Di kedua mata Gordon terpancar keputusasaan dan kemarahan tak terhingga, tapi dia sudah tak berdaya melawan takdirnya.
Beberapa detik kemudian, tubuhnya jatuh dari podium tinggi dan tewas di tempat.
Kerumunan di bawah melihat mayat Gordon, keraguan kembali muncul di hati mereka...
“Apa kita salah?” “Gordon... yang ternyata penipu?” “Kekuatan Dewa Kelelawar itu nyata!” “Kita ditipu Joker!”
Gerombolan yang baru saja berteriak ingin menggulingkan kelelawar itu, segera goyah.
Di dunia komik Amerika, selalu ada sekelompok orang seperti ini: hari ini mereka teriak bunuh semua mutan, besok minta pahlawan super buka identitas, lusa malah bersorak untuk para penyimpang itu.
Apa mereka benar-benar punya keyakinan? Tidak... mereka tidak punya, bahkan tak punya pendirian. Kemunafikan, realitas, kebodohan, akal budi... semua terjalin membentuk orang-orang macam ini. Pada akhirnya, yang mengendalikan mereka tak lain adalah – kenyataan.
Seperti kata sebuah film – “Siapa yang menang, mereka akan ikut.”
Hal ini, Feng Bujue, sangat paham...
"Hahahaha…" Suara tawa histeris bergema, seketika kemudian Feng Bujue (Joker) muncul kembali di semua layar besar kota, "Kau manusia kelelawar cacat ini, benar-benar tak punya belas kasihan…"
"Apa yang terjadi…" The Bruce segera berbisik ke komunikator di mulutnya, "Bagaimana dia bisa muncul di layar?"
"Ini… Kami tidak tahu, Tuan." Petugas di pusat komando membalas di saluran komunikasi, "Kami tidak mengirim sinyal video apa pun ke luar."
"Sial…" The Bruce meludah, "Cepat cari cara menghentikannya!"
"Kami sudah mencoba… Tapi…" Suara yang sama membalas, "...tidak berhasil." Dia berhenti sebentar, "Apapun cara dia meretas sistem, otoritasnya sekarang lebih tinggi dari kami…"
The Bruce mendengar ini, ekspresinya berubah drastis. Jawaban langsung terlintas di otaknya: "Cluemaster…" Dia menggeretakkan gigi, "Sialan… Seharusnya aku curiga."
"Hmph…" Di layar besar, suara Jue Ge terus bergema, "Kau pikir dengan membunuh Gordon dan menyalahkannya, tahta kerajaanmu akan aman?" Suaranya meninggi, "Dan kalian… para idiot tak berotak! Selama puluhan tahun kalian menyaksikan aksinya, apa bedanya kali ini?"
"Dia benar!" "Kematian Gordon tak berarti apa-apa." "Pembohong!" "Terima pengadilan!"
The Bruce menyaksikan perubahan sikap kerumunan itu, amarahnya memuncak.
Hingga saat ini, hanya tersisa satu cara.
“Berhenti semua!” The Bruce berdiri di tepi platform tinggi, mengibaskan jubahnya sambil mengaum melalui perangkat gelombang suara pada baju zirah tempurnya.
Gelombang suara itu menyebar, ditambah aura kerajaannya, berhasil meredakan kerumunan di alun-alun luar kastil kelelawar dalam sekejap.
"Kalian menginginkan darahku?" The Bruce memandang rendah kerajaan yang telah dikuasainya bertahun-tahun, menatap rakyatnya yang serakah dan bodoh, lalu berseru tegas, "Datanglah ambil sendiri!" Ucapnya sambil melangkah maju dan terjun dari ketinggian.
Sayap kelelawar hitam terkembang di udara, bayangan kelelawar itu menyambar turun dengan gesit.
Saat itu juga, kerumunan di bawah mundur secara insting... karena mereka akhirnya menyadari: The Bruce mungkin bukan dewa, tapi tetap mesin pembunuh yang sempurna dan tak terbantahkan.
Braak—
Suara dahsyat bergema, permukaan beton retak membentuk pola jaring laba-laba.
Raja Gotham mendarat dengan kedua kaki, menciptakan zona lingkaran kosong di tengah lautan manusia. Tak satu pun berani mendekati radiusnya.
"Ayo..." The Bruce berdiri angkuh, berucap dingin, "Aku ada di depan kalian. Apa kalian bahkan tak punya nyali untuk mengangkat senjata?"
Sebelum ucapannya mengering, tembakan pun meletus.
