Pada tahun 1970-an abad ke-20, sebuah perusahaan mainan bernama LJN berdiri di tanah Amerika.
Nama perusahaan ini berasal dari inisial pemegang saham utamanya, Lewis J. Norman.
Awalnya, produk utama LJN hanyalah mainan biasa. Namun... Pada 1985, tepat ketika skandal "Atari ET Incident (dampaknya terhadap pasar konsol rumah di Amerika Utara mirip dengan pengaruh 'Blood Lion' terhadap industri game domestik Tiongkok, bahkan lebih mengerikan hingga banyak kabar angin mistis yang masih beredar sampai sekarang)" belum benar-benar mereda... Perusahaan game ternama MCA justru membeli LJN seharga 60 juta dolar dan mengarahkannya ke jalan tanpa ujung pengembangan video game.
Sejak saat itu, legenda dalam dunia game pun dimulai.
Di tanah Amerika Utara, LJN dengan cepat meraih julukan "mesin produksi game tomat busuk". Perusahaan ini terus-menerus memproduksi game NES dengan kualitas dan ketermainan di bawah standar industri, mengangkat tema film, acara TV, dan tokoh terkenal.
《Terminator》《A Nightmare on Elm Street》《Back to the Future》《Dr. Jekyll and Mr. Hyde》《Bill & Ted's Excellent Adventure》... Berbagai karya sampah yang memicu amuk pemain karena kesalahan non-teknis bermunculan, menyiksa jiwa pemuda bersemangat di era konsol 8-bit dan meninggalkan trauma mendalam.
Pada tahun 1990, LJN pernah berpindah kepemilikan ke Acclaim Entertainment, menutup divisi mainan, dan beralih menjadi pengembang game khusus.
Tentu saja, gaya khas mereka tidak berubah, tetap menjadi diri mereka yang dulu...
Di tahun-tahun keemasan konsol 8-bit, LJN mengandalkan status legal sebagai perusahaan terbuka untuk mengalihdayakan adaptasi game dari berbagai karya film/TV ke studio-studio pihak ketiga yang tidak dikenal dan aneh.
Mengabaikan kualitas dasar game dan pengalaman pengguna, mereka mencap karya-karya berlevel tidak konsisten (sebagian besar buruk) dengan stempel pelangi kecil (LOGO enam warna LJN), lalu menyebarkannya ke pasaran...
Hasilnya, seperti diringkas oleh seorang kritikus game ternama——
"Ungu merepresentasikan operasi game yang menjijikkan.
Biru merepresentasikan musik game yang sumbang.
Hijau merepresentasikan kualitas visual game yang membutakan.
Kuning merepresentasikan pengkhianatan ekstrim terhadap karya asli."
Oranye mewakili para pengembang sialan itu sendiri.
Merah mewakili kecenderungan sadis dalam game yang ekstrem."
LJN... telah menjadi sebuah simbol. Sama seperti para produsen tak bermoral masa kini yang tetap untung meski memproduksi karya sampah... Karena bisa bertahan, mereka merasa eksistensi mereka wajar, lalu dengan seenaknya berpikir... mempertahankan status quo sudah cukup baik.
Namun, waktu pada akhirnya akan membuktikan segalanya...
Meski di bawah cap logo pelangi itu ada beberapa game bagus yang layak dimainkan, lebih dari 90%... adalah sampah. Bertahun-tahun berlalu, LJN hampir menjadi sinonim untuk game sampah.
Bahkan di dunia dalam Taman Horor, muncul tempat bernama "Taman Hiburan LJN".
Para desainer game penuh niat jahat membangun tempat pembuangan ini dan menamakannya LJN.
Sampah piksel yang ditolak dunia, bug game, produk gagal, barang cacat... dan lain sebagainya.
- Benda-benda yang tak punya tempat, akhirnya semua berkumpul di sini.
Root, salah satu dari tiga raksasa organisasi Source (Origin), adalah penguasa tempat ini.
Hari ini (satu hari di dunia dalam juga 24 jam, aliran waktu sejalan dengan sebagian besar area di Alam Semesta Utama, tapi berbeda dengan dunia nyata), Root yang jarang keluar akhirnya meninggalkan area inti taman hiburan dan tiba di tepian Taman Hiburan LJN.
Ia berdiri diam, memandang jauh ke arah dataran "Desktop" di kejauhan, seolah menunggu sesuatu, bergumam pelan, "Sial... Terlalu lambat, begini terus..."
"...Beginu terus, kita akan tersusul V1." Tiba-tiba suara terdengar dari belakang sisi Root, menyambung ucapannya yang terputus.
"Pertama Link... Sekarang giliranmu?" Root tak menoleh, menyebut nama lawan bicaranya, "Ed..."
Pria bernama Ed melangkah mendekat, berdiri sejajar dengannya, "Aku juga penasaran, seperti apa manusia yang kau percayai itu sebenarnya."
Ed ini juga salah satu dari Tiga Besar Origin. Nama lengkapnya sebenarnya Administrator, tapi untuk menghindari kesan nama panjang yang dibuat-buat, aku memberinya nama panggilan Ed.
Root melirik ke samping, "Jadi... kau datang tanpa diundang?"
Ed menjawab dingin, "Kau tahu otoritasku. Sudah lama aku tak melakukan 'operasi' permohonan izin."
"Hmph... Aku benci sikapmu ini." Root mendengus, "Berbicara sombong dengan nada datar tanpa emosi."
"Yang kukatakan, semuanya fakta." Ed membalas.
"Ya." Root menyambung, "Justru itu sumber kekesalanku."
"Hmm... Kuperhatikan sejak kegagalan operasi terakhir..." Ed melanjutkan, "Kau semakin tak seperti dirimu sendiri."
"Kamu sebaiknya bercermin dulu, slime. Dengan penampilanmu seperti ini... masih berani bilang orang lain tidak normal?" Root membalas dengan nada yang mirip mencela.
Ucapannya memang ada alasannya. Saat ini, penampilan tubuh Ed tidak terlihat istimewa: tinggi sekitar 180cm, postur proporsional, berpakaian hitam biasa... Tapi kepalanya seperti bola air raksa cair yang mengambang, bergerak-gerak perlahan di atas leher.
"Aku hanya menemui hambatan dalam proses upgrade program diri." Ed dengan kepala slime menjelaskan menggunakan kepalanya (tanpa fitur wajah, suara langsung keluar dari dalam tengkorak), "Harus tetap dalam kondisi ini sampai berhasil mencapai level berikutnya."
"Ini bukan hambatan, cuma 'leher' biasa..." Root terus mencela.
"Eh..." Ed tak bisa menjawab. Ia tak tahu cara menanggapi ucapan sampah semacam ini, lalu mengalihkan topik, "Ngomong-ngomong, kalau Link sudah datang sebelum aku, kenapa sekarang dia pergi lagi?"
"Karena baru dapat kabar dari 'Labirin π'. Tim pencari yang dikirim Link sebulan lalu akhirnya menemukan SCP-079 dan sudah menguasainya," jawab Root.
Mendengar ini, Ed jelas terkejuk. Beberapa detik kemudian, suaranya menjadi berat: "Aku juga harus segera ke sana..."
Melihat reaksinya, ekspresi Root langsung berubah: "Kalian semua sepertinya sangat takut pada benda itu ya..."
“SCP-079 adalah kunci perlawanan kita melawan 'Sistem'.” Ed berkata sambil berjalan menuju desktop, “Selain itu...” Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada serius, “Dia bukan benda...”
