa?" Feng Bujue menatap Oscar dan bertanya dengan santai.
"E... Bujue..." Oscar membalas, "Kamu yakin... mau mengirimkan konten ini?" Karena penonton belum melihat apa yang ditulis Feng Bujue, Oscar merasa masih ada kesempatan untuk memperbaiki. Ia memberikan isyarat mata intens ke Jue Ge sambil berkata dengan nada aneh, "Tulisanmu ini... sepertinya agak familiar..." Ia melirik ke arah kamera, "Waktu masih cukup... Mau diedit lagi?"
Maksud tersiratnya adalah: Aku sudah tahu ini bukan karya orisinilmu, cepatlah mengubahnya sebelum terlambat.
Namun, Feng Bujue sama sekali tidak menghargai niat baiknya.
"Tentu familiar," jawab Jue Ge dengan santai, "Ini lirik lagu."
"Dia mengaku begitu saja! Langsung di depan kamera!" Oscar berteriak dalam hati, "Apa tidak masalah begini?" Ia segera menoleh ke sutradara memandang minta bantuan, menunggu instruksi lebih lanjut.
"Lanjutkan rekaman, tidak apa-apa." Fei Ran berkata di saluran komunikasi, "Aturan tidak melarang ini."
"Ahaha... Bujue memang sangat jujur ya." Oscar terpaksa mencari cara untuk memuji.
Sayangnya... Jue Ge tetap tidak menggubris.
"Aku hanya malas memikirkan sendiri," Feng Bujue langsung menjawab, "Jadi asal menyalin bagian yang sesuai dengan tema."
Begitu kata-kata ini keluar, bahkan penonton bingung harus bereaksi bagaimana...
"Apa maksud anak ini sebenarnya?" Oscar berpikir dalam hati, "Ini bukan cuma menggali kubur sendiri, tapi juga agak tidak tahu malu ya..."
Saat ini, Oscar telah memalingkan wajahnya ke area yang tidak tertangkap kamera. Sebagai seseorang yang memiliki kepekaan tinggi terhadap kamera, tindakannya ini jelas disengaja—dia tidak ingin ekspresinya saat ini muncul dalam gambar.
"Lagipula aturannya memperbolehkan, kan?" Feng Bujue tiba-tiba menyela, masih menyandarkan kedua tangannya di belakang kepala dengan sikap yang agak arogan. "Menurutku ini tidak berbeda dengan mengutip referensi klasik, bukan?"
"Beda jauh..." Oscar bergumam dalam hati, "Mengutip referensi bertujuan menjelaskan argumen, tapi ini... kau bisa menjiplak seluruh paragraf tanpa satu kalimat pun karya sendiri..."
"Hmm... haha..." Oscar tertawa canggung. "Baiklah... Hasilnya akan kita ketahui sebentar lagi." Ia berusaha menutupi situasi ini dengan cepat.
Fotografer Xiao Wu yang cekatan langsung mengalihkan kamera ke penulis-penulis lain.
Oscar yang sigap menjauh dari area peserta nomor enam, berseru: "Waktu... terus berdetak. Kecuali peserta Bujue, enam penulis kita masih terus menciptakan karya. Mungkin kita bisa membaca ekspresi wajah mereka..." Dengan lihai ia menyelaraskan ucapan ini dengan bidikan Xiao Wu, berhasil mengalihkan perhatian penonton.
……
Tujuh menit berlalu dengan cepat. Satu per satu penulis mulai menekan tombol submit di layar.
Oscar terus mengoceh tanpa topik yang jelas selama periode ini, mengatakan hal-hal yang seolah terkait acara tapi sebenarnya tidak bermakna. Meski begitu... interval diamnya tidak pernah melebihi sepuluh detik... inilah profesionalisme.
