"Celana dalam ini... memang mencurigakan..." Feng Bujue pertama-tama melihat bagian bawah mayat, "Apakah ini sekedar kain penutup aurat terakhir dari produser untuk mayat... atau wadah yang menyembunyikan petunjuk tertentu..." Sambil mengusap dagunya dia berkata, "Jika benar ada petunjuk, apakah ini ujian batas moral peserta... atau ujian batas toleransi mereka terhadap hal menjijikkan..."
Saat Jue Ge berpikir, dia sudah mendekat dan mulai berjongkok...
“Ketika dia bersiap mengulurkan tangan untuk membuka celana mayat itu, tiba-tiba... tangannya tidak bisa bergerak.”
“Eh?” Feng Bujue tertegun, lalu mencoba lagi, namun tetap gagal.
“Oh~” Dua detik kemudian, raut wajanya berubah lega sambil bergumam, “Sistem yang menghalangiku ya...”
Tebakannya tepat... Sistem mengklasifikasikan niatnya sebagai tindakan mesum secara objektif, sehingga menghalangi aksinya.
“Bagus.” Jue Ge tersenyum, “Ini membuktikan tidak ada petunjuk di sana.”
Dalam arti tertentu, Jue Ge patut bersyukur. Andai saja tidak ada batasan sistem, dia harus "memeriksa langsung" untuk memastikannya.
“Kalau begitu... petunjuknya adalah borgol ini...” Pandangan Feng Bujue langsung tertuju pada pergelangan tangan mayat. “Mari kita lihat...” Tanpa ragu dia menggenggam tangan mayat membusuk itu dan mengangkatnya untuk diperiksa. Setelah mengamati beberapa detik, dia bergumam, “Tidak ada yang istimewa...”
Sambil berkata demikian, Jue Ge melepaskan lengan itu dan membalikkan jasad.
Dia bermaksud memeriksa apakah ada benda tersembunyi di bawah tubuh mayat, namun hanya menemukan potongan daging membusuk dan belatung dalam jumlah besar.
“Ah ha!” Begitu melihat serangga-serangga itu, mata Feng Bujue langsung berbinar seperti melihat hidangan lezat.
Seketika, Jue Ge berbalik badan dan berlari penuh semangat ke semak-semak tak jauh.
Entah mengapa, tatapannya pada semak-semak itu terlihat seperti seseorang yang sedang membaca menu di ruang makan...
Beberapa puluh detik kemudian, Jue Ge membungkuk mengambil segenggam rumput, lalu kembali ke sisi mayat: "Lumayan... Semanggi gulung belatung, vitamin C dan protein sudah tercukupi." Sambil bergumam, dia mulai menangkap belatung dan menyelipkannya di antara helai rumput.
Kemudian, seperti sedang menyantap salad sayuran mentah, dia membuka mulut lebar dan menggigit. Suara berkertak-kertak terdengar saat dia mengunyah.
"Hmm... Tidak buruk." Setelah menelan, Jue Ge bergumam sinis, "Setidaknya lebih baik daripada sandwich yang pernah kumakan sebelumnya."
Tepat saat dia asyik menikmati karya masakannya...
"Aah!" Terdengar jeritan kaget dari belakang.
Kali ini, jelas-jelas suara manusia.
Ekspresi Feng Bujue berubah drastis. Dengan gerakan gesit, dia mengubah posisi berdiri tegak sambil mencengkeram sekop militer dalam sikap siap bertarung.
Tapi... Kenyataannya, dia sama sekali tidak perlu panik. Karena sumber suara itu masih berjarak sekitar sepuluh meter darinya.
"Apa... apa kau sedang memakan daging mayat?" Ternyata yang berteriak adalah peserta lain - Justin Bùbó.
Beberapa detik sebelumnya, Bùbó yang melintas sempat melihat siluet punggung Jue Ge. Diam-diam dia mendekat untuk memastikan... Dan terkejut melihat "Tuan Stephen Carbon" berjongkok di samping jasad sambil mengeluarkan suara kunyahan yang jelas.
