Setelah meninggalkan tempat persembunyian ganja, Feng Bujue langsung berjalan ke arah kepergian Bu Bo.
Bukan untuk melacaknya, tapi ingin menyelidiki jejak Bu Bo sebelum melanjutkan eksplorasi.
Tak lama kemudian, dia menemukan beberapa rumpun rumput yang terinjak, ranting-ranting patah, serta jejak kaki yang tidak terlalu jelas.
"Luar biasa…" gumam Feng Bujue sambil memeriksa jejak-jejak itu, "Bisa-bisanya memikirkan kontra-pelacakan…"
Jelas, Bu Bo sengaja membuat "jejak" ini untuk mengelabui pelacak potensial.
"Dan penyamarannya hampir sempurna… Kalau tidak diamati seksama, bahkan aku bisa tertipu…" Jue Ge berpikir, "Hmm… Jika NPC di quest ini secerdas dia, mungkin aku dalam masalah…"
Saat dia tengah merenung, tiba-tiba…
"Jangan tertipu ilusi di depan matamu," suara pria terdengar dari belakang Jue Ge, "Dia tidak bergerak ke arah yang ditunjukkan jejak kaki…"
"Siapa di sana?" Feng Bujue menegang. Sambil menoleh ke sumber suara, tangannya menggenggam erat sekop militer.
Tanpa panca indera supernya, Jue Ge tak bisa mendeteksi orang yang menyelinap mendekat. Perubahan ini membuatnya terus-menerus gelisah… Kegelisahan itu mengubahnya menjadi agresif.
"Tenang, Stephen, ini aku." Pria itu muncul dalam penglihatan Jue Ge – peserta Nomor Enam, Barack Hussein Obama.
“Aku sangat tenang.” Feng Bujue benar-benar menggunakan nada yang datar saat berkomunikasi dengan lawannya, “Mengangkat sekop militer seolah ingin menebasmu, bukan berarti aku kehilangan kendali.”
“Hehe…” Ao Guanhai tertawa ringan, tidak tergesa mendekat. Ia menjaga jarak tiga meter sambil tersenyum, “Apakah ini cara umummu menyapa orang dalam kondisi seperti itu?”
“Hmph…” Feng Bujue mendengus dingin, “Ketika berhadapan dengan 'orang-orang bermaksud jahat yang mendekat diam-diam dari belakang', biasanya beginilah cara saya menyapa.”
Mendengar ini, sorot mata Ao Guanhai berubah seketika. Namun dengan cepat ia menutupinya dengan ekspresi mengangkat alis sambil tertawa, “Hehe… Maaf, Stefan. Aku bahkan tidak sadar sedang 'diam-diam' mendekatimu.” Sambil bicara, ia mengangkat kedua tangan membuat gerakan tanda kutip, “Setidaknya dari sudut pandangku, aku hanya berjalan normal dan mengingatkanmu dengan baik…”
“Aku tidak tahu sejak kau mulai mengawasiku…” Feng Bujue memotong, “Tapi ucapan 'peringatan'-mu tadi membuktikan… saat aku berkomunikasi dengan Bujue, kau sudah mengawasi dari bayang-bayang.”
Keheningan menyelimuti…
Suasana antara mereka berdua menjadi sangat intens. Bagai pedang terhunus, namun masih menyisakan celah perdamaian.
“Hmph…” Setelah lebih dari sepuluh detik, Ao Guanhai kembali tersenyum, “Stefan, aku tidak salah menilaimu.”
Feng Bujue menatap tajam tanpa menjawab. Ia tahu mantan presiden itu belum selesai bicara.
"Bakatmu tidak perlu diragukan lagi." Ao Guanhai melanjutkan, "Bekerja samalah denganku, Stephen, kau tidak akan menyesal."
"Kerja sama?" Jue Ge menatap langsung ke kedua mata lawannya, mengulangi kata kunci tersebut.
"Ya, kerja sama." Ao Guanhai menjawab, "Kau pasti bisa memahami... dalam game ini, bahkan sekadar saling memanfaatkan... kerja sama tim jauh lebih menguntungkan daripada bertindak sendiri-sendiri."
"Hmm... Pantaslah politisi, kebiasaan suka membentuk klik seperti ini sudah mendarah daging..." Feng Bujue berpikir dalam hati, "Tapi... orang jenis ini memang punya kelebihan tersendiri. Politikus ahli dalam intrik, diplomasi, akting... kelicikannya bahkan melebihi Bu Bo."