Inilah karakteristik senjata api. Membunuh dengan pistol dan senjata dingin adalah dua konsep yang berbeda... Mungkin tak ada yang berani bertarung jarak dekat dengan Bruce, tapi menembak dari jauh? Itu lain cerita.
"Setelah suara tembakan pertama terdengar, pasti akan diikuti tembakan kedua, ketiga..."
Beberapa detik kemudian, warga sipil yang dekat dengan The Bruce dan membawa senjata mulai menembaki secara bertubi-tubi.
Namun...
Dilindungi baju zirah tempur, The Bruce tetap berdiri tegak tak tergoyahkan.
Peluru yang mengenai tubuhnya memantul secara acak, bercampur dengan tembakan yang meleset, menerjang kerumunan di sekeliling.
Setelah rentetan tembakan kacau, terdengar jeritan kesakitan, rintihan, dan teriakan menggelegar...
Darah memang mengalir ke tanah, tapi tak setetes pun berasal dari Raja Gotham. Sebaliknya, para pengepungnya bergelimpangan.
"Meragukan keilahianku adalah kesalahan terbesar dalam hidup kalian..." The Bruce melangkah perlahan sambil berseru, "Akan kuhakimi kalian sendiri, mengingatkan kembali - satu-satunya kebenaran di kota ini."
"Inikah rencanamu? Apa ini? Batman Jurus Maut?" Layar besar menampilkan Feng Bujue yang mengejek, "Menyebarkan ketakutan dengan kekerasan ekstrim, membangun fondasi keyakinan baru di atas ketakutan... Hahaha... Sungguh memalukan dan membosankan."
"Berani-beraninya kau menasehatiku?" The Bruce menatap tajam ke layar sambil membalas, "Bukankah kau juga menyebar teror?"
"Benar." Feng Bujue menjawab dingin, "Tapi tujuanku berbeda. Aku tak ingin menguasai siapapun... Hehehe... Hanya ingin mengajarkan pelajaran berharga pada penduduk kota ini."
"Logika?" The Bruce mendengus dingin, "Hmph... Menurutku, yang bisa kau ajarkan pada orang lain mungkin hanya anarkis..."
"Bertahun-tahun yang lalu..." Jue Ge menyela lawan bicaranya, mengganti nada menjadi serius, "Di kota ini, memang ada banyak orang yang kalian anggap gila... Kelompok anti-sosial edan dan penganut anarkisme ini, kalian sebut sebagai penjahat super." Ia menggelengkan kepala perlahan, "Dan aku ingin tegaskan lagi - aku, Joker, berbeda dengan mereka..."
Saat percakapan mencapai titik ini, perubahan drastis tiba-tiba terjadi.
"Cepat lihat!" "Ya Tuhan! Itu...""Kelelawar!""Dewa baru! Dewa baru telah turun!"
Kerumunan orang menjadi gempar ketika melihat sosok lain berbaju zirah kelelawar dengan jubah kelelawar terbang... mendekat dari langit.
"Hmm?" The Bruce menengadah sambil bergumam, "Collins ya... Heh... Sudah kuduga kau akan datang."
Meski Joey mengenakan topeng kelelawar, Bruce langsung mengenalinya. Sistem pengenalan wajah pada baju zirah tempur Bruce sangat canggih. Selama data orang tersebut ada dalam sistem dan sistem sensor panas berfungsi normal, penyamaran wajah biasa tidak akan berguna.
"Tepat waktunya!" Seru The Bruce sambil mengangkat lengan kiri, menembakkan sinar laser kuning terang ke arah Collins di udara, "Matilah!"
Refleks Joey sangat cepat. Dengan menyambar jubahnya, ia berputar miring di udara, nyaris menghindari serangan, lalu mendarat sepuluh meter di depan Bruce.
"Sekeliling orang ramai mundur bagai air surut, jelas... mereka ingin membiarkan dua 'Dewa Kelelawar' ini menyelesaikan masalah sendiri."
"Siap bertarung dengan yang lebih kuat?" Joey menegakkan posisi sambil merapikan jubahnya menutupi tubuh, berhadapan dengan Bruce.
"Kau cukup pintar menggunakan jubah untuk menyembunyikan niat serangan." The Bruce berkata, "Sayang... trik-trik seperti ini tak berarti di hadapanku." Bukan omong kosong, melalui pencitraan termal ia melihat lawannya mengambil sesuatu dari sabuk multifungsi.
