Agar manusia dapat bertahan hidup di alam liar, selain kebutuhan materi dasar, diperlukan beberapa hal…
Pertama, tubuh yang sehat.
Kedua, ketahanan mental yang kuat.
Ketiga, pengetahuan bertahan hidup yang cukup.
Hanya mereka yang memiliki tiga syarat ini yang layak bersaing dengan alam di lingkungan berbahaya.
Karakter yang diperankan Feng Bujue saat ini jelas tidak memenuhi persyaratan…
Poin kedua dan ketiga mungkin bukan masalah besar bagi Jue Ge, sifat mental dan kebijaksanaan adalah miliknya sendiri; masalahnya ada di poin pertama – tubuh yang sehat.
Feng Bujue awalnya mengira... orang yang datang mengikuti program ini seharusnya belum sampai pada tingkat kecanduan parah. Tapi setelah merasakannya langsung, dia baru menyadari... pecandu narkoba, jangankan bertahan hidup di alam liar, bahkan di dunia beradab yang relatif nyaman pun mereka tetap seperti lumpur tak berguna yang tak bisa melakukan apapun.
"Ha... huu... sialan bener..." Saat ini Feng Bujue sedang terengah-engah, berjalan tertatih-tatih di hutan, "Sudah dua puluh menit berjalan, tapi jaraknya cuma segini..." Dia melirik kembali menu permainan, "Tapi Poin Stamina sudah turun seribu poin..."
Jue Ge bersandar di pohon sambil terengah, "Huu... stamina jauh lebih lemah dari orang biasa..." Dia menggelengkan kepala, "Yang paling parah... 'gejala putus zat' ini terus menerus datang... Ha... ah~" Saat berbicara, dia menguap lebar sementara tiga cairan (air mata, liur, dan ingus) mengalir bersamaan.
"Hueek—ptui!" Jue Ge meludahkan cairan asin tak dikenal, lalu mengusap wajahnya dengan lengan baju, "Huu... begini terus tidak boleh... semakin tidak tertahankan. Pusing, kedinginan, demam... ini masih bisa kutahan; tapi nyeri pada anggota tubuh yang berubah mati rasa, mual di lambung yang berkembang jadi sakit... ini pertanda buruk; plus keringat yang mengucur deras... bakal membuat tubuh cepat dehidrasi..."
Feng Bujue tahu, saat ini dia punya dua pilihan: Pertama, beristirahat di tempat dan bertahan dengan kemauan selama puncak gejala putus zat ini. Kedua, secepatnya mencari sesuatu yang bisa menghilangkan kecanduan untuk meringankan penderitaan fisik.
“Hmm… Meski sangat ingin memilih strategi yang lebih proaktif…” Penglihatan Jue Ge saat ini juga mulai kabur, namun ia tetap berusaha mengamati segala penjuru, mencoba menemukan jejak-jejak petunjuk, “Tapi sepertinya sama sekali tidak ada petunjuk di sekitar sini…”
Tepat saat ia hendak memanfaatkan momentum untuk duduk, tiba-tiba…
“Hui hui——” Suara dengusan hewan terdengar dari balik pepohonan.
Feng Bujue tidak gegabah, segera menoleh ke arah sumber suara tersebut.
Namun, sesuatu yang masuk ke dalam penglihatannya membuatnya meragukan… apakah ini halusinasi akibat sakau.
Dak dak… Der der…
Hewan itu melangkahkan kukunya perlahan melewati Jue Ge. Tidak ada ketertarikan maupun ketakutan sedikitpun terhadap manusia yang berada tak jauh darinya.
“Apa ini bercanda…” Feng Bujue mengira matanya berkunang-kunang, buru-buru menggosok mata, namun fakta membuktikan… ia tidak salah lihat.
Hewan yang sedang berjalan santai di hadapannya ternyata seekor kuda zebra palsu (pernah tersebar di Afrika Selatan, punah tahun 1883. Seluruh tubuhnya berwarna coklat tua, sama seperti kuda biasa, hanya kepala, leher dan bahunya yang memiliki corak belang seperti zebra).