"Oh ternyata kamu..." Feng Bujue melihat wajah orang itu dengan jelas, terhenti sebentar selama setengah detik. Lalu ia menyunggingkan senyuman, "Apa katamu? Makan mayat? Hah! Mana mungkin..." Ia mengangkat tangan kiri, memperlihatkan gulungan daun semanggi berisi belatung, "Ini cuma rumput liar dan serangga."
"Huu... Tuhan..." Bubo menghela napas panjang, ekspresi wajahnya mulai rileks, "Kamu membuatku sangat ketakutan, Tuan Karbon."
Setelah memastikan Jue Ge bukanlah kanibal gila, Bubo pun berjalan mendekat dengan santai.
"Tapi..." Bubo segera berada di hadapan Jue Ge dan melanjutkan, "Apapun yang dimakan... tidak perlu sampai berjongkok di samping mayat kan?"
"Serangganya ada di sekitar mayat. Menurutku tidak perlu pindah tempat." Jawab Feng Bujue dengan santai sambil menyuap besar-besaran "handroll buatannya sendiri" ke mulut.
"Ini... hiks..." Dari kejauhan tadi Bubo belum melihat jelas. Baru sekarang ia menyadari benda di tangan Jue Ge adalah rumput liar membungkus belatung hidup...
"Ah... generasi muda sekarang." Feng Bujue memandang Bubo yang sedang berpegangan pada pohon dan muntah-muntah dengan tatapan merendahkan, "Melihat beberapa serangga saja langsung muntah, benar-benar tidak berguna."
Setelah muntah, kondisi Bubo membaik. Ia segera berdiri tegak dan membalas: "Melihat serangga biasa memang tidak akan muntah! Tapi melihat seseorang melahap belatung hidup langsung berbeda ceritanya!"
"Justin ah Justin~" Feng Bujue masih makan, dan terlihat sangat menikmati, "Anak Muda... Kau harus paham, untuk bertahan hidup di alam liar ini, kau harus terbiasa dengan hal-hal semacam ini..." Dia mengecap-ngecap mulut sengaja atau tidak sengaja menyemburkan beberapa residu makanan, "Ketika kau melepaskan prasangka orang kota, kau akan menemukan... makanan lezat ada di mana-mana."
"Apa kau yakin ini bisa disebut makanan lezat..." Bu Bo menutup hidung dengan wajah jijik menjawab.
"Relatif, rasa larva termasuk yang terbaik di antara serangga, dan kandungan proteinnya tinggi." Jue Ge berbicara sistematis seperti guru mengajar murid, "Rasa manis dengan sepat, dipadukan asam oxalis yang mirip lemon, jelas merupakan hidangan segar yang lezat."
"Uhuk——" Bu Bo muntah lagi setelah mendengar deskripsi ini.
Sementara Feng Bujue masih terus menerangkan: "Dalam hal tekstur, larva yang tumbuh dengan memakan daging busuk lebih gemuk daripada yang makan BAB, dagingnya juga..."
"Cukup! Sudah!" Bu Bo memotong dengan wajah panik, "Tuan Carbon, aku mengerti maksudmu... Tolong jangan lanjutkan."
"Baiklah..." Feng Bujue mengangkat bahu ambigu, menghabiskan suapan terakhir lalu menunjuk mayat di belakangnya sambil mengalihkan topik, "Bagaimana pendapatmu?"
"Pendapat apa..." Bu Bo tertegun, "Itu kan mayat, mau dilihat bagaimana lagi?"
“Hehe……” Feng Bujue membalas reaksi Bu Bo dengan senyuman sinis, menundukkan kepala sambil memainkan sekop militernya, lalu bertanya lagi, “Ngomong-ngomong, notifikasi apa yang kau dapatkan?”
“Err…” Ekspresi Bu Bo berubah seketika. Ia ragu beberapa saat sebelum menjawab, “Kurasa aku tak bisa memberikannya padamu, Tuan Carbon.”
“Hm, bisa kumengerti.” Jue Ge mengangguk, “Lagipula ini acara kompetitif. Memberikan intelijen eksklusif ke lawan memang tidak bijak.”