"Hari ini adalah akhirmu, Bruce!" Joey meneriakkan sambil melemparkan batarang.
"Hehe..." The Bruce menyeringai dingin, membalas dengan batarang. Meski lebih lambat sepersekian detik, batarangnya menyusul dan menangkis milik Joey sebelum terus meluncur menyerang.
Terpaksa Joey berguling ke samping menghindar ke dinding. Saat batarang melintas di sisinya, ia berteriak: "Armormu takkan selamanya melindungimu!"
"Tapi untuk sekarang masih cukup berguna, bukan?" The Bruce menjawab acuh, "Hmph... Collins, tunjukkan semua jurusmu. Aku sengaja menunggu lawan sepertimu." Matanya berbinar-binar penuh semangat, "Ayo! Bunuh aku, dan kau akan jadi dewa baru!"
“Jangan kira aku sama sepertimu……” Joey melesat ke depan, menendang dengan kaki terangkat, “Aku tidak ingin menjadi dewa, aku ingin menjadi——Batman!”
Khek——
Tendangan udara Joey tepat mengenai rahang The Bruce, area ini tidak dilindungi baju zirah. Guncangan hebat menyebabkan Gegar Otak ringan, membuat Bruce mundur terhuyung-huyung.
“Ini mustahil…” The Bruce terkejut dalam hatinya setelah menerima serangan, “Bagaimana mungkin kekuatannya sehebat ini? Ini jelas bukan kemampuan manusia biasa.”
“Pasti kau bingung ya? Bruce…” Wajah mengejek Feng Bujue kembali muncul di layar besar, “Kau pasti berpikir, dengan tubuh termutasi dan baju tempur supermu, bagaimana mungkin kalah dari orang normal yang hanya mengandalkan tinju dan baju kelelawar biasa.” Dia berhenti dua detik, seolah akan memberi jawaban, tapi…
“Wahahaha… Aku takkan memberitahumu alasannya!” Jue Ge tertawa terbahak, membentangkan tangan dan berputar di depan kamera, “Cari tahu sendiri! Hahaha…” Kemudian dia memutus sinyal video.
……
Di saat yang sama, di Batcave.
“Sudah puas main-main?” Ruoyu bertanya pada Jue Ge yang masih tersenyum puas.
“Lho? Kok tidak memanggilku Xiao Buding lagi?” Feng Bujue tersenyum.
“Sekarang aku sangat meragukan…” Ruoyu menyambung, “…apakah panggilan tadi itu perlu sama sekali…”
"Tentu saja ada, aku sudah bilang... untuk menjaga citra karakter." Kata Feng Bujue, "Sama sekali bukan karena hobi pribadi atau ingin mengambil keuntungan darimu."
Ruoyu menatap Jue Ge dengan wajah dingin seraya menjawab, "Feng Bujue, kau benar-benar harus bersyukur menjadi Feng Bujue."
"Hah? Apa maksudmu?" Jue Ge bertanya bingung.
"Ketua guild, kau terlalu lambat." Xiao Ling menyela di samping, "Masih tidak mengerti perkataan itu?"
"Jue Ge dalam hal ini memang selalu agak..." Xiao Tan yang sedang membantu Doktor Klibb mengangkat barang berat ikut nimbrung, "Tapi ucapan Kak Yu juga terdengar agak..."
"Oh!" Tiba-tiba wajah Feng Bujue tersinar penuh pencerahan, "Aku mengerti!" Ia menoleh ke Ruoyu, "Maksudmu kalau orang lain kau tidak akan sebaik ini ya? Hehe..."
Ruoyu menghela napas, "Ah... Lebih baik aku melaporkanmu atas pelecehan seksual atau semacamnya, kayaknya akan lumayan seru."
"Aku ingin bilang... kalian semua." Tiba-tiba Klibb menyela, Ia sama sekali tidak terkejut dengan percakapan antar "alien" ini, hanya berkata tenang, "Ingat, meski Joey sudah menyuntik 'darah Bane' yang diencerkan, peluangnya mengalahkan The Bruce tetap tipis." Ia menghisap rokok, "Fu-- Jangan lupa... baju zirah pertarungan buatanku memiliki perbedaan fundamental dalam konsep desain dengan karya Bruce Wayne. Yang kubuat adalah senjata pembunuh."
"Tenang saja, Doktor, aku tidak akan membiarkan Joey mati." Feng Bujue menjawab dengan ekspresi penuh teka-teki, "Tapi... ujian untuknya baru saja dimulai."