“Kuda apa ini…” Jue Ge yang minim pengetahuan tentang hewan punah ini bergumam dalam hati, “Corak belangnya berantakan sekali…”
Sambil berpikir, tangannya telah mencengkram sekop militer, diam-diam mengendap ke samping belakang kuda tersebut dan perlahan mendekat.
“Kawan Kuda, jangan salahkan aku...” Feng Bujue bergumam pelan, “Setelah mengalahkanmu, persediaan makanan selama tiga hari sudah di tangan. Menyelesaikan masalah logistik sejak awal pertandingan pasti memberiku keunggulan besar. Kelebihan makanan juga bisa jadi tawaran untuk negosiasi...”
Sambil berbicara, dia telah mendekat ke jarak dua meter dari mangsa.
Tepat saat Jue Ge hendak menyerang namun belum sempat melancarkan aksi... tiba-tiba, zebra itu seperti menyadari sesuatu. Sesaat kemudian, ia menengadahkan kepala sambil meringkik dan lari terbirit-birit.
Makhluk seberat 350 kilogram itu melesat bak kilat, memutar badan dan berlari menerobos hutan... Sekejap mata, telah hilang tanpa jejak, hanya suara derap kaki yang masih menggema.
Pada detik ini, Feng Bujue baru tersadar... tindakannya tadi sangat berisiko. Jika serangan pertamanya gagal (mengingat kemampuan fisik seorang pecandu narkoba, kemungkinannya sangat besar), malah melukai dan memprovokasi binatang buas yang beratnya empat kali lipat manusia, maka bencanalah yang akan datang... Ditabrak atau digigit masih tergolong ringan, jika kuda itu menendang dengan kaki belakang, mungkin dia akan terbunuh seketika...
“Ini buruk...” Jue Ge menutupi dahinya dengan satu tangan, berusaha mengatur napas, “Sepertinya 'reaksi putus zat' sudah memengaruhi pola pikirku...”
Pada titik inilah Feng Bujue baru menyadari betapa mengerikannya 【Reaksi Putus Zat】 yang sebenarnya - gejalanya tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan secara lahiriah, tetapi juga memengaruhi tingkat saraf.
Misalnya, selama tiga menit tadi, "ingatan dan perilaku" Feng Bujue mengalami gangguan... Daya ingat, konsentrasi, kemampuan kalkulasi, dan penilaian di otaknya mengalami penurunan sementara. Pola pikirnya menjadi lamban, tumpul, disertai fenomena kekacauan ingatan.
Hal ini menyebabkan... selama periode itu, secara bawah sadar dia mengira masih memiliki kemampuan pertarungan yang tidak terbatas. Itulah mengapa tanpa pikir panjang dia langsung menyambar sekop militer dan ingin membunuh seekor kuda...
Tentu saja, efek gangguan pola pikir dari 【Reaksi Putus Zat】 juga bukan tidak akan lenyap...
DEBUFF ini sebenarnya sangat unik - memiliki sifat random, bertahap, dan tidak pasti. Meski mencakup semua reaksi kecanduan zat, efek-efek ini tidak akan muncul sekaligus.
Pokoknya... setiap beberapa menit hingga belasan menit, efeknya akan berubah. Seperti apa perubahan itu? Hanya dewa yang tahu. Pada perubahan berikutnya, mungkin hanya tersisa efek "kehilangan nafsu makan" yang tidak berarti; tapi mungkin juga... tujuh delapan efek akan muncul bersamaan, seperti status yang sedang dialami Jue Ge saat ini.
"Hmm... Kalau begitu, aku justru tidak boleh berhenti beristirahat..." Setelah berpikir sekitar satu menit, Feng Bujue memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, "Harus segera mencari tempat persembunyian ganja... Jika tidak akan jadi idiot..." Dia tidak tahu bahwa DEBUFF ini memiliki efek perubahan, hanya mengira situasi akan semakin memburuk...