Bu Bo terlihat terkejut mendengarnya, “Hmm… Kau benar.” Katanya dengan kaku.
“Bagaimanapun…” Feng Bujue kembali mengintip mayat itu, “Aku ingin mempelajari jasad ini lebih lanjut…” Ia kembali berjongkok di samping mayat, “Maukah kau menunggu di sana?”
“Eh… Tuan Carbon.” Bu Bo menatap punggung Jue Ge dengan ragu, “Sebenarnya aku hanya lewat… Ingin menyapamu saja. Kurasa aku harus pergi.”
“Oh, selamat jalan.” Feng Bujue mengibaskan tangan tanpa menoleh, “Semoga beruntung.”
“Selamat tinggal, Tuan Carbon.” Bu Bo melirik Jue Ge dengan tatapan aneh terakhir kali, lalu berbalik dan pergi.
Saat suara langkah kaki itu menjauh, senyuman dingin mengembang di sudut bibir Feng Bujue.
“Anak ini… Lumayan waspada…” Jue Ge berdiri sambil memandang ke arah kepergian lawannya, “Sayang… Pada akhirnya bukan tandinganku.”
Sekilas, kejadian yang terjadi dalam beberapa menit terakhir tampak tenang, tetapi sebenarnya... arus bawah yang bergolak.
Pertama, saat melihat Justin Bubo, Jue Ge telah menyadari... lawannya baru saja menghisap ganja.
Meskipun Bubo hanya mengonsumsi dosis kecil, tangan yang gemetar ringan dan tatapan matanya yang sedikit kosong tak bisa disembunyikan.
Berdasarkan situasi ini, Feng Bujue menyimpulkan... Bubo setidaknya telah menemukan titik penyimpanan ganja, dan kemungkinan belum menghabiskan seluruh stok. Artinya... lawannya masih membawa sebagian ganja.
Maka, Jue Ge mulai merancang rencana "penyerangan".
Saat Jue Ge mengucapkan "Oh ternyata kamu...", setiap langkah rencana telah terkonstruksi di otaknya: cara memancing lawan mendekat, membuatnya lengah, memukulnya hingga pingsan, mematahkan kedua kakinya, dll...
Namun ketika Bubo mendekat, Jue Ge membatalkan rencana. Ia menyadari... lawannya juga ingin menyerangnya.
Dengan observasi dingin, terlihat... Bubo yang tampak santai sebenarnya sangat waspada. Dari awal, ia menjaga jarak dengan Jue Ge, dan tangan kanannya selalu berada di pinggang belakang. Jelas, di sana tersembunyi senjata seperti pisau kecil... siap bertindak kapan saja.
Selanjutnya, keduanya terlibat dalam obrolan santai. Akting kedua belah pihak cukup baik; satu pihak berpura-pura makan belatung dan rumput sambil bicara ngawur untuk mengaburkan maksud, sementara pihak lain pura-punya tak tahu diri, bahkan menggunakan dua kali muntah palsu untuk menutupi niat sebenarnya menjaga jarak.
Tak lama kemudian, Feng Bujue yang memulai serangan. Dengan kalimat "Bagaimana pendapatmu?", dia memulai pengujian.
Namun Bu Bo terus berpura-pura bodoh.
Feng Bujue langsung menyeringai sinis sambil mengangkat-ngangkat sekop militernya... Gerakan dan ekspresinya menyampaikan dialog tersirat: "Aku sudah tahu niatmu. Jika kau ingin bertarung, aku juga sudah siap."
Kemudian Jue Ge mengajukan pertanyaan "Apa petunjuk yang kau dapatkan?", sekaligus menyingkap fakta lain: "Aku juga tahu kalau kau sudah menemukan ganja itu."
……
Di sini perlu dijelaskan: mengapa pertanyaan ini bisa menyiratkan makna dari dialog tersirat tersebut?
Ceritanya begini... Selama membahas rasa belatung dengan Bu Bo, Feng Bujue juga membagi konsentrasinya untuk menganalisis mayat di belakangnya.