"Maksudmu... kau ingin membangun hubungan saling memanfaatkan sementara denganku?" Feng Bujue menyahut.
Tindakan bertanya yang disengaja ini memancing lawan untuk berbicara lebih banyak, sekaligus memberi diri lebih banyak waktu untuk berpikir.
"Haha... Sudah kukatakan tadi, Stephen, aku lebih suka menggunakan istilah 'kerja sama'." Jawaban Ao Guanhai mengandung kelicikan khas politisi, "Bayangkan jika kita bersatu, apa mungkin peserta lain masih punya peluang menang? Menurutku... cukup empat puluh lima... eh, empat puluh lima jam! Hanya perlu dua hari, kita bisa mengeliminasi delapan peserta lainnya."
"Tereliminasi?" Feng Bujue mendengar ini, keraguan muncul di hatinya, "Apa maksudnya? Ketika dia bilang 'tereliminasi' sebenarnya merujuk pada apa... Apakah berarti menyerang peserta lain hingga kehilangan kemampuan bertindak? Atau... ada cara lain?"
Karena deskripsi quest di awal tidak menjelaskan aturan lengkap "Wilderness Quest for Poison", Feng Bujue sejak awal sudah berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan. Yang membuatnya kesal adalah, hal ini tidak bisa dia tanyakan sembarangan ke orang... Karena NPC dalam quest ini memiliki intelektual yang sangat tinggi, jika Feng Bujue membocorkan bahwa dia "tidak mengetahui aturan lengkap", entah bagaimana dia akan menjadi target perhitungan.
"Bicara seolah punya dasar... tapi apa kau punya rencana konkret?" Setelah berjuang dalam pikiran selama beberapa detik, Jue Ge menemukan metode pengujian pertanyaan yang tidak akan membongkar identitasnya sekaligus bisa melanjutkan interogasi.
"Tentu saja." Obama menjawab, "Tapi saat ini aku belum bisa memberitahumu."
"Mengapa?" Feng Bujue kembali bertanya.
"Hahaha... Sudahlah, Stephen." Obama tertawa, "Jangan terus-terusan bercanda dengan wajah serius." Dia mengangkat tangan kanan, mengacungkan dua jari, "Pertama, kau tidak akan bersekutu dengan orang bodoh yang 'membocorkan seluruh strateginya tanpa jaminan apapun'; Kedua, menghadapi orang bodoh seperti ini, cara terbaik adalah pura-pura bekerja sama lalu mencari kesempatan untuk menyingkirkannya..."
Dia benar, dalam situasi seperti ini, orang yang enggan membocorkan rencananya justru adalah orang pintar yang layak diajak kerja sama...
“Hmph……” Feng Bujue juga tertawa, kemudian meledak dalam tawa terbahak-bahak，“Hehe……Hahaha……” Tawanya seperti pasien rumah sakit jiwa, membuat lawannya sulit menebak pikirannya.
Setelah tertawa beberapa detik, Jue Ge tiba-tiba berhenti, dalam sekejap mengganti ekspresi menjadi serius: “Sepertinya kita masih memiliki beberapa kesamaan dalam bahasa.”
Kalimat ini jelas merupakan kelicikan Feng Bujue... Seolah dia berkata: "Reaksiku tadi semua hanya pengujian untukmu, sama seperti kalimat pertamamu yang juga mengujiku."
“Hmm……” Ao Guanhai juga mengerutkan kening, melonggarkan kerah bajunya (jas dan dasinya sudah dilepas, sekarang hanya memakai kemeja), “Kalau begitu... kau setuju?”
“Lima puluh jam.” Pihak yang mengajak kerjasama belum sempat menetapkan aturan, Jue Ge sudah menerobos masuk ke pelukan, mendahului: “Dalam lima puluh jam mulai sekarang, aku akan berada di barisan yang sama denganmu...” Dia menjilat bibirnya, “Setelah lima puluh jam... entah kita sudah berhasil mengeliminasi delapan orang lain seperti katamu atau tidak—kemitraan kita akan berakhir.”
“Tidak masalah.” Ao Guanhai mengangguk, “Sesuai dengan keinginanku.”
“Hehe... Bagus, 'mitra'.” Feng Bujue mengucapkan dua kata terakhir dengan nada sedikit sarkastik, “Kuharap eksekusimu bisa mengikuti perencanaanmu.”
Mendengar ini, Ao Guanhai tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya: “Yes，We can！”