"Waktu yang tersisa tinggal sedikit... mari kita hitung mundur sepuluh detik..." Saat timer di layar besar menyentuh belasan detik terakhir, Oscar tepat waktu bersuara, "Sepuluh... sembilan... delapan... tujuh... enam..." Ia menghabiskan hitungan dengan menatap layar, lalu menutup, "...Waktu habis!"
BGM standar berdurasi sekitar lima detik mengalun, lampu panggung berkedip-kedip sesaat.
Kamerawan Xiao Wu menyesuaikan posisi, bersiap mengikuti pergerakan pembawa acara.
"Baiklah... saatnya mengungkap kebenaran." Oscar menyimak informasi melalui headphone sambil berkata, "Penonton yang cermat pasti telah mengetahui urutan pengumuman artikel." Ia jeda sejenak, "Tak perlu bertele-tele... kita mulai dari kontestan pertama yang menyerahkan karya..." Ia menoleh, "...yaitu peserta Bujue." Usai berkata demikian, ia menuntun kamera mendekati Jue Ge.
Bersamaan dengan itu, konten yang ditulis Feng Bujue muncul di layar besar.
Penonton studio ramai berbisik, tepuk tangan tak kunjung bergema...
Oscar membacakan lirik seutuhnya lalu berkomentar: "Hmm... memang bagus." Ia memandang Jue Ge, "Juga sesuai dengan kata kunci 'cinta' dan 'waktu'." Gaya bicaranya berubah disertai senyum, "Sayangnya... ini sepertinya bukan ide orisinilmu..."
"Kalimat yang menyusul ini bukanlah karena Oscar sengaja ingin menjatuhkan Feng Bujue, melainkan perintah sutradara Fei Ran melalui headphone. Tampaknya... sutradara ingin membantu Jue Ge mengukuhkan kekalahan di ronde pertama."
"Ya..." Feng Bujue memasang ekspresi babi mati yang tak takut air mendidih, "Lirik karya guru Li Zongsheng."
"Tapi... kalau kau menjiplak seluruh bagian seperti ini..." kata Oscar, "Penonton mungkin tidak akan menerima."
"Tidak apa-apa." Feng Bujue menjawab tenang dengan dua kata itu.
Mendengar itu, Oscar membelalakkan mata ke kamera sambil mengangkat bahu dengan ekspresi pasrah.
Kemudian ia berjalan ke posisi peserta nomor empat, "Baiklah... sekarang mari kita lihat konten yang ditulis Rose dalam lima menit sebelas detik."
Suasana di lokasi menjadi sangat canggung selama lebih semenit terakhir. Banyak fans pendukung Feng Bujue yang bisu seribu bahasa, tak memahami situasi dan bingung harus berkomentar apa...
Sementara itu, Oscar mulai membacakan karya para penulis lain secara berurutan...
Kecuali Feng Bujue, semua peserta tentu membuat konten orisinal di tempat.
Pertama adalah Rose, paragraf yang ditulisnya jelas sangat "Gotik", dipenuhi dengan keputusasaan, kegelapan, kematian, kesendirian... serta aroma kekanak-kanakan yang kental. Namun yang mengejutkan, tulisannya ini justru menyatu dengan baik dengan tema "cinta" dan "waktu", mendapatkan respons yang cukup antusias.
Selanjutnya adalah Yamcha. Dibandingkan penulis lain yang hadir, gaya penulisannya kurang diunggulkan. Namun setidaknya ia mampu menulis secara lugas dan mudah dipahami. Kecepatan mengetiknya juga sangat tinggi - menggunakan metode pinyin standar di panel operasi, ia sanggup mengetik lebih dari 500 karakter dalam 6 menit. Jadi... ia menulis cerita pendek ratusan karakter untuk menyentuh tema lomba. Sayangnya alur ceritanya terlalu kekanak-kanakan dan idealis, dengan gaya penulisan yang gagal menutupi kekurangan tersebut. Saat dibacakan, efeknya kurang memuaskan.