Dalam beberapa puluh detik itu, dia akhirnya memahami makna petunjuk yang diterimanya...
Sebenarnya, petunjuk di mayat pria itu adalah "borgol". Tentu saja borgol itu sendiri tidak istimewa, hal ini sudah dikonfirmasi Feng Bujue. Fungsi sebenarnya borgol itu adalah makna simbolis... Simbol dari "orang yang ditangkap".
Petunjuk ini digabungkan dengan petunjuk pertama Jue Ge "Anda berhak tetap diam", mengarah pada lokasi penyimpanan ganja - di dalam mulut mayat.
Setelah deduksi sampai tahap ini, Feng Bujue masih belum menyelesaikan analisisnya. Ia berani membuat hipotesis, lalu memikirkan beberapa konklusi lain yang mungkin.
Pertama: Di sekitar titik start setiap peserta, ada satu titik persembunyian ganja berkapasitas besar.
Kedua: Jarak titik persembunyian tersebut dari posisi awal peserta sekitar satu kilometer.
Ketiga: Meski lokasinya relatif mudah ditemukan, ganja yang disembunyikan di sana sangat tersembunyi.
Keempat: "Notifikasi" pertama merujuk pada ganja di titik persembunyian terdekat dari masing-masing peserta.
Meski tidak bisa 100% dipastikan, Feng Bujue yakin kemungkinan empat settingan ini benar sangat tinggi.
Secara objektif, kru acara bisa mengatur seperti ini agar peserta cepat memahami kompetisi dan mendapatkan ganja untuk meredakan gejala sakau dalam waktu lama.
Jika empat settingan ini tidak ada, mungkin akan terjadi "sepuluh peserta mengalami sakau parah dan terjatuh tak berdaya tak lama setelah kompetisi dimulai". Untuk acara realitas, pembukaan seperti itu terlalu buruk...
Demikianlah korelasi antara "notifikasi" dan titik persembunyian ganja.
……
Kembali ke reaksi Bu Bo sebelumnya...
Setelah terus-menerus diintimidasi oleh Feng Bujue, ekspresi Bu Bo berubah. Ia ragu sejenak sebelum menolak.
Perhatikan: Bu Bo mengatakan "Kurasa aku tidak bisa memberikannya padamu", bukan "Kurasa aku tidak bisa memberitahunya padamu".
Jadi... Secara harfiah ia seolah membicarakan "notifikasi", tapi sebenarnya merujuk pada "ganja".
Tidak diragukan lagi, ketika pembicaraan mencapai titik ini, kedua orang ini telah berada dalam kondisi permusuhan yang saling dimengerti.
Dalam situasi yang genting ini, Jue Ge memberikan respons penuh makna: "Lagipula ini adalah acara kompetitif, memang tidak baik memberikan 'intelijen eksklusif' kita ke 'lawan'."
Kalimat ini pada dasarnya menyatakan batas terakhir - "Kamu tidak merebut milikku, aku juga tidak merebut milikmu".
Bujue tentu memahami maksud tersirat dalam perkataan itu, dia hanya bisa menjawab "Kamu benar" sebagai bentuk kompromi.
Dengan demikian, percakapan mereka memasuki tahap akhir. Feng Bujue mengambil kesempatan mengatakan beberapa patah kata basa-basi, kembali berjongkok di sebelah mayat (tempat persembunyian ganja miliknya), dan bertanya: "Bagaimana kalau... kamu tunggu di situ sebentar?"
Maksud tersiratnya adalah..."Berapa lama lagi kamu mau berdiri di sini sebelum pergi?"
Mendengar ini, Bujue cukup pegas menerima isyarat untuk pergi. Setelah menanggapi sekadarnya, dia pun meninggalkan tempat itu.
Dengan demikian, inilah... kebenaran di balik percakapan beberapa menit antara Feng Bujue dan Justin Bujue...
