Hari itu, penduduk Kota Gotham akhirnya teringat... teror yang pernah mereka kuasai.
Tertawa ini sudah puluhan tahun tidak terdengar di langit Gotham.
Suatu hari satu abad silam, Batman dan Joker tiba-tiba lenyap bersama, tak pernah muncul lagi.
Hari ini, kedua karakter ini akan dihidupkan kembali - benar-benar bangkit.
“Hah... Orang ini... pasti bukan yang kutetaskan dulu...” The Bruce tetap tenang saat jatuh. Setelah napasnya normal, ia segera mengibaskan jubah dan mengaktifkan fungsi meluncur, terbang cepat ke atap gedung terdekat. Secara bersamaan, ia menghubungi pusat komando kastil melalui perangkat komunikasi di pipi kanannya, "Gordon, kalian semua melihat?"
“Ya... ya...” Gordon menjawab dengan suara gemetar, “Semua kamera gerak merekamnya...”
“Ada yang perlu kalian laporkan?” Bruce menyambung.
“Ini...” Gordon terdiam sejenak.
"Clipper! Bicara!" Bruce berteriak.
"Kami masih menganalisis, Tuan." Suara Clipper segera terdengar, "Tapi melihat situasi saat ini, ada dua hal yang perlu Anda perhatikan... Pertama, dia terbang di langit tanpa menggunakan item apapun; Kedua, kekuatan dan kecepatannya sekitar 30% lebih tinggi dari batas maksimal Anda." Dia berhenti sebentar, "Hmm... Omong-omong, kekuatan tempur 'Harley Quinn' itu juga tidak kalah darinya."
"Sial... Apa yang sebenarnya terjadi?" Bruce bergumam pelan.
"Tuan, kurasa... waktu bermain sudah harus berakhir." Kata Clipper.
"Aku tahu!" Bruce membentak dengan marah.
Boom——
Saat itu, suara ledakan keras menarik perhatiannya. Bruce menoleh dan menemukan Batplane-nya telah jatuh ke teluk. Sementara "Joker" di udara telah menyelamatkan Two-Face dari kendaraan terbang.
"Clipper, siapkan 'baju zirah tempur'. Aku akan langsung memakainya setelah kembali." Bruce tahu mengejar dan berkonfrontasi langsung sekarang tidak memberi peluang menang, jadi dia segera mengubah arah menuju kastilnya, "Gordon, kumpulkan pasukan Robin dan siaga penuh."
"Baik, Tuan." Keduanya menjawab.
"Sampai nanti." Bruce membalas lalu memutus komunikasi.
Meski terlihat tenang, di lubuk hatinya mulai tumbuh tunas ketakutan: "Siapa sebenarnya 'Joker' itu? Apa dia? Apakah benar ada roh jahat di dunia ini? Dan... dihidupkan kembali tepat di malam ini?"
……
Di waktu yang sama, di bagian lain kota.
"Sudah beberapa saat tidak melihat kamera bentuk elang itu..." Ruo Yu melompat-lompat di atas kota sambil berpikir, "Kapal patroli berbentuk piring terbang itu juga hanya mengikuti dari udara yang sangat jauh, tidak berani mendekat..." Sorot matanya yang dingin menyapu setiap jalan, setiap sudut bayangan, "Seharusnya masih ada beberapa kamera pengawas tetap yang bisa menangkapku, tapi... sekarang perhatian semua orang sudah teralihkan ke Bujue ya..."
Ruo Yu tentu juga melihat kejadian tadi di layar besar pinggir jalan. Ia tidak tahu apakah adegan yang dibuat Jue Ge itu punya maksud tersembunyi atau sekadar hobi. Bagaimanapun, tujuannya jelas - sesuai petunjuk Feng Bujue, segera sampai di kantor polisi dulu.
"Hmm?" Tiba-tiba, pandangan Ruo Yu menangkap sesuatu.
Setelah ragu sebentar sekitar dua detik, ia menghentikan langkah dan melompat ke samping. Siluetnya yang ringan melayang melintasi langit malam, lalu mendarap tiba-tiba di jalanan.
"Hei!" Di pintu masuk sebuah gang gelap sekitar sepuluh meter jauhnya, Xiao Ling sedang melambai-lambaikan tangan padanya.