Kemudian, tulisan Soda. Ia pandai merangkai cerita dengan gaya penulisan yang baik. Dari segi tipe penulis, ia cukup mirip dengan Feng Bujue. Ia juga menulis cerita pendek tentang tema "cinta" dan "waktu", meski jumlah karakternya tak sebanyak Yamcha. Namun... berkat gaya penulisan yang lebih padat, respons yang didapatkannya jauh lebih baik daripada Yamcha.
Untuk tiga peserta tersisa... Ye Zhi Huo dan Fei Jiangjun mengirimkan karya pada detik ke-40-an menit ke-6; sedangkan Uncle Dadi yang menggunakan fungsi tulisan tangan di panel operasi mengalami keterbatasan waktu - ia terpaksa berhenti menulis tepat saat hitungan mundur berakhir.
Oscar juga secara terpisah membacakan artikel mereka... Deskripsi Bandit General terbilang cukup standar, tidak ada kesalahan mencolok namun juga tak istimewa. Adapun bagian Paman Bumi... Endingnya terkesan tergesa-gesa dan jelas belum rampung. Tapi mengingat beliau adalah peserta tertua dengan wawasan paling luas di sini, gaya penulisannya tak perlu diragukan. Bagian yang berhasil ditulisnya pun cukup untuk memancing Resonansi di antara para penonton.
Dan efek yang paling buruk, mungkin adalah Night Fire... Sejak menit pertama, dia sudah dibuat gelisah oleh perilaku tiba-tiba Jue Ge yang seperti kesurupan. Night Fire awalnya ingin menulis rangkaian kalimat paralel sudut pandang orang pertama untuk membangkitkan emosi, tapi dirinya sendiri justru kehilangan emosi terlebih dahulu... Semakin menulis semakin panik, semakin panik semakin banyak kesalahan... Paragraf yang akhirnya ditulis menjadi tidak karuan; tak terlihat "emosi" yang tulus maupun "teknik" yang megah. Syukurlah fans di lokasinya bekerja sangat keras, setelah artikel diumumkan... Mereka bersusah payah meneriakkan dukungan, akhirnya berhasil sedikit meningkatkan kesan orang lain terhadap tulisan ini...
“Baik, kita telah melihat performa ketujuh penulis dalam ronde Kontes Menulis Instan ini...” Oscar selesai mengunjungi setiap peserta, lalu berbalik menuju tengah panggung, "Momen tegang... kembali tiba..."
Sebuah kamera di atas studio melakukan pergerakan besar, menyapu area peserta dengan lensanya.
Oscar melanjutkan, \"Teman-teman penonton di lokasi yang berjumlah tujuh ratus orang, nasib para peserta sekali lagi berada di tangan kalian...\" Dia berhenti sejenak, \"Hari ini, kami akan menghapus aturan 'tiket pilihan utama' dan 'tiket pilihan kedua'... Di tangan Anda, hanya akan ada satu tiket pilihan utama, Anda hanya bisa mendukung... satu penulis.\" Ekspresinya menjadi serius, \"Waktu voting adalah dua menit, harap memberikan suara Anda yang sangat penting dengan hati-hati... Sekarang... Voting dimulai!\"
Detik berikutnya, musik latar yang tegang dan dinamis langsung mengudara di studio. Xiao Wu mengangkat kamera close-up, bergegas memberikan close-up kepada masing-masing dari tujuh penulis.
\"Para pemirsa yang baru saja menyalakan TV, situs web, atau radio, Anda sedang menyaksikan Aku Penulis - Malam Kebangkitan!\" Oscar langsung melanjutkan dengan kalimat ini setelah diam sebentar.
Peralihan yang mendadak ini juga merupakan instruksi sutradara. Jelas... bagian ini nantinya akan disisipkan iklan dan rekaman narasi panjang yang sudah dipersiapkan.
\"Voting babak pertama masih berlangsung dengan sengit, siapakah yang akan unggul dan memimpin di babak pertama ini...\" Oscar kembali mengulur waktu lebih dari satu menit dengan pertanyaan retoris dan omong kosong.