Akhirnya, Jue Ge kembali mengumpulkan semangat, memfokuskan perhatian sekuat tenaga, dan terhuyung-huyung menuju kedalaman hutan.
Setelah berjalan lebih lima menit, Poin Stamina-nya telah turun ke 1734/4600; efek "Reaksi Berhenti" pun tepat muncul kembali.
"Ada apa... Setelah berjalan beberapa saat, rasanya agak membaik." Feng Bujue yang terbebas dari gangguan kognitif segera menyadari hal ini, "Mungkinkah efek DEBUFF ini akan... Gila!"
Saat itu, dia bukan mendapat pencerahan, tapi terganggu oleh bau busuk yang tiba-tiba muncul.
"Mayat?" Itu reaksi pertama Feng Bujue.
Reaksinya mewakili reaksi mayoritas pemain... Pemain yang sudah bermain di Taman Horor cukup lama umumnya telah menguasai kemampuan mengidentifikasi bau mayat dan amis darah (baik dalam game maupun realitas), dalam arti tertentu bisa dianggap sebagai skill...
"Haha... Bagus..." Alih-alih takut, Jue Ge malah senang mencium bau busuk itu. Dia segera mempercepat langkah menuju sumber bau.
Seperti diduga, dia menemukan jasad di sebelah pohon besar berjarak puluhan meter.
Itu adalah mayat pria yang hanya mengenakan celana dalam dan sepasang borgol di pergelangan tangannya. Saat ini, tingkat pembusukan mayat sudah cukup parah dengan bekas gigitan hewan pada kulit dan dagingnya.
"Kematian akibat asfiksia... bintik hijau pembusukan... perut mengembang... tidak ada jejak kaki manusia di sekitarnya..." Saat memeriksa mayat, berbagai informasi melintas cepat di otak Feng Bujue dan secara instingtif diubah menjadi petunjuk seperti potongan puzzle, "Dua jenis bekas gigitan berurutan... serigala... makhluk tak dikenal... hewan pemakan bangkai?"
Hanya dalam beberapa puluh detik, Jue Ge telah menyelesaikan penyelidikan lokasi kejadian. Ia meludah kesal: "Sial... Cuaca terlalu panas, mayatnya juga dirusak binatang buas... Waktu kematian dan penyebab kematian jadi sulit ditentukan..." Tiba-tiba ia bergumam, "Ah... Andai Xiao Tan ada di sini, kan dia yang profesional..."
"Tunggu..." Dua detik kemudian, Feng Bujue tertegun, "Hmph... Ngapain aku menganalisis semua ini? Ini kan acara TV." Begitu tersadar, wajahnya berbinar, "Seluruh pulau berada di bawah pengawasan kru acara, dan segala sesuatu di pulau ini... sudah pasti diatur oleh kru acara."
"Setelah memahami hal ini, Jue Ge kembali mengamati mayat di hadapannya, dan memang menemukan sesuatu. 'Hah... Jadi begitu. Pantas saja di sekitar sini hanya ada jejak binatang buas, tapi tidak ada jejak kakinya sendiri...'" Ekspresinya berubah sedikit, "Mayat ini dibawa ke sini oleh seseorang... Dan mereka yang membawanya telah membersihkan jejak kaki sebelum pergi."
"Lalu... apa maksud kru acara menaruh mayat pria di sini... Informasi apa yang ingin mereka sampaikan ke peserta..." Feng Bujue mengusap dahi dan balok hidungnya sambil berpikir, "Hmm... Posisi mayat jelas tidak memiliki arti. Saat menempatkan mayat di sini, mereka pasti tahu 90% kemungkinan akan digerakkan binatang buas." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Dengan logika ini... cara memberikan petunjuk melalui tato, tulisan darah, atau ukiran daging jelas tidak bisa diandalkan. Lagi pula tak ada yang bisa memprediksi bagian daging mana yang akan digigit binatang."
Akhirnya, penglihatan Feng Bujue terkunci pada dua benda - celana dalam dan borgol.