Dari perspektif pemain, penampilan rekan tim tetap seperti aslinya (kecuali saat dilihat melalui monitor atau cermin), jadi Ruo Yu langsung mengenali Xiao Ling.
"Bagaimana kau menemukanku?" tanya Ruo Yu sambil berjalan mendekat.
"Ceritanya panjang. Ini, ambil dulu..." Xiao Ling tidak bertele-tele, cepat-cepat menyodorkan sebuah 【Pemutus Sinyal】.
"Setelah menerima item, Ruoyu melirik deskripsi item sejenak lalu bergumam, 'Begitu rupa... Pantas saja aku terus-terusan tertangkap kamera.'" Dia segera paham mengapa, meski telah menghancurkan semua perangkat pemantau dalam jangkauan penglihatannya, tetap tidak bisa sepenuhnya menghindar.
"'Ikut aku, kita lewat bawah tanah.'" Xiao Ling langsung menuntun Ruoyu masuk ke sebuah gang.
Gang ini tidak terlalu dalam. Satu-satunya kamera pengintai di dalamnya sudah dihancurkan Xiao Ling dengan tombaknya. Di ujung gang gelap itu terdapat pintu masuk selokan. Joey sedang menunggu di sana, "Selamat siang, Ibu." Dia menyapa Ruoyu.
"'Ini Joey, bos organisasi pemberontak.'" Xiao Ling memperkenalkan dengan cepat, lalu berteriak ke arah Joey, "Jangan cuma berdiri, GO, GO, GO!"
Joey patuh. Ia berbalik membuka tutup selokan, memegang tangga lalu turun.
Kedua pemain tidak perlu repot-repot. Jatuhan beberapa meter tidak akan menyebabkan kerusakan bagi mereka. Dipimpin Xiao Ling yang melompat turun dengan bertumpu satu tangan, Ruoyu langsung menyusul.
Di dalam selokan, selain Joey ada seorang NPC perempuan berdiri di samping. Usianya terlihat awal dua puluhan, dengan rammerah oranye menyala. Wajah dan posturnya memang layak disebut cantik.
"'Ini Maya, juga dari pasukan pemberontak.'" Xiao Lan menambahkan.
"'Halo.'" Maya menyapa Ruoyu.
"'Halo.'" Ruoyu membalas.
Selagi mereka berbicara, peringatan quest tiba-tiba bergema di telinga kedua pemain;【Tugas saat ini telah selesai, misi utama telah diperbarui】
Keduanya segera memanggil menu permainan dan memeriksa daftar quest.
Tampak quest sebelumnya【Bertahan dari pengejaran dan bertemu setidaknya satu rekan tim】telah dicoret, digantikan dengan konten yang ter-refresh di bawahnya:【Bunuh The Bruce】
Ruoyu dan Xiao Ling saling memandang setelah membaca syarat quest... Mereka agak bingung, mengapa misi seperti ini bisa muncul begitu cepat.
Dari sudut pandang setting alur cerita, The Bruce delapan puluh persen adalah BOSS akhir quest. Jika membunuhnya bisa menyelesaikan misi, alur skenario ini terlalu pendek.
【Tersembunyi quest telah dipicu】Dua detik kemudian, peringatan sistem lagi berbunyi. Perubahan ini akhirnya menghilangkan keraguan mereka.
Isi tersembunyi quest tersebut adalah:【Bantu Joey Collins mewarisi jubah Batman】
"Hmm... Bagaimanapun, mari kita ke kantor polisi dulu untuk bergabung dengan Ketua guild," kata Xiao Ling setelah membaca quest.
Ruoyu mengangguk, "Setuju."
Kemudian Xiao Ling menoleh ke Joey, "Bagaimana kabar Dar dan yang lain?"
"Sudah berkumpul di dekat kantor polisi, menunggu kita," jawab Joey sambil melihat alat di tangannya.
"Baik, ayo segera berangkat." Xiao Ling berujar sambil memimpin jalan ke depan.
Ruoyu juga bergegas menyusul.
Joey terdiam beberapa detik, lalu tersenyum pada Maya di sampingnya, "Aneh... Kapan dia jadi pemimpin? Bukannya aku bos di sini?"