\"Waktu habis!\" Akhirnya Oscar kembali menyelesaikan tugasnya dengan gemilang, lalu menghela napas lega, \"OK... Hari ini, saya akan membacakan...\" Pandangannya beralih ke layar besar, \"Mulai dari peringkat ketujuh...\"
Semua kamera di studio sibuk bergerak, mengarah ke berbagai sudut penonton, area peserta, dan pembawa acara...
"Memperoleh... Aku Penulis – Malam Kebangkitan, ronde pertama... penulis peringkat ketujuh adalah..." Setiap momen seperti ini, Oscar selalu berbicara dengan jeda kata demi kata, mengulur waktu semaksimal mungkin.
DJ di lokasi juga sangat kooperatif, memanfaatkan momentum untuk menyisipkan efek suara berirama cepat.
"Bujue." Saat mengucapkan nama pena Jue Ge, suara dan intonasi Oscar terdengar lebih rendah.
Dari penonton langsung terdengar keriuhan, sepertinya diselingi beberapa siulan cemooh.
Oscar memiringkan badan menghadap kamera, menatap Jue Ge: "Bujue, ada yang ingin kau sampaikan?"
Feng Bujue tersenyum sinis: "Aku tak tahu, aku tak peduli seberapa buruk kinerjaku, aku tak hiraukan seberapa banyak yang telah kulakukan."
"Dasar kurang ajar..." batin Oscar mencela, "Setelah ketahuan plagiat tak ada rasa penyesalan atau malu, malah menjawab dengan kata-kata seperti itu... Tunggu... Kalimat ini juga lirik lagu ya!"
"Buu-" Saat itu, penggemar Night's Fire di penonton mulai menyoraki dengan siulan cemooh yang terang-terangan dan terkoordinasi. Pendukung Jue Ge dan penonton netral tetap diam.
"Hehe... Bujue tetap punya karakter ya." Oscar tersenyum kaku lalu cepat-cepat melanjutkan, "Baiklah... Selanjutnya akan saya umumkan..." Untuk mengalihkan perhatian penonton, kali ini dia tidak berlama-lama: "Penulis peringkat keempat..."
"Kalimatnya ini berhasil membuat para penonton tertegun sejenak. Karena menurut tradisi sebelumnya, kategori yang diumumkan dalam Kontes Menulis Instan hanya peringkat pertama, kedua, dan ketujuh."
"Seperti yang telah saya tekankan berulang kali, malam ini... banyak aturan lama akan diubah." Oscar tersenyum misterius, "Yang akan saya umumkan kali ini adalah... peringkat ketiga, keempat... serta peringkat terakhir." Dia berhenti sebentar selama satu detik, "Sedangkan empat penulis di peringkat pertama, kedua, lima, dan enam... sementara dirahasiakan..."
"Hmm... Terlihat seperti upaya meningkatkan ketegangan..." Pikiran Feng Bujue langsung berputar cepat mendengar ini, "Tapi sebenarnya ini cara untuk mempermudah rekayasa terselubung ya..."
"Hari ini, penulis yang meraih peringkat keempat di babak pertama adalah..." Oscar melanjutkan pengumuman, "...Reformasi Musim Semi Meniup Bumi... Paman Bumi kita."
Gemuruh tepuk tangan terdengar dari area penonton.
Oscar juga segera menuju area peserta nomor empat sambil tersenyum: "Kak Bumi, saya benar-benar mengagumimu... Belum pernah ada yang masuk empat besar dengan artikel belum selesai di Kontes Menulis Instan."
"Hehe... Semua berkat dukungan teman-teman penonton." Paman Bumi menyesuaikan kacamata hitamnya dengan ramah.
"Sikap rendah hati Kak Bumi juga sangat menginspirasi." Oscar tertawa.