"Ah... NPC di quest ini... benar-benar hebat..." Feng Bujue bergumam sambil mencoba membuka mulut mayat, "Bell sebelumnya sudah menunjukkan kemampuan fisik yang luar biasa, tapi Justin Bujor ini ternyata memiliki kelicikan seperti ini... Dia lebih cepat menemukan ganja besar dariku; setelah menemukannya tidak langsung menghabiskan karena kecanduan, hanya menggunakan dosis minimal untuk meredakan gejala; lalu menyimpulkan 'empat poin' yang kupikirkan, kemudian berhenti bergerak ke pedalaman pulau dan beralih ke rute melingkar untuk merebut lokasi penyimpanan ganja awal pemain lain... Kecerdikan seperti ini bahkan mungkin melebihi pemain... Hah!"
Pikirannya kembali terinterupsi oleh bau busuk, kali ini dari gas yang keluar dari mulut mayat.
"Brilian..." Feng Bujue menggerutu, karena bau busuk itu ternyata mengurangi 4% nilai kelangsungan hidupnya.
Yang lebih gila, setelah susah payah membuka mulut mayat tersebut, dia menemukan... rahang atas dan bawah mayat dijahit dengan kawat besi, celah antara gigi-giginya hanya selebar satu jari.
Sepertinya... kru acara takut mulut mayat terbuka sendiri atau digigit binatang buas, jadi mereka punya ide visioner seperti ini.
"Sial... Tidak profesional sekali, kalau mau jahit ya jahit sampai sempurna! Sengaja menyisakan celah agar bau busuk keluar buat apa?!" Feng Bujue menggerutu kesal, lalu mengambil sekop militer dan menyesuaikan strukturnya (Sekop Militer WJQ-308 bisa mengalami transformasi terbatas untuk fungsi berbeda), mencoba menggunakan fungsi "capit" pada sekop militer untuk memotong kawat-kawat itu.
Namun... Prosesnya tidak berjalan mulus karena kawat yang tersangkut di sela gigi memang sulit dijepit...
Akhirnya, Jue Ge yang menghirup terlalu banyak bau busuk menjadi jengkel dan beralih ke fungsi "palu" pada sekop militer, menghancurkan dua baris gigi mayat, lalu mengambil ganja di mulutnya dengan teknik yang lebih kasar.
【Nama: Ganja*2】
【Jenis: Consumable】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Saat digunakan tunggal, dapat menekan "gejala putus zat" dalam waktu tertentu. Penggunaan bertumpuk akan memberikan BUFF acak sesuai jumlah】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Jika tidak ingin jadi orang tolol seperti RANDY, lebih baik jangan sentuh ini.】
Dua batang ganja itu disimpan dalam kantong plastik kecil yang dilapisi lilin, sehingga tetap terawat baik.
Selain itu, Feng Bujue menemukan benda lain di lapisan lilin tersebut...
【Nama: Kunci Borgol】
【Jenis: Alat】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Membuka borgol】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Apa? Anda bertanya borgol mana yang bisa dibuka? Ya tentu yang ini! Saudara, apakah Anda lahir di bulan September?】
“Bagus sekali.” Feng Bujue segera menggunakan kunci itu untuk membuka borgol di tangan mayat, "Ini mungkin bisa sangat berguna..."
【Nama: Borgol】
【Jenis: Alat】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Silakan gunakan sesuka hati】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Jika kamu membaca deskripsi item ini, artinya kamu sudah mendapatkan kuncinya.】
“OK... Masalah sekarang adalah...” Jue Ge menyelipkan beberapa barang ke kantong celananya sambil bergumam, "Aku harus pinjam api dari siapa ya..."
Dia juga tahu bahwa jika benar-benar terjepit, bisa saja langsung memakan ganja itu. Tapi saat ini "efek putus zat" -nya sedang dalam periode yang relatif lemah, jadi dia tidak buru-buru menggunakannya.
“Lebih baik jalan dulu...” Feng Bujue menarik napas dalam dan memutuskan untuk segera meninggalkan tempat ini, menghindari kemunculan peserta lain yang memiliki mentalitas sama seperti Bu Bo.
Yang tidak dia sadari, sepasang mata... telah mengawasinya dari bayangan.
Setiap gerakan dia dan Bu Bo sebelumnya telah terpantau oleh "orang itu".