"Kelihatannya... dia lebih hebat darimu." Maya tersenyum pada Joey, lalu berbalik dan menyusul.
Joey mengangkat bahu, bergumam sendiri, "Aku juga bisa mengoperasikan sayap luncur..."
……
Beberapa menit kemudian, di utara Area Teluk.
Setelah menyelamatkan Xiao Tan, Feng Bujue membawanya melarikan diri menggunakan Langkah Bulan dari area yang dipenuhi kerumunan orang. Kini mereka telah tiba di jalan sepi dan mendarat kembali ke lantai.
"Jue Ge, kenapa tadi kamu tidak membunuh The Bruce saat ada kesempatan?" tanya Xiao Tan segera setelah mendarat, "Saat kamu menahan Batplane untukku, misi utama sudah diperbarui kan?"
Dia benar. Ketika Feng Bujue menginjakkan kaki di Batplane, misi utama mereka berdua telah terupdate. Lagipula, mereka tidak menerima quest tersembunyi. Artinya... Jue Ge punya alasan kuat untuk langsung membunuhnya.
"Bagaimana kalau misi langsung selesai setelah membunuhnya?" balas Feng Bujue bertanya.
"Bagaimana maksudmu?" Xiao Tan bingung, "Bukan bagus kalau bisa menyelesaikan misi?"
"Bagus apanya..." kata Feng Bujue, "Susah dapat quest dengan kebebasan ekstrim dan BOSS tingkat kesulitan rendah. Sayang kalau buru-buru pergi."
"Oh..." Xiao Tan berpikir sejenak, "Benar juga. Kalau cepat selesai, EXP dan uang pasti sedikit, poin keterampilan juga tidak banyak. Lebih baik tetap di dalam quest untuk eksplorasi skill dan peralatan."
"Tepat." kata Feng Bujue, "Sekarang, langkah pertama..." Ia menunjuk kabinet listrik di pinggir jalan, "Kamu sentuh saklar listrik dulu."
"Ngapain sih?" Xiao Tan terlihat panik, "Aku malah mau nanya... Tadi kamu baca puisi terus kesetrum, maksudnya apa sih?"
"Baca puisi itu untuk menyampaikan intelijen." Feng Bujue menjawab tenang, "Setruman listrik..." Ia mengangkat tangan, menyatukan jari telunjuk dan jari tengah, mengetuk pelipisnya pelan, "Untuk merusak chip implan di dalam otak."
"Chip apa?" Xiao Tan mendesak.
"Jangan banyak tanya, seolah-olah kalau aku jelasin kamu bakal ngerti." Sebenarnya Feng Bujue sendiri juga tidak terlalu paham, "Cepetan sentuh sumber listrik itu."
"Baiklah..." Xiao Tan menghela nafas pasrah, lalu mendekati kabinet listrik. Dengan belati lengan, ia membuka pintu kabinet, "Itu..." Ia menoleh, "Seperti kamu tadi, sentuh sebentar lalu lepas ya?"
"Dasar bodoh, kalau disentuh lebih dari beberapa detik langsung mati." Feng Bujue menyambung.
Wajah Xiao Tan memanjang mendengar itu. Setelah beberapa detik pergulatan batin, ia mengeratkan gigi dan memasukkan tangannya.
"Aaaaaaahhhh......"
Brak——
"Teriak apaan sih?" Feng Bujue mendekat dan menepuk ubun-ubunnya, "Tau bagian mana yang berlistrik? Pegang tombol plastik teriak-teriak!"
"Hah?" Xiao Tan menoleh melihat, "Oh, pantasan tidak ada rasa sama sekali..."
"Sentuh sini." Feng Bujue menunjuk ke samping, "Yang ini, liat kan."
"Oh." Xiao Tan mengangguk dan mengulurkan tangannya lagi.
Brak——
Jue Ge memukulnya lagi.
“Lagi ngapain sih?”
“Sarung tangan! Sarung tangan! Sarung tangan!” teriak Feng Bujue sambil mengangkat kaki dan menendang Xiao Tan.
“Baiklah... Aku salah...” Xiao Tan buru-buru melepas sarung tangan, menghela napas dalam, lalu mengulurkan tangannya lagi.
Kali ini, dia akhirnya berhasil tersetrum dan terlempar...