Sambil berbicara, dia kembali menghadap kamera: "Baiklah... Sekarang mari kita umumkan peserta berikutnya... peringkat ketiga di babak pertama..." Dengan ekspresi "Aku sengaja tidak mau langsung bilang, ayo coba pukul aku" di wajahnya, dia menatap kamera selama sepuluh detik penuh sebelum melanjutkan, "...yaitu... Soda!"
“Sorak-sorai kembali bergemuruh dari penonton... Tapi secara keseluruhan, jumlah pendukung Soda dan Paman Dadi masih belum bisa menyaingi fans Api Malam...”
Ini situasi yang cukup menyedihkan. Mayoritas fans keduanya berusia di atas 30 tahun dan didominasi laki-laki. Meskipun perolehan suara mereka cukup bagus dalam voting online, jumlah pendukung di lokasi hari ini paling sedikit (ada juga faktor manipulasi dari panitia).
“Seperti menyebut nama setan lalu setan pun muncul.” Oscar menghampiri Soda, “Tadi aku sedang membicarakan peserta yang gagal menyelesaikan artikel dalam sesi Menulis Cepat...”
“Haha...” Soda langsung paham maksudnya mengacu pada salah satu episode sebelumnya, “Hari ini aku sudah menyelesaikannya.”
“Benar. Asalkan bisa menyelesaikan, kekuatanmu pasti masuk tiga besar.” kata Oscar.
“Tidak-tidak, kamu terlalu memuji.” Soda menggelengkan tangan.
“Aku bukan sekedar menjilat.” Oscar berbalik ke arah penonton, “Sekarang...aku akan membagikan data...” Kembali ke tengah panggung, “Dalam 20 episode 《Aku adalah Penulis》 sebelumnya, Soda telah berpartisipasi 16 kali...”
Di sini dia sengaja berhenti sejenak. Penonton yang paham langsung menyambut dengan sorakan dan tepuk tangan.
“Dan dia memegang rekor yang belum pernah ditembus siapapun, yaitu...” Oscar menunjuk dramatis ke Soda, “Dalam sesi Menulis Cepat, selama bisa menyelesaikan tulisan, pasti masuk tiga besar.”
“Penonton kembali bertepuk tangan, namun Oscar menyela mereka: \"Dan...\" teriaknya, \"...dan di ronde kedua, babak Sentuhan Ilahi, Soda juga merupakan penulis yang paling sering meraih posisi 'pertama' sejauh ini.\"”
Saat itulah ia selesai berbicara. Para penonton di lokasi pun meledakkan sorakan paling meriah sejak acara dimulai.
Beberapa penulis lain juga bertepuk tangan dari tempat duduk mereka. Tentu saja, sebagian tulus sementara sebagian lain hanya berpura-pura...
\"Sudah, berhenti di sini. Jangan lupa urusan resmi,\" suara Fei Ran kembali terdengar dari headphone.
Oscar langsung paham, sutradara menginginkannya untuk tidak berlebihan memuji. Bagaimanapun... orang yang benar-benar harus dipromosikan dalam acara ini adalah Api Malam.
Sejujurnya... Oscar sendiri memiliki kesukaan pribadi terhadap para kontestan. Mungkin dia tidak banyak membaca novel, tapi pengalamannya bergaul sangat luas. Siapa yang terhormat, siapa yang picik, siapa yang benar-benar berbakat, siapa yang penipu... dia memiliki penilaian sendiri di hatinya.
Secara pribadi, Oscar sangat berharap Soda bisa masuk final. Tapi demi kebutuhan tim produksi... dia harus berkompromi.
\"OK... dengan ini, kami yakin para penonton sudah tidak sabar. Mari langsung masuk ke babak selanjutnya...\" Oscar segera melanjutkan, \"Sentuhan Ilahi!\"
\"Hmm... bagian tersulit datang...,\" Feng Bujue mengernyitkan matanya, bergumam pelan, \"Konsekuensi omongan ngawur terakhir kali cukup parah... kali ini harus cari strategi...\"
